Gelar Kegiatan Perdana, Pergunu Kab. Mojokerto Langsung Membuat Halaqoh Aswaja An Nahdliyah

NU Mojokerto – Setelah lama tidak bergiatan, Pergunu Kab. Mojokerto mulai bergerak melakukan kegiatan. Pada Sabtu (5/03/21) Pergunu menggelar halaqah Aswaja An Nahdliyah yang diikuti oleh anggota Pergunu Mojokerto.

H. M. Saiful Anam M.Pd.I, Ketua Pergunu Kab. Mojokerto menyatakan bahwa halaqoh perdana ini dimaksudkan sebagai penguatan ke-NU-an bagi para guru guru NU.  Pergunu, kata pria yang juga menjadi Ketua MWC NU Mojoanyar itu, berharap ke depan halaqoh akan dilaksanakan tiap bulan. 

“Halaqoh ini dimaksudkan agar para guru guru NU meningkatkan ghiroh ke Nu-an kita” terang H. M. Syaiful Anam M.Pd.I

Selain halaqoh, Program Pergunu yang hendak dilakukan adalah melakukan turba ke tiap PAC. Selain itu juga Pergunu akan menertibkan Simas pergunu.

Baca Juga:  MWCNU Jatirejo Raih Predikat 1 BMT dan Lazisnu Terbaik se-Mojokerto

“Selama ini yang mengurus Simas hanya untuk ingin memperoleh beasiswa. Sekarang akan di-screening, biar lebih tertib”imbunya

Ketua Pergunu PWNU Jawa Timur, H. Sururi, S.Ag, MM, merasakan bahagia atas program kegiatan Pergunu Mojokerto yang mulai bergerak. Sururi menyampaikan program Pergunu yang memang mengamanatkan kepada seluruh PC, untuk membentuk PAC. Yang kemudian dilanjut membentuk ranting. Hal ini dimaksudkan sebagai konsolidasi organisasi

Selain mengamanatkan pembentukan PAC, Pergunu juga mengamankan pembuatan Simas.

“Alhamdulillah di Jawa Timur banyak yang memiliki Simas ini. Tetapi ke depan beasiswa beasiswa akan ditertibkan” terang H. Sururi

Ketua Pergunu PWNU Jawa Timur itu juga menyampaikan,

“Karena guru sekarang ini menjadi profesi profesional. Maka guru di NU tidak boleh hanya mementingkan kurikulum saja, tetapi tetap harus ngaji. Dan menjadi pengurus NU adalah ngaji itu sendiri” imbuhnya.

Baca Juga:  Bangun Kepedulian, LAZISNU Mojosari Istiqomah Gelar Santunan Anak Yatim

H. Nur Rohmad, Wakil dari PCNU Kab. Mojokerto menyampaikan guru guru NU harus melakukan transfer keilmuan yang benar. Artinya guru NU juga harus memiliki kurikulum berbasis Ahlu Sunnah wal jamaah. (Is)