NU Online Mojokerto – Ruang dakwah NU tak sekadar pada ritual tahlil dan istighosah saja. Tetapi ia bergerak ke berbagai lini. Salah satunya dakwah di Lapas.
Hal ini setidaknya dilakukan oleh PC Rijalul Ansor Mojokerto dan Gus Sofyan. Gus Sofyan, yang dikenal dengan panggilan Makelar, istikomah berdakwah di Lapas Kelas II B Mojokerto setiap Rabu siang sejak tahun 2015.
Dakwah di Lapas ini, menurut Gus Sofyan, sejarahnya dimulai pada saat salah satu Kiai Mojokerto masuk di Lapas ini. Beliau mengamati pengajian-pengajian yang diberikan di Lapas dilakukan oleh golongan yang bukan dari NU. Kemudian beliau meminta kepada KH. Abdul Adzim, yang waktu itu menjadi Ketua PC LDNU Kabupaten Mojokerto, untuk membuat program ngaji di Lapas. Setelah melalui tahap lobbying, akhirnya PC LDNU Kab. Mojokerto resmi memperoleh izin untuk mengisi pengajian di Lapas. Namun seiring dengan waktu, pengajian ini diteruskan oleh Gus Sofyan dan PC Rijalul Ansor Mojokerto.
Pengajian di Lapas ini, dimulai pukul 12.30 WIB. Dimulai dengan pembacaan sholawat oleh warga Lapas. Kemudian dilanjut dengan pengajian. Biasanya pematerinya berganti-ganti.
“Ngajinya materi ringan. Yang terpenting bisa memberi nasihat yang membekas ke jamaah. Pematerinya dari teman-teman NU” tukas Makelar.
Pada hari Rabu (2/02/22), Gus Sofyan atau Makelar, menyampaikan cerita hikmah berupa kisah Uwais Al Qorni.
“Meskipun Uwais Al Qorni itu diberi oleh Allah dengan berbagai keterbatasan, tetapi tidak mengurangi ketaatan kepada Allah,” ceramah Gus Sofyan kepada warga Lapas yang menyimak dengan penuh khusu’.
Gus Sofyan bercerita, saat di Yaman, semua orang berbondong-bondong untuk sowan ke Nabi Muhammad. Hal ini menjadikan rasa ingin sowan yang membuncah dari seorang Uwais Al Qorni. Karenanya, Uwais Al Qorni izin kepada ibunya untuk berangkat ke Madinah. Namun ia tidak diizinkan oleh ibunya.
“Ibunya Uwais Al Qorni itu rodok cerewet, rodok manja kepada Uwais Al Qorni. Kemana-mana minta gendong. Tapi Uwais Al Qorni sabar. Ia menuruti permintaan ibunya. Termasuk nurut ketika ia tidak diizinkan sowan ke Kanjeng Nabi. Ia memilih birul walidain,” tegas Gus Sofyan.
Diceritakan Uwais Al Qorni memang tidak pernah bertemu Nabi. Namun secara Ruhani pernah bertemu dengan Nabi. Karenanya Nabi memberi wasiat kepada para sahabat untuk mencari Uwais Al Qorni dan meminta doa bila telah bertemu.
Semua sahabat penasaran dengan sosok Uwais Al Qorni. Mereka mencari di berbagai sudut kota. Namun tidak satu pun bertemu. Kecuali pada saat era kekhalifahan Umar bin Khatab. Umar bin Khatab bisa melacak keberadaan Uwais Al Qorni yang berada dalam kondisi penuh kekurangan.
“Uwais Al Qorni itu bajunya cuma sepasang. Bahkan pakaiannya tak sampai menutup aurat. Makan pun sederhana, hanya cukup untuk memenuhi lapar dan dahaga dari sisa sisa makan orang” lanjut Gus Sofyan.
Selanjutnya, pria yang berasal dari Dawarblandong itu menjelaskan, bahwa meskipun Uwais Al Qorni dalam kekurangan, tetapi hatinya dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah. Karenanya, ketaatan tak bisa dilihat dari harta benda yang melimpah, dalam kekurangan pun, Allah bisa memenuhi rasa bahagia bila hati hamba penuh ketaatan.
” Panjenengan yang ada di dalam sini pun memiliki hak untuk bahagia. Kebahagiaan tidak diukur dari harta benda, tetapi hati yang bersambung kepada Allah” tutur pengurus NU Mojokerto ini.
Ceramah selanjutnya dilanjutkan oleh Gus Misbah dari PC Rijalul Ansor. Ia menambahkan tentang perlunya ngaji terus menerus walau dalam kondisi kekurangan. Ia banyak bercerita tentang pencarian ilmunya kepada ulama-ulama NU di sepanjang pulau Jawa. Ia mendoakan agar warga lapas terus ikut menghadiri majelis ilmu seperti ngaji Rutinan setiap Rabu.
Acara ditutup dengan doa dan sholat ashar berjamaah.