H. Mulyono Sosok Entreprenur Nahdliyin Yang Sukses Membangun Wisata Desa

H. Mulyono

H. Mulyono SH. MM adalah pemilik Wisata Desa Randugeneng Kec. Dlanggu. Ia juga pemilik usaha cokelat paling sukses se-Jawa Timur sekaligus juga pengurus PCNU Kab. Mojokerto.

H. Mulyono bercerita bahwa awal mula tercetusnya ide membuat wisata desa dari inspirasi ketika ia berkunjung ke Thailand. Di negeri itu, meskipun negerinya kecil, tetapi perkapitanya besar. Apa sebab? Selidik punya selidik, ternyata negeri itu memanfaatkan wisata sebagai tumpuannya.

Sebagai putra daerah Randugeneng, ia sangat ingin desanya itu maju. Karenanya ia ingin membuat wisata di desanya. Namun masalahnya, kolega kolega yang dihubunginya untuk menanamkan modalnya, semuanya menolak. Pasalnya dari kelayakan pasar, tidak memungkinkan. Desa Randugeneng sangat terpencil. Belum lagi akses jalan yang terlalu sempit untuk dilalui transportasi berukuran besar.

Karena tidak ada yang berani menanamkan modalnya, H. Mulyono nekad dengan meminjam ke Bank. Sehingga pada tahun 2002, wisata desa bisa dibuka, meskipun ia harus menanggung beban selama lima tahun, mencicil tiap bulan dengan nominal 37 juta. Namun berkat marketing yang handal, wisata desa mampu meraup keuntungan yang berlipat. Sehingga lima tahun bisa dilaluinya dengan sukses.

Mengenai strategi marketingnya sehingga bisa menghantarkan wisata desa yang terpencil bisa dikunjungi banyak orang, H. Mulyono menuturkan, bahwa salah satunya adalah keberhasilannya membuat komunitas sepur kelinci. Awal mula terbentuknya sepur kelinci, justru dari preman yang mengganggu. Dengan pendekatan kekeluargaan, preman preman itu bertaubat. Mereka dibiayai untuk mengkaryakan sepur kelinci. Karena mereka memiliki jaringan, maka komunitas sepur kelinci itu mudah terbentuk. Dan sekarang komunitas sepur kelinci itu menyebar luas di berbagai tempat. Tercatat sekarang berjumlah 112 sepur kelinci. Mereka membawa berbagai rombongan dan jamaah berkunjung ke wisata desa. Dan disinilah, kata H. Mulyono, menjadi solusi dari kekurangan transporstasi yang mengakses ke wisata desa.

Selain wisata desa dengan mengandalkan kolam renang, out bound dan penginapan, H. Mulyono juga menggunakan budi daya tanaman kakao sebagai produk andalan. H. Mulyono bercerita bahwa awal mula tercetusnya ide budi daya tanaman Kakao itu diawali dari program PCNU yang menghadirkan H. Cholid dari Blitar. Saat pelatihan itu, semua peserta berebut kakao yang dibagikan secara gratis. Tetapi H. Mulyono tak mau berebut coklat itu. Ia mencari nomor HP H. Cholid. Dari memperoleh nomor Hp H. Clolid itu, H. Mulyono berangkat menuju Blitar. Sampai di Blitar, H. Mulyono atas nama MWC NU Dlanggu menjalin kerjasama. Namun saat KH. Irfan, Ketua PCNU waktu itu, meminta H. Mulyono menjadi a’wan, beliau menindaklanjuti dengan menjalin lebih intens untuk budi daya kakao atasnama PCNU. Namun karena dirasa kurang maksimal, maka atas nasehat pengusaha Blitar yang juga berlatar belakang NU, untuk membuat gerakan kelompok tani. Maka disitulah kemudian tercetus membentuk kelompok Tani Mulyo Jati.

Karena keseriusan membentuk kelompok tani itu, maka H. Mulyono mendapat bantuan dari pemerintah. Dari bantuan pemerintah itu, kelompok tani bisa mengembangkan tanaman coklat. Bahkan hingga sekarang, telah berhasil memproduksi 1 ton tiap hari. Produksi coklat ini selain memenuhi kebutuhan dalam negeri juga telah menembus ekspor ke luar negeri.

Selain bahan mentah, H. Mulyono juga mengolah hasil coklat dengan berbagai produk pilihan. Tercatat ada 35 jenis olahan dari coklat. Coklat coklat produksi wisata desa ini, oleh H. Mulyono, dinamakan Coklat Majapahit. Katanya, Majapahit memiliki makna yang mendalam dari asalnya dia berdomisili.

Atas keberhasilan produksi tanaman coklat dengan pemberdayaan para petani tersebut, H. Mulyono mendapat penghargaan dari Presiden Republik Indonesia berupa Adi Gana Karya Pedagang UMKM ter-inovatif se-Jawa Timur.

Keberhasilan H. Mulyono itu menandaskan bahwa kader kader NU pun bisa menjadi icon untuk mengembangkan entrepreneur yang lebih maju. Ia sangat berharap ke depan NU akan terus bisa berkiprah mengembangkan usaha kemandirian. (Isno)