Dawarblandong, NU Online Mojokerto — Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Dawarblandong beserta Pimpinan Ranting (PR) Fatayat NU Sekecamatan Dawarblandong menggelar acara sholawat ad diba’i sekaligus dalam rangka memperingati Isro’ Mi’roj. Kegiatan bertempat di Dusun Wotgaru Desa Pucuk, Ahad (13/2).
Takmir Masjid H. Sukamto, dalam sambutannya menyampaikan, selamat datang kepada seluruh sahabat Fatayat se-Dawarblandong dan khususnya untuk Sahabat PAC Fatayat Dawarblandong dan permohonan maaf jika ada yang kurang berkenan.
Dirinya sangat mendukung kegiatan pembacaan sholawat diba’ ini. “Semoga kegiatan semacam ini bisa terus istiqomah, serta para jamaah bisa mengikuti jejak, dan memiliki tata krama dan adab seperti para ulama’ dan kiai NU,” harapnya.
Dalam kegiatan ini, mauidloh hasanah oleh KH. Falaqul Alam. Beliau menjelaskan arba’u fisholin nuril qolbi, ada 4 perkara yang menerangi hati, yaitu ;
Pertama, Tidak banyak keinginan. Maksudnya semakin sedikit keinginan kita, maka semakin ringan pula biaya hidup kita, semakin sedikit kebutuhan, semakin ringan beban hati dan pikiran. Seperti orang Jawa dulu banyak yang puasa ngrowot (tidak makan nasi, tapi polo pendem) jadi kebutuhannya sedikit.
Beliau juga menceritakan dawuh Kyai Chusain Ilyas, bahwa hendaknya kaum laki-laki, para suami memperlakukan perempuan dengan baik, jangan mengatakan hal negatif kepada istri, seperti bilang “wong wadon gak weruh opo-opo.” Karena istri itu harus pintar, agar mempunyai keturunan/anak yang pintar pula.
Gus Falaq memberikan pedoman dalam kaidah Jawa jika ingin mandhi dungane (manjur doanya), kabul hajate (tersampaikan keinginannya) ada 3 hal yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Turuo nisor longan, berati longono olehmu mangan (puasa). (Tidur dibawah kasur. yang berarti kurangi makan).
b. Bantalono merang, berarti merem arang-arang (Tirakat sholat malam).
c. Sandingono cengkir, berarti encere pikir (Ngaji bersama Kyai).
Kedua, memilih teman yang baik. Misalkan mengajak dalam hal kebaikan, sowan ke kiai dan jika kita salah dalam bergaul berteman yang jelek maka kita juga akan terjerumus dalam kejelekan.
Ketiga, menjadikan masa lalu sebagai pelajaran agar bisa berhati-hati dalam bertindak.
Keempat, tidak banyak lamunan karena hidup itu simple, kita nikmati apa yang ada.
Demikian semoga menjadi pengingat bagi kita semua Sahabat Fatayat, agar bisa menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pewarta : Mario Ade Pratama
Editor : W.T. Octavisani