Refleksi Pelaksanaan Muktamar NU ke- 34

Saya mengikuti detail Pelaksanaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama sejak Pembukaan, Pleno Bahtsul Masail, Pleno Penetapan Ahwa, Prosesi Pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah mulai Malam Jum’at dinihari sampai Jum’at jam 10 pagi.
Ada berbagai hal yang menarik seperti Jaringan Internet di GSG Universitas Lampung terputus sehingga ketika Rais Aam PBNU terpilih menyampaikan sambutan sebelum prosesi pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah tidak bisa diakses secara langsung dari jauh, Kondisi air di lokasi habis sehingga dibagikan air mineral botol untuk Wudhu Sholat Subuh, juga ada pengumuman Sandal tertukar setelah Sholat Subuh berjama’ah ketika perhitungan suara Tahap 1 dimulai.
Namun ada beberapa hal yang lebih menarik lagi, diantaranya :
  1. Ketika Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA, sebagai Ketua Sterring Committee yang memimpin Sidang Pleno sangat cerdas dan santun dalam menghadapi dinamika Muktamar, ketika itu terjadi sedikit kegaduhan lalu dimuat di media online Nasional, oleh Prof Nuh ditampilkan di layar untuk menjadi introspeksi bersama agar jangan sampai terjadi kegaduhan yang seolah membuat kita terpecah.
  2. Momen ketika KH. Zainal Abidin salah satu anggota AHWA yang menyampaikan Hasil Rapat AHWA untuk memilih Rais Aam terbaru. Meski KH. Ahmad Musthofa Bisri dan Tuan Guru Turmudzi Badaruddin tidak bisa hadir di lokasi secara langsung, hanya bisa mengikuti via Zoom Meeting, Rapat AHWA yang dipimpin Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin berlangsung sejuk, tidak ada satupun yang ingin jadi Rais Aam, akhirnya semua sepakat untuk menunjuk KH. MIFTAKHUL AKHYAR sebagai Rais Aam Syuriah PBNU periode 2021-2026 yang juga sebelumnya menjadi Pejabat Rais Aam setelah KH. Ma’ruf Amin jadi Wakil Presiden.
  3.  Momen ketika KH. MIFTAKHUL AKHYAR menyampaikan Khutbah Iftitah saat pembukaan Muktamar, beliau merasa tidak pantas jadi Rais Aam, beliau mengaku hanya Rais Aam KW3, beliau juga mengingatkan untuk seluruh Warga Nahdliyin kembali ke simbol tongkat Nabi Musa sebagai satu komando seperti isyarat dari Syaikhona Kholil Bangkalan dan Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari
  4. Momen ketika Para Sterring Committee terutama Prof. Dr. Muhammad Nuh yang duduk rendah saat sowan kepada KH. MIFTAKHUL Akhyar untuk meminta pendapat tentang teknis pemilihan Ketua Umum PBNU Tahap 2, punya gelar akademik paling tinggi pun tetap khurmat dan ta’dzhim kepada Rais Aam PBNU KH. Miftakhul Akhyar
  5.  Dan terakhir ini yang menjadikan haru, semoga ini menjadi awal yang baik untuk Nahdlatul Ulama, yaitu momen ketika KH. YAHYA CHOLIL STAQUF, Ketua Umum Tanfidziyah PBNU terpilih mencium tangan Prof. Dr. KH. SAID AQIL SIRADJ, meskipun terlihat seperti rival dalam kontestasi, namun keduanya punya jalinan keilmuan yang erat dari para leluhur beliau berdua.
Baca Juga:  Catatan Muktamar NU 34 (1) : Warung Kartanu dan Kantor PBNU
Lepas dari semuanya, saya mengapresiasi Pelaksanaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama yang secara umum berjalan cukup lancar, riak-riak ombak lautan Muktamar menjadi ciri khas sebuah dinamika kehidupan Muktamar 5 tahunan ini.
Selamat kepada KH. MIFTAKHUL AKHYAR yang menjadi Rais Aam Syuriah PBNU periode 2021-2026 . Dan Selamat kepada KH. YAHYA CHOLIL STAQUF yang terpilih menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU periode 2021-2026
Kepemimpinan ala Timur – Tengah alias Jawa Timur dan Jawa Tengah semoga membawa bahtera Warisan Ulama menjadi lebih maju dalam era Revolusi Industri 4.0 menuju Satu Abad Nahdlatul Ulama, Membangun Kemandirian Warga Untuk Perdamaian Dunia.
MERDEKA….!!!
Penulis : Imron Rosyadi (Nahdiliyin Jawa Tengah)