KOLOM  

Mujahadah Kubro, Sebuah Catatan Ringan

Pada akhirnya, kerinduan untuk berkumpul dalam satu tempat dengan jumlah peserta dengan skala besar pasca pandemic covid tertumpahkan juga. Pada Ahad, 19 Juni 2022 terkumpul 15.000 kader NU dari seluruh Jawa Timur. Ponorogo Menjadi tempat yang dipilih, untuk memberikan penghormatan pada salah satu Kyai yang dihormati oleh Nahdliyin, yakni makam KH. Hasan Besari di kawasan tegalsari, Ponorogo.

KH. Hasan Besari (1729 – 1747 M) adalah sosok Mahaguru para Kyai di Indonesia. Sosok pendiri pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar, salah satu pesantren bersejarah di Indonesia yang terletak di Tegalsari, Jetis, Ponorogo pada abad 18. KH. Abdurrahman Wahid, menuliskan : “Kyai Hasan Besari merupakan monumen berpadunya antara Islam dan Nasionalisme. Beliau pandai dalam berbagai keilmuan, di antaranya agama (tasawuf), ketatanegaraan, strategi perang, dan kesusastraan sehingga beliau dikenal banyak orang dari penjuru Nusantara, mereka berduyun-duyun menimba ilmu kepadanya.
Paling tidak, ini bisa dilihat dari 3 jalur medan juang yang dipilih oleh para santri beliau : Pertama, Jalur Politik, semisal Pakubuwana II, Sultan Kartasura ; kedua, Jalur Sastra. Semisal Bagus Burhan atau Raden Ngabehi Ronggowarsito; ketiga, Jalur Pergerakan Nasional, semisal H.O.S Cokroaminoto; dan ke empat, Jalur keagamaan, semisal KH. Hasyim Asy’ari, Muassis NU. Kitab Adabul Alim wal Muta’alim karya beliau masih ada keterkaitan dengan Krama Negara karya Kyai Ageng Hasan Besari, yang keduanya bermuara pada Kitab Silakrama karya Empu Prapanca.

—0O0—

Sebagaimana yang telah direncanakan, PCNU Kab. Mojokerto memberangkatkan 300-an kader pada kegiatan tersebut. Terbagi dalam 3 bus besar, 1 bus kecil dan 1 elf long. Rencana nya, Rombongan ini berangkat dari PCNU tepat pukul 16.00 WIB. Sehingga akan sampai di lokasi tepat waktu dan bisa mengikuti rangkaian kegiatan mujahadah kubro yang rundownnya dilaksanakan pada 19.00 – 01.00 WIB.

Ana Uriid, Anta Turiid Wa Allah Yuriid ; Saya berencana, engkau berencana tapi (yang terjadi) adalah rencana Allah. Jam 15.00 WIB, Para peserta dari 18 MWCNU sudah siap di kantor. Sampai pukul 16.00 baru ada dua armada yang ready di halaman Kantor PCNU; 1 elf long dan 1 armada bus kecil. Pada pukul 16.30, 1 bus armada dari TNI AL datang. Sehingga sampai dengan pukul 17.00 baru 3 armada yang sudah siap berangkat. Karena sampai saat itu belum ada kepastian datangnya armada yang lain, -setelah kordinasi- akhirnya 3 armada diputuskan berangkat lebih dahulu. Seremoni pemberangkatan pun dilakukan. Sambutan Ketua PCNU, KH. Abdul Adzim Alwi dilanjutkan dengan doa dari KH. Sholihin (Syuriyah PCNU) sebagai penanda keberangkatan para kader menuju Ponorogo.

Bekerja keras, bersungguh-sungguh, berjuang adalah arti dasar dari kata Mujahadah. Inilah yang harus dialami rombongan kader dari kab. Mojokerto. Perjalanan yang pada awal nya di anggap mudah saja ternyata tidak. Tiga armada yang berangkat awal, ternyata bercerai berai (wkwkwkwkwk …). Bus kecil naik tol di Penompo, Elf long menuju jombang dulu baru naik tol disana dan bus TNI AL berputar-putar di kabupaten karena salah jalan saat akan masuk pintu tol. Setelah menunggu agak lama, baru jam 19.00 WIB semua armada tersisa (3 bus) berangkat menuju ke ponorogo. Bus TNI AL yang tadinya masih berputar-putar mencari pintu masuk tol akhirnya kembali pada jalan yang benar (ruju’ ila al-haq) setelah mengikuti hidayah (petunjuk) dari google map (hahaha…). Baru 10 menit berita keberangkatan semua rombongan, ada kabar bus terakhir mengalami ban gembos (Allah Kariim …). Setelah selesai mengganti ban dan bus tersebut berangkat, ganti bus satunya pecah ban (Xixixixixixi). Jika bus pertama tadi cukup 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk mengganti ban, bus yang kedua ini –karena kendala mur yang sulit dicopot- butuh waktu sekitar 30 menit untuk mnyelesaikannya. Untung satu bus terakhir ngancani untuk menyelesaikan pemasangan ban serep. Jika tidak, bisa-bisa rombongan bus ini tidak akan bisa meneruskan perjalanan karena kendala non teknis. Pada update panitia, Rombongan pertama dari kab. Mojokerto yang sudah sampai dilokasi adalah rombongan dari Dawar. Mereka tiba sesuai dengan prediksi panitia, yakni sekitar jam 21.00 WIB
Yup, Fix tepat pukul 20.45 WIB rombongan special ini baru siap melanjutkan perjalanan kembali menuju Ponorogo. Pada saat itu tentu kegiatan Mujahadah sudah dimulai, Rangkaian acara sudah berjalan.. Melihat prediksi google map, perjalanan ke lokasi acara masih 2 jam perjalanan. Oleh karena itu, Peserta rombongan 2 bus special yang terdiri dari Jatirejo, Ngoro, Gondang (di satu bus) ; Jetis, Kemlagi dan Gedeg (dalm bus yang lain) ini terbelah menjadi 2 (Khilaf). Satu sepakat untuk tetap terus dan yang lain berpendapat pulang kembali ke Mojokerto. Akhirnya demi menjaga asas demokrasi, dilakukan voting untuk keputusan bersama (hehehehe …). Suara terbanyak menyatakan. PERJALANAN TETAP DILANJUTKAN ! . Suasana demokratis, penuh dengan saling menghormati dan tanpa ada intimidasi (dan tanpa adanya campur tangan oligarki kapitalisme) pada akhirnya memunculkan keputusan yang sangat baik.

Baca Juga:  Food Security Di Masa Pandemi

Sekitar 40 menit perjalanan (setelah mengganti ban), ada berita bahwa bus TNI AL yang dari luar tampak gagah, ternyata mengalami masuk Angin (ngek-ngok …). Semua rombongan tetap focus untuk mencapai lokasi mujahadah meski dipastikan mereka ini adalah golongan mutaakhirin (gerombolan terakhir). Jam 11.00 untuk yang kedua kalinya, bus TNI AL mengalami masuk angina lagi.

Setelah diberikan sedikit minyak kayu putih dan sedikit pijatan di tempat-tempat tertentu, akhirnya bus ini bisa kembali lagi melanjutkan perjalanan. Dengan susah payah, kesungguhan yang luar biasa, dan perjuangan yang tanpa kenal lelah, Satu persatu rombongan dari kab. Mojokerto tiba dilokasi. Satu bus tidak menuju ke lokasi tapi langsung menuju masjid ponorogo untuk istirahat di sana. Rombongan terakhir tiba di lokasi mujahadah pada pukul 12.00 WIB, tepat saat Ketua PWNU –KH. Marzuki Mustamar- memimpin doa mujahadah.

Baca Juga:  Humor: Kisah 3 Santri Melamar Putri Kiai

—0O0—

Oke … Inilah Karakter Nahdliyin Haqiqatan. Tulus dan Ikhlas, Penuh dedikasi, Rela berkorban, optimisme yang membuncah, kesungguhan tanpa level dan ittiba’ tanpa limit. Karakteristik ini masih terjaga dengan baik sampai saat ini. Mungkin saja ini adalah berkah dari sebuah metode pengaderan yang mengajarkan pesertanya untuk marah-marah tanpa ada alasan yang jelas. Semua peserta ini urunan , merogoh uang pribadi untuk ikut serta mujahadah. Mereka juga menyediakan akomodasi kebutuhan mereka masing-masing. Tidak seperti kegiatan politik yang bisa di arep-arep kompensasinya, Mereka berangkat ke lokasi yang sangat jauh hanya untuk mendapatkan berkah doa para masyayikh dan merealisasikan santri nderek dawuh kyai. Sebagaimana maqalah yang tertera dalam kitab Qami’ al-Tughyan di dawuhkan : a’maal ‘Ibadah bi A’maal al-Qalbiyah. Ungkapan dalam hati saja belumlah cukup, tapi hendaknya diwujudkan dalam wujud nyata.

Nahdliyin memang tidak bisa lepas dari sunnatulloh. Mereka pasti akan punya pendapat yang berbeda, alasan yang berbeda dan wujud tindakan yang juga berbeda-beda. Hal Inilah yang selama hampir 10 tahun ini di minimalisir dengan memberikan orientasi yang sama agar mereka memahami jamiyah ini dengan baik. Karena dengan orientasi yang sama, diharapkan akan ada kesepahaman dan kesatuan untuk tujuan yang sama. Beberapa tahun ini, Nahdliyin sudah pede untuk menyanyikan lagu sendiri. Mencoba untuk mengarang lagu sendiri, mengaransemennya dan menyanyikan lagu sendiri, dan ternyata lagu kita disukai oleh banyak pihak. Tetapi tetap saja, ada yang tidak suka dengan fenomena ini. Sebagaimana ungkapan Bang Napi –host salah satu acara di sebuah telivisi swasta- , Waspadalah … Waspadalah … Waspadalah !!!
Terdengar teriakan lantang, Yel-yel penegasan : SIAPA KITA ??? NU !!!, NKRI ??? HARGA MATI !!!, PANCASILA ??? JAYA !!!. Semakin lama, teriakan tersebut semakin lemah dan melemah, sampai pada akhirnya tidak lagi terdengar teriakan yel-yel penegasan lagi.

 

Langgar Ledok, 20 Juni 2022
Zamroni A. Umar
Wk. Sekretaris PCNU Kab. Mojokerto