MWC NU  

Akhirnya H. Ahmad Mansur, S.Pd Terpilih Lagi Menjadi Ketua MWC NU Jatirejo

Jatirejo – Setelah melalui prosesi acara yang berlangsung lama, dari pembukaan, sidang tata tertib dan sidang komisi-komisi, akhirnya sampai pemilihan Rais dan Ketua MWCNU Jatirejo. Dari pemilihan Rais yang dipilih oleh Ahlul halli wal aqdi terpilih KH. Drs. M. Sholeh menggantikan KH. Asmui Idris sebagai Rais sebelumnya. Sedang pada pemilihan Ketua MWC NU, dari 19 ranting sepakat untuk memilih kembali calon incumbent yakni H. Ahmad Mansur S.Pd.

Terpilihnya kembali H. Ahmad Mansur S.Pd, menjadi Ketua MWCNU Jatirejo, menjadi penanda bahwa ada kepuasan atas kepemimpinannya yang pernah mampu membawa MWCNU Jatirejo dalam ajang NU Award PWNU Jawa Timur.

Selain keluesan dalam memimpin, H. Ahmad Mansur S.Pd dikenal memiliki administrasi yang bagus. Hal ini dikarenakan perjalanan panjang dalam dunia pendidikan dan birokrasi serta organisasi yang digelutinya.

H. Ahmad Mansur S.Pd lahir pada tahun 1964 di Jatirejo. Pernah menjadi santri kalong disebuah pesantren dibawah asuhan KH. Masrihan Asyari. Di sekolah formal, beliau menamatkan pendidikan S 1-nya di Universitas Malang.

Pada tahun 1980-an diterima menjadi PNS  yang bertugas menjadi Guru Kelas di Sekolah Dasar. Karirnya kemudian berlanjut, saat ini menjadi Kepala SD Bejijong Trowulan.

Dalam bidang organisasi, beliau tercatat sebagai pengurus LDNU MWCNU Jatirejo. Dua periode menjadi Sekertaris di MWCNU Jatirejo. Kemudian menjadi Ketua MWCNU Jatirejo satu periode. Dan terpilih kembali menjadi ketua MWCNU Jatirejo masa khidmah 2021-2026.

Ditemui NU Online Mojokerto, H. Ahmad Mansur S.Pd menyatakan akan membawa MWCNU Jatirejo lebih baik lagi. Selain terus menatat administrasinya juga akan fokus mengembangkan ekonomi kerakyatan.

“Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh KH. Abd. Adzim, bahwa kita perlu fokus untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan. Kita pernah disetujui untuk mendirikan Faskes. Juga punya pengalaman dalam mengembangkan ekonomi seperti beternak kambing. Kita juga pernah punya BMT. Tetapi karena kurang ilmu sehingga upaya itu gagal. Mungkin ke depan harus kita seriusi kembali” ujarnya. (Is)