KOLOM  

Muhammad Kace: Perusak Citra Islam Yang “Tidak Kece”

Kasus pencemaran nama baik berkedok agama yang dilakukan Muhammad Kace bukanlah fenomena yang pertama kali terjadi, khususnya di Indonesia. Sebelumnya, di tahun 2020 ada seorang kakek bernama Apollinaris Darmawan yang juga menghina Islam. Dari ulahnya tersebut, dia divonis 5 tahun bui.

Namun, dia (Muhammad Kece) menjadi fenomenal karena keberaniannya mencari-cari celah Islam secara terbuka lewat diskusi virtual, dan berani menantang penegak hukum untuk menangkapnya.

Dia berlaku seperti misionaris yang berusaha mendoktrin lawan bicaranya untuk keluar dari agama Islam, atau mendoktrinasi umat Islam, bahwa ajaran Islam adalah sesat dan jauh dari kebenaran. Lewat kajian “sesatnya” itu, dia berhasil memurtadkan kurang lebih 25 orang.

Meskipun begitu, ada hal yang sebetulnya menggelikan di mata orang Islam, terutama para kaum terpelajar. Muhammad Kace dalam kajian ngawurnya, seringkali menyalahkan Islam, merendahkan ajaran Islam hanya berbekal terjemahan Al-Quran.

Fenomena ini tentu menjadi “humor” tersendiri bagi kaum terpelajar, utamanya kaum pesantren, yang sedari dini belajar ilmu-ilmu Al-Quran, lantas mendengar “ocehan” Muhammad Kace bicara tentang Al-Quran, tapi hanya lewat terjemahan.

Baca Juga:  Tafsir Surah az-Zumar Ayat 09, Potret Etika Menuntut Ilmu Dalam Alquran.

Di sisi lain, spesies manusia yang mencari kesalahan Islam lewat kajian Al-Quran seperti Muhammad Kace telah “ngetrend” di dunia Barat sekitar tahun 7 Hijriah, mereka disebut dengan Orientalisme.

Orientalisme secara sederhana biasa didefinisikan sebagai orang barat yang mempelajari Islam, dengan beberapa tendensi: seperti mencari kesalahan Islam, agar umat Islam mau pindah haluan, atau murni tujuan akademis.
Bedanya, Para orientalis kebanyakan mengaji Islam dengan pendekatan akademis. Mereka rela bertahun-tahun mempelajari bahasa Arab, meneliti Al-Quran secara tekstual, maupun konten, bahkan tidak sedikit buku orientalis yang kemudian dijadikan buku rujukan kesarjanaan Muslim.

Sedangkan, Muhammad Kace hanya berbekal terjemahan Al-Quran, terjemahan hadis. yang itu membuatnya tidak “se-kece” pencari kesalahan Islam yang lain.

Baca Juga:  Menyikapi Musibah Dengan Cerdas Melalui Pendekatan Ilmu Tauhid

Dari fakta ini, kita bisa berkesimpulan bahwa Muhammad Kace bukanlah musuh Islam yang “berat-berat banget”. Sebenarnya, umat Islam juga tak perlu bereaksi berlebihan, karena yang bicara hanyalah orang bodoh yang memusuhi Islam. Namun tetap harus diberi efek jera, karena membuat kegaduhan di tengah masyarakat, dan itu cukup diamanahkan kepada aparat penegak hukum.

Menanggapi ocehan orang bodoh, menarik untuk mengutip sikap Imam as-Syafi’i dalam Syairnya:

إذا نطق السفيه فلا تجبه #  فخير إجابته السكوت

“jika ada orang bodoh berbicara jangan terlalu bereaksi, maka reaksi terbaik untuknya adalah diam.” (Diwan as-Syafi’i)

 

Penulis : M. Faiz (Anggota LTN NU Kab. Mojokerto)