Beberapa hari yang lalu Hj. Aslikhatul Mahmudah, S.Pd., M.Pd di daulat menjadi Ketua PC. Muslimat untuk masa khidmah 2022-2027. Bagaimanakah sosoknya? Berikut hasil wawancara dari Fahrul mewakili Tim PC. LTN NU Kabupaten Mojokerto.
Kami mewakili LTNNU Kab. Mojokerto mengucapkan Selamat kepada Ibu Hj. Aslikhatul Mahmudah, S.Pd., M.Pd. atas terpilihnya menjadi Ketua PC Muslimat NU Kab. Mojokerto Masa Khidmat 2022-2027 pada pagelaran KONFERCAB Muslimat NU Kab. Mojokerto (25 Juni 2022).
Terimakasih, ucapan selamat itu adalah doa bagi saya, kata berkah bagi saya. Bukan berarti ucapan selamat yang –menunjukkan- misalanya saya orang hebat atau apa tapi lebih kepada menegok akan diri saya sendiri atau lebih dalam lagi ucapan selamat itu saya kembalikan kepada diri saya sendiri; siapa sih saya kok tiba-tiba bisa menjadi Ketua Muslimat NU Kabupaten Mojokerto.
Pernah terpikirkan sebelumnya sehingga pada akhirnya bisa menjadi orang nomor satu di Muslimat NU Kabupaten Mojokerto?
Saya setiap kerja, mulai menjadi guru sejak tahun 1983 itu tidak pernah terpikirkan yang macam-macam. Pokoknya saya ingin menjadi guru yang baik gitu saja. Saya ke suami ketika jadi kepala sekolah juga begitu, saya pamit dan minta doa kepada suami supaya menjadi kepala sekolah yang baik gitu saja.
Saya itu -merasa- orangnya paling antik, biasanya ketua Muslimat itu sosok –ibu- nyai besar, punya pondok besar, kitab kuningnya ngelontok, istrinya kiai atau ulama besar –sedangkan- saya ini orangnya nasional karena saya ya seperti ini yang berkecimpung menjadi seorang guru dan kalau sore ada di TPQ, gitu saja.
Panjenengan kelahiran Magelang Jawa Tengah, ceritanya bagaimana bisa sampai di Mojokerto?
Iya, kalau saya memang dari Watucongol, Gunungpring, Mbah Dalhar itu. Kalau bisa sampai di Mojokerto itu memang karena tugas kedinasan saja,
Sebelumnya tahun 1983 kerja menjadi calon PNS di Sampang Madura hingga tahun 1992. Terus dari tahun 1992 hingga sekarang pindah ke Mojokerto. Karena suami juga dinas dan tinggal di Mojokerto. Maka otomatis menetap di Mojokerto.
Saat di Madura, di sana itu -karakteristik- terkenal keras tapi saya bisa membaur dengan warga kampung, pakai sepeda uklik, sewekan, pakai kerudung yang kelihatan rambutnya. Suka mengikuti pengajian karena memang sering diajak tokoh Sampang Madura Bu Nyai Azizah pada waktu itu.
Ada yang menarik tadi panjenengan menyebut dari Watucongol Mbah Dalhar. Kira-kira apakah panjenengan masih ada hubungan keluarga dengan sosok ulama Mbah Dalhar?
Ya Saya dzurriyahnya situ dari garis Ayah. Ayah saya namanya Kiai Rochmatulloh punya ayah namanya KH. Ihsan, itu kalau saya lihat di kitab dalailnya itu berangkat hajinya tahun 1959, terus –di atasnya lagi- Hasan Tuqo. Tapi saya tidak begitu hafal-runtutannya-. Akan tetapi kenyataannya makam-makanya itu berdekatan dengan beliau-beliau itu. Yang Mbah Nyai Dalhar itu gandeng dengan ayah saya, sedangkan makam Mbah Dalhar itu dekat dengan makam paman saya, mbah putri pokoknya dekat-dekat dengan mbah-mbah saya.
Sepertinya kalau diualas lebih dalam ini menarik, setidaknya menurut kami karena tidak begitu diketahui banyak orang. Tapi mungkin di lain waktu sebab terbatas oleh waktu.
Iya boleh. Tapi dari sini saya mau berkata sejujurnya bahwa saya ini orang nasionalis, tidak bisa apa-apa. Kalau pun toh pada akhirnya saya bisa berkecimpung, mengabdikan diri di Muslimat, mengurusi pendidikan Al-Qur’an dan lain sebagianya itu karena kesababan kharisma–barokah-nya mbah-mbah saya saja.
Kalau ilmunya ora nduwe tapi kalau Kharisma dari mbah-mbah saya insyaallah masih mendampingi.
Iya terus ini tadi baru selesai agenda penyusunan pengurus harian oleh tim formatur. Agenda berikutnya melengkapi susunan kepengurusan untuk pengisian bidang-bidang. Insyaallah rencana setelah hari raya idul adha ini seluruh pengurus bersama 18 ketua PAC saya ajak rombongan ke Magelang sana, ziaroh. Setelah itu menyusun kepengurusan di rumah asal-usul saya di sana.
Wah asik bu, boleh dong kalau ada kursi kosong teman-teman LTN NU diajak?
Monggo.
Bisa diceritakan proses perjalanan dari menjadi bakal calon sampai pada akhirnya terpilih menjadi Ketua Muslimat?
Kalau saya memperhatikan proses konfercab dari acara awal sambutan-sambutan hingga sampai pada proses pencalonan Alhamdulillah yang dicalonkan itu semuanya hadir, tidak ada calon 1,2,3,4. Siapa pun boleh memilih siapa. Itu menurut saya fair –adil- banget itu. Jadi artinya semua peserta adalah calon.
Berikutnya dipanggil tiap PAC mengambil kertas yang disedikan kemudian menulis calonnya. Begitu seterunya. Nah setelah selesai proses penulisannya maka saya turun untuk shalat. Setelah selesai shalat saya naik ke atas lagi –ke gedung wisma NU Kab. Mojokerto lantai 2- tiba-tiba saya melihat terpampang hasil perolehan suaranya seperti itu. Ya sudah.
Perasaan setelah terpilih?
Saya jelaskan dulu. Saya itu orangnya kalau dilihat dari –ukuran- temperamen saya itu orangnya pemarah, keras tapi kalau sudah didekati seperti ini maka ya baik-baik saja. Nah, untuk Konfercab kemarin saya mulai awal tidak pernah mempunyai perasaan senang atau susah, tidak. Ya kayak gini itu, basa-biasa saja.
Apa Visi Misi Panjenengan dalam menahkodahi Muslimat NU Kab. Mojokerto lima tahun ke depan?
Visi misi saya di Muslimat –tingkat- mana pun, baik di ranting atau di PAC saya hanya ingin klinik An-Najah itu hidup saja, minim jadi rumah sakit. Tidak tahu itu nanti tipe berapa yang penting hidup. Jadi bidang kesehatan itu harus mencuat karena ikonnya muslimat saat ini yang bisa kita unggulkan ya itu, kita kelola yang bagus. Makanya saya pingin menggandeng orang-orang tenaga medis, termasuk dokternya yang mampu menggarap ini biar jalan. Sayang jika kita punya aset tapi tidak terkelola dengan baik.
Bidang berikutnya, ekonomi. Kita punya Koperasi An-Nisa. Itu juga perlu dikembangkan lagi. Bidang Dakwah sudah banyak sebenarnya tokoh-tokoh dan itu harus dimunculkan. Begitu juga dunia pendidikan, kalau ini sebenarnya sudah terwadahi dengan bagus hanya perlu pengembangan saja.
Panjenengan termasuk sosok yang mempunyai kesibukan luar biasa. Bagaimana panjenengan dalam mengatur waktu?
Bagi saya pokoknya On Time. Satu kali orang on time maka semuanya bisa terjangkau. Pekerjaan sebanyak apa pun selesai.
Suka duka dalam berorganisasi?
Saya itu kok gak pernah berduka ya. Saya itu orangnya enjoy terus, seneng terus, di mana pun. Di organisasi kemasyarakatan apa pun. Bertahun-tahun di RT, TPQ, Muslimat dari tingkat ranting sampai PAC enjoy-enjoy saja. Sampai sekarang enjoy-enjoy saja.
Harapan untuk Muslimat NU kedepan?
Harapannya, menghadapi tantangan masa depan yang seperti ini, semua sudah serba canggih, multimedia seperti ini, saya hanya ingin andaikan saya salah pilih orang-orang yang saya tempatkan di kabinet ini. Katakanlah kurang pinter IT maka langsung saya suruh ngantor full di kantor, saya datangkan operator yang ngajari. Jangan sampai muslimat buta IT. Harus melek IT.
Kapan pelaksanaan Pelantikan?
Pelaksanaan Pelantikan nanti kami informasikan. Kewajiban kami sekarang menyusun kabinetnya. Kami diberi waktu satu bulan untuk menyelesaikan susunan kabinetnya. Doanya saja semoga bisa terselesaikan dengan baik.