KOLOM  

Refleksi Hari Kemerdekaan: Memperingati Hari Kemerdekaan Adalah Bagian Dari Syari’at

Indonesia sebentar lagi memperingati hari kemerdekaannya yang ke-76. Memperingati hari kemerdekaan, tidak hanya ditunjukkan dengan memasang bendera di depan rumah, di perempatan desa, di jalan-jalan, ataupun di baliho. Namun lebih dari itu, memperingati, berarti kita mengingat kembali torehan sejarah yang “berdarah-darah” perjuangan para pahlawan merenggut kemerdekaan.

Kemerdekaan ini perlu disyukuri, mengingat negeri yang kita cintai ini “ditumbali” oleh para pahlawan dengan harga yang tidak murah. Jiwa dan raga mereka pertaruhkan demi mencapai kemerdekaan. Yang hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.

Adalah keterlaluan, orang yang sama sekali tidak terlintas sedikitpun dalam hatinya, rasa bersyukur dengan hari yang istimewa ini. Sehingga menganggap hari kemerdekaan layaknya hari libur biasa. Bayangkan!, betapa sengsaranya jika sampai saat ini kita belum meraih kemerdekaan?. Hampir setiap hari kita melihat penindasan secara fisik maupun moral yang sungguh keji.

Bersyukur atas sebuah kemerdekaan, adalah salah satu perintah yang disampaikan oleh Al-Qur’an. Dalam surah Ibrahim ayat 6, Allah Swt berfirman:

وَإِذ قَالَ مُوسَى لِقَومِهِ اذكُرُوا نِعمَةَ اللهِ عَلَيكُم إِذ أَنجَاكُم مِن الِ فِرعَونَ يَسُومُونَكُم سُوءَ العَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبنَاءَكُم وَ يَستَحيُونَ نِسَاءَكُم وَفِي ذَلِكُم بَلاَ ءٌ مِن رَبِّكُم عَظِيمٌ

“(Dan ingatlah) Ketika Musa berkata kepada kaumnya: “ingatlah kalian atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian, yaitu, ketika Allah menyelamatkan kalian dari tentara Fir’aun yang menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan menyembelih anak-anak kalian dan mempermalukan istri-istri kalian. Hal tersebut adalah bala’ yang besar dari Tuhan kalian”.

Ayat ini mengisahkan Nabi Musa As, yang memerintahkan kaumnya (Bani Israil) untuk mengingat, dan bersyukur kepada Allah yang telah memberikan mereka kenikmatan berupa “kemerdekaan” dari belenggu kebiadaban pemerintahan Fir’aun.

Imam At-Thabari (310 H) menjelaskan bahwa ayat ini menjelaskan tentang Nabi Muhammad Saw yang diperintahkan oleh Allah untuk menceritakan kisah ini kepada umat Islam, sebagai bentuk wawasan bahwa nikmat kemerdekaan itu perlu diingat (baca:diperingati).

Dalam Tafsir Sahl At-Tustari dijelaskan, bahwa mengingat-ingat kenikmatan masa lalu, mampu melahirkan kebahagiaan, rasa syukur, dan kecintaan atas nikmat-nikmat tersebut di masa selanjutnya. Hal ini tentu keadaan yang kita harapkan setelah memperingati hari kemerdekaan.

Jika kita refleksikan dalam konteks ke-Indonesiaan, apa yang dialami oleh Bani Israil “mirip” dengan apa yang dialami oleh masyarakat Indonesia saat masa penjajahan. Seperti penindasan, pemerasan, pembunuhan, dan lain lain. Oleh karenanya, kita memperingati hari di mana Allah menganugerahkan nikmat yang besar bagi Indonesia, yakni kemerdekaan dari penjajahan.

Dari paparan di atas, maka kesimpulan yang dapat kita ambil adalah: bahwa memperingati hari kemerdekaan berarti kita mengingat kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada bangsa ini. Dengan itu, lahirlah rasa syukur dan rasa cinta. karena berada di masa yang lebih baik.

Namun, perlu diingat bahwa, kemerdekaan bukanlah tujuan akhir. Melainkan awal dari perjuangan. Tentu perjuangan kita tidak lagi berperang melawan penjajah, namun menjaga apa yang telah diwariskan oleh para pahlawan kita berupa kemedekaan ini, saling bersatu dan menghindari perpecahan antar bangsa sendiri, bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik. Wallahu A’lam

 

Penulis :

Fais (Anggota LTN NU Kab. Mojokerto)