KOLOM  

KH Abdul Adzim Alwy: Ziarah Kubur Ibarat Menyambungkan Pohon dengan Akar.

Trowulan, NU Online Mojokerto –

Sebuah tradisi ruwah dusun atau megengan menjadi hal yang rutin digelar oleh sebagian masyarakat terutama warga nahdliyin. Kegiatan yang tujuan utamanya adalah bersyukur dan bersiap menuju bulan suci ramadan. Tradisi yang biasanya terselip kegiatan ke makam para leluhur/ahli kubur, ulama, dan guru untuk berziarah dan mendoakan.

KH Abdul Adzim Alwy di dalam kegiatan megengan kubro di Desa Trowulan menyampaikan beberapa pesan agar kita tetap menyambung batin dengan berziarah dan mendoakan para ahli kubur, leluhur, ulama, dan guru kita.

KH Abdul Adzim Alwy diawal mauidhah menyampaikan tentang sebuah wujud. Wujudnya sesuatu itu dibagi 3 bagian yakni sebagai berikut:

1. Wujud yang ada awalnya dan akhirnya.

Yakni wujud kita manusia baik dari awal kelahiran hingga nanti akan meninggal dunia, Selain itu ada pencipatan dunia dan seisinya dari awal penciptaan hingga akhir yakni kiamat.

2. Wujud yang ada awalnya tapi tidak ada akhirnya. 

Yakni wujudnya surga dan neraka. Karena dua hal tersebut tidak akan rusak atau musnah, keduanya itu kekal. Termasuk juga wujud arwah/ruh, jin, dan setan yang ada awalnya tapi tidak akan pernah mati.

3. Wujud tidak ada awalnya tidak ada akhirnya. 

Yakni Wujudnya Allah SWT.

Sekarang kita membahas tentang ruh kita, keluarga dan saudara kita keatas. Maka, saat kita mendekati bulan Ramadhan yakni Sya’ban orang jawa seringkali menyebutnya sebagai ruwah.

Kita harus mengopeni para arwah leluhur, karena bulan Ramadhan adalah bulan suci. Tidak hanya yang hidup tapi yang sudah tiada akan mendapatkan rahmat dari bulan Ramadhan didukung dengan hadits riwayat iman An-Nasa’I:

Baca Juga:  Safari Ramadhan, MWCNU Imbau Nahdliyyin Trowulan Tidak Menyalakan Petasan

“Barang siapa yang bergembira akan hadirnya bulan Ramadhan, maka jasadnya tidak akan tersentuh sedikit pun oleh api neraka.” (HR. an-Nasa’i).

Akan tetapi, tidak semua umat muslim senang dengan datangnya Bulan Ramadhan. Hanya orang yang beriman saja yang senang dengan datanganya Bulan Ramadan, berbeda kalau orang yang hanya islam ktp saja yang akan malas bahkan kesal dengan datangnya Bulan Ramadan. Khusus orang yang beriman maka dia senang. Mengapa demikian? Karena yang dipanggil diperintahkan untuk berpuasa hanya orang-orang beriman. Kiai Mengutip Surat Al Baqarah ayat 183 Dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 183, Allah SWT berfirman:

Ya ayyuhalladzina amanu kutiba alaikumu-shiyam, kama kutiba ‘alaladzina min qablikum la’allakum tattaqun.”

Yang artinya: “Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. (Berpuasa) agar kamu bertakwa

Kiai Abdul Adzim Alwy menekankan pada “Ya ayyuhal ladzina amanu”. yakni orang yang beriman. Karena sering kita lihat, ada seorang muslim yang masih melanggar ibadah puasa ramadan. Maka saya berharap semoga kita semua yang hadri di majelis termasuk orang yang beriman.

Mengapa kita harus menyambung dengan arwah keluarga yang sudah meninggal? Karena kita itu diibaratkan sebagai pohon. sesepuh dan guru kita yang sudah meninggal dunia seperti akar. karena dari itu kita harus menyambung dengan para leluhur. Ibarat pohon kalau ingin subur dan kuat maka pohon harus menyambung dengan akar. Ketika ada pohon itu tidak mau menyambung doa dan batin maka pohon akan tumbang dan roboh. Contohnya ketika kita tertimpa permasalahan maka akan gampang putus ada dan tumbang. Para ulama dan sesepuh ngajak nyambung silaturahmi dengan doa dan batin dengan para ahli kubur/leluhur serta para ulama/guru kita.

Baca Juga:  Ajak Prasbhara, IPNU IPPNU Trowulan Adakan Galang Dana

Semoga kita bisa menjadi pohon yang menyambung dengan akar yang bisa menjadi daun dan bunga yang menjadi berkah manfaat kepada keluarga kita. Ziarah kubur pun itu diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Berziarahlah kalian ke kuburan, karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan kematian,” (HR. An Nasai dan lainnya)

Kegiatan ziarah kubur saat ini semakin terkikis, dulu gemruduk (ramai). Sekarang, sudah jarang dan sepi. Orang-orang saat ini, lebih memilih menyukai warung, cafe wifi dan tempat hiburan daripada sekedar melaksanakan ziarah kubur. Mari kita melestarikan tradisi yakni ziarah kubur yang bertujuan menyambung dengan para ahli kubur/leluhur dan guru kita yang sudah meninggal dunia terlebih dulu. Semoga kita termasuk orang yang menyambung silaturhami baik kepada sanak saudara, keluarga, teman dan bahkan tak melupakan para ahli kubur/leluhur, ulama, dan guru kita.

Kontributor : Moch. Taufiq Zulmanarif ( LTN NU Trowulan)