Menyelisik Tradisi Unik Nahdliyin Dusun Kendalsari 

Puri, NU Online Mojokerto –

Ada yang menarik dari warga Nahdliyin Dusun Kendalsari Desa Plososari Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dalam memanfaatkan momentum peringatan Nuzulul Qur’an dan momentum 10 hari terakhir bulan Ramadan 1443 H. Beberapa rangkaian kegiatan disiapkan untuk mengisi momentum tersebut yakni pengajian umum bergilir usai shalat tarawih, keliling dari Masjid dan langgar sedusun Kendalsari. Uniknya lagi, kegiatan ini sudah berjalan puluhan tahun dan sudah seperti menjadi tradisi di kampung ini. Akan hambar jika tidak dilaksanakan.

 

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Abdul Ghofur, Pria yang menjabat sebagai sekretaris Masjid setempat dan juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Anak Ranting (PAR) NU Dusun Kendalasari.

 

“Ya, di Kampung kami ada kegiatan yang sudah menjadi tradisi di bulan Ramadan. Khususnya mulai saat peringatan Nuzulul Qur’an dan saat Ramadan memasuki 10 hari terakhir berupa pengajian umum secara bergilir keliling dari masjid dan langgar (musalla) sedusun Kendalsari dengan jadwal yang telah ditentukan.” Terangnya.

 

“Pada dasarnya kegiatan ini sudah diwariskan oleh para pendahulu –ulama/para sesepuh/kiai– kita yang turun temurun hingga bertahan sampai saat ini. Jadi ini sudah ada sejak lama dan bukan hal baru, namun kemasannya saja yang berbeda.” Lanjutnya.

 

Senada dengan Abdul Ghofur, H. Abdul Muhith Badri, pria yang menjabat Ketua Takmir Masjid Al-Ikhlas di Dusun setempat juga membenarkan pernyataan Abdul Ghofur.

 

“Benar apa yang disampaikan oleh Mas Ghofur bahwa kegiatan ini adalah warisan para pendahulu di kampung ini. Memang sejak dulu sudah ada namun ada kemasan baru yang dikembangkan oleh generasi berikutnya.” Terang H. Muhith, pria yang sehari-hari dinas di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Trowulan.

 

“Para orang tua kami atau para pendahulu kami sudah meletakkan pondasi yang baik, maka tugas kami sebagai penerus harus mempertahankan sesuatu yang sudah baik dan terus berinovasi untuk mengembangkannya dengan yang lebih baik. Karena kami berpedoman pada ungkapan yang mashur; al-muhafadhatu ‘alal qodimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah (mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan bersikap terbuka terhadap nilai-nilai baru yang terbukti lebih baik).” Lanjut H. Muhith.

 

“Di kampung kami ada 6 tempat ibadah (masjid dan langgar). Awalnya dulu setiap Masjid dan langgar sudah mempunyai jadwal tersendiri ketika mengisi kegiatan di separuh hari akhir bulan Ramadan. Di antaranya; (1) Masjid Al-Ikhlas, itu selalu di momen peringatan Nuzulul Qur’an. (2) Masjid lama Darussalam, momennya pas malam selikur –malam ganjil 21 Ramadan- (3) Langgar Sabilul Huda, momennya pas malam telulikur –malam ganjil 23 Ramadan- (4) Langgar Nurul Iman, momennya pas malam selawe –malam ganjil 25 Ramadan- Ramadan (5) Langgar Hidayatul Muttaqin, momennya pas malam pitulikur –malam ganjil 27 Ramadan- dan (4) Langgar Nurur Rohmah, momennya pas malam songolikur –malam ganjil 29 Ramadan-.” Lanjut H. Muhith.

 

“Yang menjadi pembeda adalah kalau dulu kegiatannya berupa kenduren atau tumpengan (Kendurian) yang diikuti oleh jamaah masing-masing masjid atau langgar setempat sesuai jadwal yang ditetapkan. Kalau sekarang kemasan kegiatannya sudah berkembang, dibuat pengajian umum, mendatangkan kiai-kiai sesuai kesepatan jamaah dan diikuti tidak hanya jamaah setempat saja tetapi diikuti oleh semua warga Dusun Kendalsari bahkan luar kampung.” Lanjut H. Muhith.

 

“Jadi sekarang tidak hanya jadwalnya saja yang bergilir, akan tetapi jamaahnya juga musti bergilir keliling dari satu masjid ke masjid atau dari langgar ke langgar lainnya.” Lanjut H. Muhith.

 

“Tujuan kegiatan ini di samping untuk mencari keberkahan bulan Ramadan, Thalabul Ilmi, juga tak kalah penting adalah sebagai pemupuk rasa kebersamaan, kekompakan, kerukunan dan kebersatuan warga dusun Kendalsari.” terang H. Muhith.

 

“Alhamdulillah pada malam hari (18/04/05) Masjid Al-Ikhlas mengawali rangkaian kegiatan separuh akhir bulan Ramadan dengan kegiatan Pengajian Umum dalam rangka Peringatan Nuzulul Qur’an.” Tutup H. Muhith.

Kontributor: Fahrul – LTN NU Puri

Editor: Wahyu T. O.