KOLOM  

Tafsir Surah az-Zumar Ayat 09, Potret Etika Menuntut Ilmu Dalam Alquran.

Keberhasilan ulama dalam menuntut ilmu tidak hanya didasari oleh kecerdasan. Namun senantiasa mengedepankan etika atau akhlak. Tidak mengherankan apabila banyak ulama era klasik maupun kontemporer sampai menulis karya yang fokus membincangkan etika-etika dalam menuntut Ilmu.

Sebut saja Imam al-Ghazali dengan Minhaj al-Muta’allim-nya Syekh az-Zarnuji dengan kitab Ta’lim Muta’allim-nya, bahkan Hadratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari juga menulis kitab serupa dengan nama Adab al-Alim Wa al-Muta’allim.

Hal ini menjadi sinyal, bahwa menuntut ilmu tidak cukup hanya berbekal kecerdasan. Namun juga harus menjaga dan megedepankan adab. Dalam Alquran sendiri, salah satu potret etika yang bisa kita ambil pelajarannya adalah di dalam surah az-Zumar ayat 9 berikut:

فتَعَـٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن یُقۡضَىٰۤ إِلَیۡكَ وَحۡیُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِی عِلۡما

:
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.(Q.S az-Zumar:09)
 
Secara umum, ayat tersebut menjelaskan tentang perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW, untuk tidak tergesa-gesa dalam membaca Alquran sebelum pewahyuan Alquran selesai dengan sempurna. Karena Nabi Muhammad ketika mendapatkan wahyu Alquran dari Malaikat Jibril senantiasa mengikutinya huruf demi huruf, kalimat demi kalimat karena takut tertinggal bacaan Malaikat Jibril. Sehingga Nabi Muhammad pun tidak menghafalkannya. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai pengingat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi Muhammad diperintahkan untuk berdoa agar senantiasa diberikan tambahan ilmu pengetahuan dari Allah.

Pelajaran yang dapat kita garis bawahi adalah, ketergesa-gesaan adalah hal yang dapat mengurangi kualitas keilmuan. Ini sebagian dari etika menuntut ilmu. Problem ini sering dialami penuntut ilmu yang belajar karena mengejar target kuantitas. Bukan mengejar target kualitas.

Oleh karena itu, kita bisa mengambil pelajaran dari Wejangan al-Maghfur KH Arwani Amin Pendiri Pondok Pesantren Yanbu’ul Quran yang melarang santri beliau untuk bercepat-cepat dalam menghafalkan Alquran. Karena hal tersebut bisa mengganggu kualitas hafalan.

Diakui atau tidak, dari segi kuantitas, ilmu yang dipelajari dengan waktu yang lama, akan membuahkan hasil yang lebih daripada ilmu yang dipelajari dengan ketergesa-gesaan. Menarik sekali apabila kita mengutip syair dari kitab Ta’lim Muta’allim, bahwa salah satu faktor keberhasilan menuntut ilmu adalah sabar (Ishtibar) dan dipelajari dalam waktu yang lama (thulu az-zaman). Etika belajar dari ayat di atas selanjutnya adalah keharusan seorang penuntut ilmu untuk senantiasa berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT untuk dimudahkan dalam urusan mencari ilmu. Banyak dia yang diajarkan oleh para ulama dan bahkan Nabi Muhammad SAW. Salah satu doa yang diajarkan Nabi seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi berikut :

 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ)

Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW pernah berdoa: “Ya Allah berilah kemanfaatan dari apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, tambahkanlah ilmu pengetahuanku, segala puji bagi Allah atas segala keadaan, dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli Neraka”.

Banyak figur ulama yang berhasil dalam menuntut ilmu, memberikan tips dan trik bahkan rahasia-rahasia keberhasilan mereka. Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengikuti jejak mereka. Wallahu A’lam.

Faiz (Anggota LTN Kab. Mojokerto)