Warta  

Syamsal Qomar: Sembuh dari sakit komplikasi hingga Menjualkan Herbal Anti Covid-19

Syamsal Qomar S.Ag bersama Prof. Ainul Fattah

Sore menjelang maghrib, saya tiba di rumahnya yang tak jauh dari jalan raya Brangkal. Tepatnya di desa Kedungmaling. Saya dipersilahkan duduk di kursi teras rumahnya. Kami berbincang banyak hal tentang dunia herbal. Terutama herbal covid-19 yang diedarkannya untuk kesembuhan pasiean terpapar.

Namanya Syamsal Qomar. Lahir di desa Kedungmaling pada tanggal 27 Juli 1970. Ia alumni STAIN Tulungagung pada tahun 1994. Dan menempuh S2-nya di UNIPDU Jombang. Hanya saja belum sempat diselesaikan.

Dari pendidikannya, ia tidak memiliki latarbelakang seorang herbalis. Ia mengaku mengenal dunia herbal, saat ia terkena penyakit komplikasi. Saat itu ia dikenalkan oleh adik sepupunya dengan produk produk herbal. Awalnya ia tidak percaya. Tetapi setelah sakitnya sangat parah, sedang pengobatan medis belum ada tanda tanda kesembuhan yang berarti, maka ia coba coba untuk meminum produk herbal yang diberikan adiknya. Tubuhnya terasa sehat usai minum herbal tersebut. Dan ia kemudian terus mengonsumsinya sampai ia benar benar sembuh.

“Sakit saya sudah sangat parah, sampai saya merasa tidak ada lagi harapan. Beruntung adik saya menawarkan herbal yang awalnya saya ragu untuk meminumnya. Tetapi saya coba saja. Alhamdulillah biidnillah, saya sembuh” ujarnya.

Usai sembuh, ia sangat ingin bertemu dengan pembuat herbal tersebut. Tengah malam ia bersepeda motor ditemani adiknya menemui pembuat herbal yang ternyata adalah seorang Profesor Ahli Mikrobiologi lulusan Universitas di Jepang, Prof. Ainul Fattah.

Dari pertemuan itulah, ia bertekad untuk berguru kepada Prof. Ainul Fattah. Baik tentang ilmu mikrobiologi maupun ilmu kehidupan.

Karena intensitas pertemuan dengan Prof. Ainul Fattah tersebut, menjadikan ia dipercaya untuk mengenalkan produk produk herbal Prof. Ainul Fattah ke masyarakat luas. Baik produk untuk kesehatan, pertanian, kecantikan dan lain sebagainya.

Melalui jejaring LP2NU, Lembaga pendidikan dan pemerintahan, ia mengenalkan produk produknya.

“Karena saya juga pengurus LP2NU, Ansor, pendidik dibeberapa lembaga, juga ikut dengan LSM, pemasaran produknya ya sekitar tempat saya berkecimpung” terang Syamsal Qomar.

Produk herbal anti covid-19

Tetapi bukan tanpa hambatan. Banyak cemoohan yang didapat. Selain karena ia berlatar berbeda keilmuan, juga tidak siapnya masyarakat kembali kepada hal yang bersifat natural itulah kendala yang ditemuinya.

“Masyarakat sudah sejak lama dididik dengan cara kurang benar. Sakit sedikit langsung memakai obat obat kimia. Baik dibidang kesehatan maupun pertanian. Untuk kesehatan, kita sebenarnya bisa mengobatinya dengan bahan disekitar kita. Kalau toh minum obat, harusnya cari yang aman, tidak ada efek samping yang berbahaya bagi tubuh seperti herbal misalnya. Tetapi membangun kesadaran seperti itu bukan persoalan mudah” terang Syamsal Qomar, sambil memperbaiki tempat duduknya

Baca Juga:  Setelah Vakum Karena COVID-19, Ranting NU Trowulan Kembali Adakan Safari Ramadhan

Namun bukan Syamsal Qomar apabila pantang menyerah. Ia terus mempresentasikan produk produk itu hingga ke pesantren pesantren. Bahkan sempat menawarkan agar produk herbal itu dilabeli nama pesantren bersangkutan. Sayang usahanya itu belum membuahkan hasil.

Pernah menawarkan produknya itu ke LDII. Dan ormas itu menyiapkan dananya untuk memproduksi besar besaran. Sayangnya ia tak memperoleh izin dari sang profesor, maka gagallah ia untuk meraup keuntungan besar dengan memproduk herbalnya itu. Ia juga pernah menawarkan ke sebuah jaringan tarekat besar di Jombang. Bahkan ia sempat ditawari untuk menjadi direktur dari pabrik yang dipersiapkan untuk memproduksi besar besar produk herbal Prof. Ainul Fattah itu. Sayangnya, lagi lagi profesor Ainul Fattah tak mengizinkan untuk diproduksi massal oleh jaringan tarekat itu.

“Waktu itu mereka sudah siap dengan dana dan pabrik untuk memproduksi massal herbal Prof. Ainul Fattah. Saya ditawari jadi direkturnya. Tapi Prof. Ainul Fattah belum mengizinkan” ucap Guru SMP N Jatirejo itu.

Hingga ia bertemu dengan jaringan Pesantren Thoriqoh Agung (PETA) Tulungagung. Ia dipanggil secara khusus oleh sang mursyid yang menanyakan tentang produk yang menyembuhkan penyakit salah satu keluarga “ndalem” tersebut. Syamsal Qomari menceritakan apa adanya tentang produk yang dibuat oleh Prof. Ainul Fattah tersebut kepada sang mursyid. Dan juga membeberkan siapa sebenarnya Profesor Ainul Fattah tersebut.

“Saya dipanggil oleh Syekh Charir Shalahudin Al Ayyubi. Beliau menanyakan tentang produk herbal yang pernah saya berikan kepada keluarga ndalem. Dan saya jelaskan apa adanya. Juga terkait siapa sebenarnya Prof. Ainul Fattah tersebut”

Tenaga Medis di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo menerima herbal covid-19

Profesor Ainul Fattah sendiri adalah cucu keponakan dari waliyullah Mbah Ud Pagerwodjo Sidoarjo. Semasa kecil dalam beberapa perjalanan haji, Profesor Ainul Fattah diajar dengan berbagai kitab kuning. Semasa menempuh pendidikan formal, Profesor Ainul Fattah belajar ke Jepang, dari S2 hingga S3-nya mengambil jurusan Mikrobiologi. Suatu jurusan yang masih langka pada masanya.

Kepakaran dalam bidang mikrobiologi menjadikan profesor Ainul Fattah orang yang paling dicari saat musim pandemi akibat virus yang merajalela seperti saat ini. Konon, adik partai komunis China bahkan sempat datang meminta bantuan untuk menyelesaikan virus covid-19 di negaranya. Pun dengan para pejabat dan tokoh tokoh besar negeri ini, banyak yang ingin bertemu untuk meminta solusi mengatasi virus yang melanda daerahnya masing masing.

Syamsal Qomar seperti ketiban pulung. Ia kemudian diamanahi mursyid thoriqoh Syadziliyah tersebut untuk memproduksi herbal dengan izin resmi. Profesor Ainul Fattah pun mengizinkan. Dan setelah berjibaku yang berdarah darah, Syamsal Qomari memperoleh izin BPPOM atas beberapa produknya yang kemudian dikenal dengan Bio Nuswantara. Sayang karena beberapa sebab, izin itu saat ini masih ditangguhkan.

Baca Juga:  Memutus Sebaran Covid-19, Penyuluh PAI Kemlagi Bagi-bagi Masker

Tetapi Syamsal Qomar terus melayani permintaan masyarakat dengan produk terbaru Prof. Ainul Fattah yang khusus untuk penyembuhan orang yang terpapar Covid-19.

“Alhamdulillah produk yang saya bawa sampai juga di wisma atlit, hingga dipergunakan untuk kesembuhan pasien terpapar disana. Selain itu diberbagai daerah juga banyak yang meminta herbal anti Covid-19. Dan saya bersyukur banyak yang testimoni yang menyatakan sembuh dari virus covid-19” cerita Syamsal Qomar.

Syamsal Qomar ingin terus membantu masyarakat dengan memasarkan produk Prof. Ainul Fattah itu. Selain telah terbukti dari banyak testimoni yang sembuh dalam waktu singkat, juga mengembalikan kesadaran masyarakat akan kekuatan herbal nusantara.

Syamsal Qomar memberi bantuan ke Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

Kata Syamsal Qomar, kebanyakan produk herbal Prof. Ainul Fattah itu terbuat dari sari kelapa dan campuran rempah rempah yang diproduksi secara khusus oleh Prof. Ainul Fattah. Tentu disesuaikan dengan standar disiplin keilmuannya sebagai pakar mikrobiologi.

“Kata Prof. Ainul Fattah. Indonesia itu kaya herbal. Dan salah satu tumbuhan yang seakan akan diberikan oleh Allah dari surga kepada bangsa Indonesia adalah kelapa. Ia itu probiotik yang banyak mengandung Lactobacillus, yang banyak mengandung bakteri positif yg disebut Lactobacillus”

Air kelapa, kata Syamsal Qomar, selama dia belum terkena udara dipecah maka bakterinya akan diam, tetapi jika sudah terkena udara maka bakteri tersebut bergerak dan hidupnya cuma 2 – 3 jam dan kemudian mati.

“Jika kelapa utuh kita biarkan dipojok rumah beberapa tahun maka air kelapa berubah menjadi gandos ( bhs jawatimuran ) yang sekarang terbukti secara medis sebagai anti oksidan dan anti kangker” terang founding Father MI Semesta itu.

Produk Profesor Ainul Fattah, masih kata mantan pengajar MI Walisongo Brangkal itu, sudah diuji oleh IPB. Dan akan dikembangkan secara massal bila telah kelar report penelitiannya.

“Perkembangan terakhir, herbal Prof. Ainul Fattah ini telah diuji oleh IPB. Dan terbukti 5 sampai 6 hari mampu membunuh Covid-19. Tetapi ini belum memuaskan Profesor. Akhirnya terinspirasi dari pensucian najis mugholadoh, dicampurlah dengan unsur tanah, maka jadinya herbal yang sekarang beredar saat ini” ujar Syamsal Qomar. (Is)