Ketika bulan Rajab datang, ada banyak pertanyaan yang hadir di tengah tengah masyarakat tentang keabsahan atau hukum puasa rajab yang diamalkan oleh mayoritas umat Islam di Indonesia? Sunnahkah? Bid’ahkah?
Sementara itu ada beberapa kalangan yang berpendapat bahwa puasa Rajab tidak memiliki landasan hukum atau bid’ah. Benarkah tuduhannya itu?
Berikut kami berikan rujukan mengenai status dan hukum puasa Rajab.
Pendapat pertama yaitu dari Ibnu hajar yang dikutip juga oleh Syaikh Abu Bakr Syatho pengarang kitab I’anatut Tholibin mengenai Status puasa Rajab yaitu:
قيل: ومنْ البِدَعِ صَومُ رجَبٍ، وليْس كذلك بلْ هو سنةٌ فاضلةٌ، كما بَيَّنْتُه في الفتاوي وبسَطْتُ الكلامَ عليه
“Dan dikatakan: sebagian dari bid’ah adalah puasa Rajab, padahal tidak demikian, tetapi puasa rajab adalah Sunnah yang memiliki keutamaan, seperti yang saya jelaskan dan saya uraikan dalam kitab Al-Fatawa” (I’anatut Thalibin I/313, Beirut: Darul Fikr )
Pendapat kedua, dijelaskan dalam Shahih Muslim ada sebuah Hadis yang memperkuat pendapat keabsahan puasa Rajab yaitu:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ، وحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنِ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ
“Menceritakan kepada kami abu bakr bin Abi Syaibah, dan menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, dan menceritakan kepada kami ayah kami, menceritakan kepada kami usman bin hakim al-Anshory, berkata: aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang puasa Bulan Rajab dan saat itu kami sedang dalam bulan Rajab, maka beliau menjawab: aku mendengar Ibnu Abbas RA berkata: Rasulullah shalallahu ‘Alaihi Wa sallam berpuasa (berturut-turut) sehingga kami menyangka beliau selalu berpuasa, dan beliau tidak berpuasa (berturut-turut) sehingga kami menyangka beliau tidak pernah berpuasa.” (Shahih Muslim juz II/812 No. 1157 Beirut: Darul ihya’ Turats)
Kemudian Imam Nawawi mengomentari hadis tersebut Dalam karangannya Kitab Syarah Shahih Muslim beliau berpendapat :
الظَّاهِرُ أَنَّ مُرَادَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ بِهَذَا الِاسْتِدْلَالِ أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ وَلَا ندْبَ فِيهِ لِعَيْنِهِ بَلْ لَهُ حُكْمُ بَاقِي الشُّهُورِ وَلَمْ يَثْبُتْ فِي صَوْمِ رَجَبٍ نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ وَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْمِ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ وَرَجَبٌ أَحَدُهَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Yang tampak pada penggalian Dalil oleh Sa’id Bin Jubair menunjukkan bahwa tidak ada larangan atau kesunahan khusus dalam pelaksanaan puasa bulan Rajab, akan tetapi dihukumi seperti puasa di bulan lain dikarenakan tidak ada larangan dan kesunahan khusus dalam bulan Rajab, tetapi asal dari hukum puasa adalah sunnah dan di dalam kitab Sunan Abi daud Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mensunnahkan puasa di dalam bulan bulan mulia dan Bulan Rajab adalah salah satu bulan Mulia itu. Wallahu A’lam.” (Al-Minhaj ‘Ala Syarhi Shahih Muslim VIII/38-39, Beirut: Darul Ihya’ Turats)
Maka jelaslah bahwa hukum puasa Rajab adalah Sunnah, karna Rasulullah Menganjurkan puasa di bulan-bulan mulia dan salah satunya adalah bulan Rajab, maka bagi yang sudah melaksanakannya bersyukurlah karna dengan rujukan ini menjadi terang hukum dan statusnya dalam Syariat. Dan bagi yang belum, bisa memulainya besok. Dan pendapat kalangan yang mengatakan puasa Rajab itu tidak berdasarkan dalil, adalah kurang tepat. Wallahu A’lam.
(M. Faiz Nur Ilham) Anggota LTN NU Kab. Mojokerto