Pacet, NU Online Mojokerto – Pondok Pesantren (PONPES) Salafiyah Fatchul Ulum Pacet adakan seminar nasional santripreneur dengan tema “Membangun Mindset Santri Dalam Entrepreneur di Era Digital” di pelataran pondok Fatchul Ulum Pacet, Minggu Pagi (19/09/2021).
Salah satu rangkaian kegiatan dalam menyambut Milad ke-32 PONPES Salafiyah Fatchul Ulum Pacet. Tak hanya seminar, ada Moment of Understanding (MOU) pengasuh PONPES dengan beberapa narasumber yang hadir, dan yang terakhir ada penyerahan beasiswa LAZIS kepada Santri PONPES Fatchul Ulum.
Seminar Nasional ini dihadiri oleh Wakil Bupati Mojokerto yakni K.H. Muhammad Albarra, Lc. M.Hum., Anggota DPRD Kab. Mojokerto H. Ahmad Athoillah, M.Ip., Sekertaris OPOP Jawa Timur Muhammad Ghofirin. M.Pd., Ketua Dewan Pakar DPD HIPMIKIMDO (Himpunan Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia) Jawa Timur Heri Cahyo Bagus Setiawan S,MSM., dan Pengasuh PONPES Fatchul Ulum Pacet K.H. Muslich Abbas, S.H Serta dihadiri oleh pengurus PONPES, guru SMP dan SMK Walisogo serta santri PONPES Fatchul Ulum.
Acara dimulai dengan sambutan K.H Muslich Abbas yakni saat ini kita harus bisa menjawab tantangan di era digital. Era dimana kita bisa memperoleh kebenaran dan kepintaran dalam satu waktu. Akan tetapi jarang yang bisa memperoleh keduanya, kebanyakan hanya mengejar salah satu yang membuat berat sebelah. Beliau berharap dengan adanya PONPES Fatchul Ulum ini bisa mencetak anak-anak idealis yang berguna untuk umat dan alam semesta.
“Semoga jiwa nasionalis dalam diri peserta seminar tumbuh sehingga dapat menumbuhkan ukhuwah baik islamiyah, wathaniyah, basyariah, dan juga makhlukiyah. Saya berharapa santri dapat menjadi orang pintar dan juga punya etika. Karena pintar tapi tidak menjaga etika maka akan membawa malapetaka”. – K.H Muslich.
Gus Barra dalam sambutannya memberi pesan terkait pentingnya santri memiliki mindset pengusaha. Santri sudah punya bekal kuat dengan etos kerja serta prinsip yang ditanamkan dalam pesantren seperti tanguh dan disiplin. Penting untuk pesantren saat ini untuk menjadi penguat ekonomi kerakyatan. Penguatan ekonomi kerakyatan yang ada di pesantren bisa dibangun dengan pemberdayaan ekonomi yang ada di lingkungan pondok. Unit-unit usaha yang ada di pondok bisa dibangun agar pondok bisa mandiri secara ekonomi.
“Korea dan Jepang sebelum sebesar saat ini mereka membangun mindset untuk berproduksi dan mencintai produk mereka. Apabila mindset sudah terbangun maka akan terprogram untukmembeli produk sendiri sebagai upaya dukungan produk lokal. Oleh karena itu, membangun mindset penting agar kemudian muncul jiwa dan semangat entrepreneurship.”
– Gus Barra
Materi pertama disampaikan oleh Gus Ahmad Athoillah terkait kekuatan santri untuk bisa menjadi apapun. Beliau teringat akan peran K.H. Bisri Syansuri terkait undang-undang pernikahan. Ada juga K.H Wahid Hasyim yang menjadi menteri agama serta menjadi perumus Piagam Jakarta saat kemerdekaan dan juga tak lupa Gus Dur yang menjadi Presiden Republik Indonesia. Kedepan beliau berharap santri bisa menempati pos-pos penting dimanapun berada agar bisa memberi manfaat untuk masyarakat banyak. Salah satu pos penting tersebut adalah dengan menjadi pengusaha. Hal ini sudah dicontohkan oleh pendiri NU K.H Hasyim Asy’ari yang memimpin Nahdatut Tujjar (Kebangkitan Para Pedagang). Beliau juga berharap agar santri rajin membaca dan memahami sejarah perjuangan para kiai agar bisa punya keinginan dan memahami proses perjuangan kiai dalam mendapatkan pangkat dan derajatnya saat ini.
“ Semakin banyak mencoba maka akan semakin mendekati keberhasilan.”
– H. Ahmad Athoillah, M.Ip.,.
Materi kedua disampaikan terkait progam One Pesantren One Product (OPOP) oleh Gus Ghofirin yang menekankan penting pesantren mandiri ekonomi. Pesantren punya potensi besar dala pemberdayaan ekonomi serta masyarakat. Beliau berharap bisa mencetak 1000 pesantren di Jawa Timur yang memiliki produk unggulan. Sesuai intruksi Gubernur Khofifah Indar Parawansa agar pesantren bisa menjadi penyumbang produk unggulan di masing-masing daerah.
“Rubahlah pola fikir bahwa Modal, Waktu, dan bakat bukan yang terpenting akan tetapi motivasi dan usaha gigih yang menjadi poin pentingnya” – Muhammad Ghofirin. M.Pd.
Materi terakhir disampaikan yakni dari Gus Heri terkait kunci pengusaha sukses adalah punya spirit dan semangat yang tinggi untuk berjualan. Oleh karena itu, harapannya kepada para dewan guru khususnya guru SMP Walisongo untuk sedikit menyelipkan materi entrepreneurship dalam pembelajaran. Adanya unit-unit usaha akan memunculkan produk-produk unggulan pesantren yang bisa jadi komoditas daerah. Pemberian materi ini penting untuk menjadi dasar agar santri mengenal entrepreneurship. Materi tersebut juga bisa menjadi pembangkit semangat dan pembuka orientasi berpikir untuk menjadi pengusaha.
“ Tinggal kita saja memilih waktunya mau jadi pengusaha kapan, terpenting semangat dan niat itu harus sudah ada dan tertanam dalam cara berpikir kita” – Heri Cahyo Bagus Setiawan S,MSM.
Acara ditutup dengan penandatanganan MOU kerjasama OPOP dengan Pesantren Fatchul Ulum serta pemberian beasiswa dari LAZIS ke santri PONPES Fatchul Ulum.
Kontributor : Moch. Taufiq Zulmanarif (LTN NU Trowulan)