Warta  

Konferensi MWCNU Kecamatan Ngoro, KH. Marzuki : Ketua Terpilih Harus Tahu Persoalan

NU Online Mojokerto – Pembukaan konferensi MWCNU Kecamatan Ngoro pada Ahad (20/06/21) dilaksanakan dengan ketat sesuai dengan protokol kesehatan. Hal ini disesuaikan dengan himbauan pemerintah pada kegiatan kegiatan yang berpotensi kerumunan untuk menerapkan protokol kesehatan agar tidak menjadi cluster baru dalam penularan Covid 19 yang beberapa hari ini mencuat kembali.

Meskipun demikian, tak mengurangi kekhidmahan pada pembukaan konferensi MWCNU Kecamatan Ngoro. Dalam sambutannya, Ketua MWCNU Kecamatan Ngoro, KH. Marzuki, menyampaikan beberapa point’ penting terkait program dan MWCNU Ngoro ke depan.

KH. Marzuki mengklaim dimasa kepemimpinannya telah banyak hal dilakukan. KH. Marzuki mencontohkan seperti kepemilikan Nusantara Mart, Rintisan Faskes yg ber MoU dengan pihak ketiga, kepemilkkan ex kantor MWC di desa sedati, dan lain lain.

Baca Juga:  Ahmad Althof 'Athooillah, Nakhoda Baru PC IPNU Kab. Mojokerto Masa Khidmat 2023-2025

“Dimasa periode kami, berdiri Nusantara mart, rintisan faskes, kepimilikan kantor MWC di Desa Sedati dan lain lain” terangnya.

“ke depan, pengurus setelah terpilih, harus tahu persoalan dan kebutihan MWCNU. Sehingga bisa faham langkah bergeraknya” imbuhnya.

H. Hafidz Busyri, yang didapuk mewakili PCNU Kab. Mojokerto sekaligus membuka acara, menanggapi pernyataan KH. Marzuki. Dalam sambutannya, H. Hafidz Busyri menyampaikan bahwa diadakannya konferensi itu dimaksudkan tak sekadar pemilihan ketua, tetapi membenahi jalannya suatu organisasi. Organisasi itu harus memiliki program, tim work, dan strategi melaksanakan program.

“Hakekat konferensi itu sesungguhnya memiliki arti mikirno organisasi. Tentang apa dan mengapa yang harus dilakukan (Program) bagaimana melakukan (komisi Organisasi) Serta Siapa yg harus melakukan, (Milih pengurus)” terangnya.

Baca Juga:  Gelar Lailatul Ijtima’ dan Santunan Anak Yatim, Pengurus MWCNU Mojoanyar Ajak Masyarakat Perkokoh Amaliah NU dan Jalin Silaturahim

Menjadi pengurus, kata Wakil Sekertaris PCNU Kabupaten Mojokerto itu, harus bisa mengurusi bukan diurusi.

” Jadi Pengurus itu ngurusi bukan jadi urusan. Pengurus satu dengan lainnya seperti satu jasad. Sakit satu bagian seluruhnya terasa.”