Dawuh Kanjeng Nabi Muhammad SAW
حبب إلي من دنيكم ثلاث: الطيب والنساء وجعلت قرة عيني في الصلاة
“Ada tiga hal yang aku diberi kecintaan dalam urusan dunia kalian : wewangian, wanita dan dijadikan penyejuk hatiku ada dalam sholat”
Kalau sekilas baca, mungkin kita akan mengernyitkan dahi. Seakan isi hadits ini menunjukkan sesuatu yg janggal, betapa mesumnya sosok Kanjeng Nabi SAW. Apakah demikian?
Hadits ini diriwayatkan dalam banyak kitab hadits dgn beragam matan (teks) yg berbeda dan telah mendapat beragam penilaian dari banyak Imam Hadits. Seperti Imam Nasa’i yg menilai shohih li isnad, Imam Al Aqili yg menilai dhoif li isnad, Imam Hakim yg menilai jayyid dan lain-lain. Kesimpulannya, sebagian besar menilainya bagus, baik dari segi matan maupun perowinya.
Hadits yang diriwayatkan oleh shohabat Sayyidina Anas bin Malik RA ini kalo kita kaji lebih dalam, justru menunjukkan komitmen yang dibangun Kanjeng Nabi Muhammad SAW atas dua hal yg menjadi pondasi dasar agama yg disebut Imam Ar Rozi dalam Tafsir Ar Rozi, yaitu :
التعظيم لأمر الله والشفقة على خلق الله
“Memaksimalkan diri dalam melaksanakan perintah Gusti Allah dan membangun kepedulian atau kecintaan terhadap sesama makhluk”
Atau yg biasa kita sebut dgn Hablun minAllah dan Hablun min an nas (hubungan dengan Gusti Allah dan hubungan dengan sesama makhluk). Juga menunjukkan betapa parpurnanya Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai hamba Gusti Allah.
Makna yang terkandung adalah :
1. Bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW dilihat dari sisi kemanusiaannya, sangat wajar jika punya sesuatu yang dicintai, baik secara lahir maupun batin, selayaknya umumnya orang. Dan hal itu tidak mengurangi kemuliaan beliau sebagai pembawa wahyu Gusti Allah yang makshum, karena punya sesuatu yg dicintai itu sendiri bukan sesuatu yg tercela.
Dari sini terlihat bahwa mempunyai mahabbah atau kecintaan secara lahir batin adalah sunnah Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
2. Kanjeng Nabi mencintai wewangian. Hal ini memberikan sebuah gambaran kesempurnaan aspek khilqiyyah (fisik) dari pribadi Kanjeng Nabi SAW. Di samping menyempurnakan akhlak, Kanjeng Nabi SAW juga sangat menjaga penampilan luarnya, di mana penampilan luar merupakan cerminan dari pribadi setiap orang.
Untuk mewujudkan kesempurnaan komitmen hablun min an nas, Kanjeng Nabi SAW memberi contoh kepada umatnya agar senantiasa menjaga kenyamanan orang yang ada di sekitarnya dengan menjaga penampilan fisik. Artinya, sunnah bagi orang Islam untuk berpenampilan menarik sehingga tampak keindahan Islam.
3. Kanjeng Nabi SAW mencintai wanita. Hal ini mengajarkan beberapa faidah kepada umatnya, antara lain :
a. Bahwa timbulnya rasa cinta dari seseorang terhadap seorang wanita bukanlah hal yang tercela melainkan memang merupakan tabiat yang telah ditakdirkan Gusti Allah ada dalam diri tiap hamba-Nya atau sunnatullah. Selain itu, Kanjeng Nabi ingin mencontohkan bahwa rasa cinta pada makhluk itu wajar dan tidak terlarang.
b. Sebagai laki-laki normal, tentu Kanjeng Nabi SAW mencintai wanita. Selain itu, di hadits lain disebut juga beliau mencintai anak yatim, orang miskin dan orang yang lemah. Artinya, penyebutan cinta wanita di sini bukan berarti Kanjeng Nabi mesum. Tapi untuk menyebut identitas beliau sebagai manusia yang ditakdirkan sebagai laki-laki. Lewat hal ini, beliau seakan dawuh bahwa laki-laki pasti mencintai wanita.
c. Cinta Kanjeng Nabi SAW pada wanita pun bukan cinta secara syahwat kebinatangan, Kanjeng Nabi SAW tidak seperti itu. Terbukti bahwa selama di Mekkah, beliau hanya punya satu istri yaitu Sayyidah Khodijah RA.
Melainkan cinta wanita itu ditujukan untuk kebaikan agama, melahirkan generasi yang kuat dan menjadikan wanita sebagai kaum yang kuat. Semua itu harus didukung cinta dan kasih sayang kaum lelaki. Seperti kakeknya, ayahnya, saudara laki-lakinya, suaminya dan lain-lain.
d. Tanpa dukungan dan cintanya laki-laki, wanita tidak akan bisa membangun kebaikan dunia akhirat sendirian. Begitu juga laki-laki, tanpa cintanya wanita pada laki-laki, tidak akan bisa membangun kebaikan. Maka sudah jadi kebutuhan bahwa laki-laki dan wanita harus saling mendukung dan saling mencintai. Semua ini adalah gambaran komitmen hablu min an nas.
Di jaman ini, di berbagai tempat, banyak kasus wanita kehilangan jati dirinya sebagai manusia yg utuh karena kehilangan sosok ayah atau suami yg kurang mencintai wanitanya. Hal ini jadi biang penyakit mental para wanita sehingga wanita itu pun terhalang untuk ikut berkontribusi dlm membangun kebaikan dunia. Maka lewat dawuh mencintai wanita ini, Kanjeng Nabi seakan dawuh bahwa mencintai wanita adalah sunnahku dan jangan sampai wanitamu kehilangan cintamu.
4. Kanjeng Nabi SAW mencintai sholat sebagai penyejuk hatinya. Ini adalah realisasi dari komitmen hablu minAllah. Komitmen itu ialah memaksimalkan diri dalam melaksanakan segala perintah Gusti Allah.
Adapun penggunaan lafadz sholat dalam hadits ini dikarenakan sholat merupakan sebentuk munajat (bisikan) yang mewakili usaha seorang hamba dalam membangun relasi dengan Tuhannya. Dan melaksanakan sholat secara sempurna merupakan sebentuk pengoptimalan diri dalam melaksanakan perintah Gusti Allah.
Namun, hal terpenting yang perlu diketahui adalah, tujuan disampaikannya “wa ju’ilat qurrotu ‘ainy fi as sholah” setelah Kanjeng Nabi SAW menyampaikan kecintaannya terhadap wanita dan wewangian, adalah untuk menjelaskan bahwasannya kecintaan beliau terhadap dua hal itu tidaklah sedikitpun memalingkan Kanjeng Nabi SAW atas kewajiban beliau dalam menyampaikan risalah dan menggeser kecintaan beliau yang hakiki terhadap Gusti Allah Ta’ala.
Nah, itulah penjelasan dari hadits yang di atas. Ternyata hadits tersebut punya makna dalam sekali, terutama mengajarkan kita untuk harus punya komitmen untuk mencintai Gusti Allah dan mencintai makhluk-Nya karena itu juga perintah Gusti Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam.
Penulis
Fahmi Ali N H (Anggota Terong Gosong Mojokerto)