Trowulan, NU Online Mojokerto –
Ketatnya program Pondok Ramadhan di YPKS MIFDA tidak hanya diterapkan pada santri tingkat tinggi, namun berlaku juga bagi santri tingkat KB & TK. Santri-santri usia dini yang pada umumnya pulang lebih cepat saat bulan ramadhan, tidak berlaku bagi santri KBTK di MIFDA. Anak-anak yang biasanya pulang pukul 10.00 WIB, sejak pembukaan Ponrom tanggal 23 Maret 2022 yang lalu menjadi pulang pukul 12.00 WIB atau setelah sholat dhuhur dan buka bersama. Mereka dilatih untuk menjalankan puasa setengah hari.
Anak-anak dilarang bawa bekal dan air minum. Mereka akan dikirim makanan saat adzan dhuhur untuk buka bersama. Sampai hari ke-14 pelatihan puasa anak-anak tampak sehat, ceria, dan aktif seperti hari-hari biasa ketika belum puasa.
Berdasarkan keterangan dari kepala TK, ibu Roudhotul Amin, S.Pd.
Respon anak TK MIFDA ketika diharuskan puasa setengah hari, berbuka dhuhur bersama di sekolah ssngatlah berbeda-beda. “Ada.yang bilang hore… puasa. Ada yang diam dan berfikir, Hah… gak bawa bekal,” tuturnya.
“Hari pertama, ada dua anak yang rewel dan menangis saat berangkat sekolah sampai pulang. Hari kedua, masih rewel dan menangis namun bisa dislimurkan oleh bu gurunya. Hari ketiga, sampai hari ini (hari ke 14) alhamdulillah semua aman bisa mengikuti latihan puasa sampai dhuhur tanpa drama. Bahkan ada yang tertantang tidak mau buka dzuhur bersama, melainkan minta berbuka maghrib (puasa maghrib).” Kisah beliau ketika ditanya tentang antusiusme anak-anak berpuasa.
Para orang tua yang awalnya berat untuk melatih anak-anak berpuasa, kini sudah tidak khawatir lagi dengan keadaan anak-anaknya. Mereka semakin yakin bahwa puasa bukan halangan untuk anak-anak belajar dan tetap sehat. Mereka yakin dengan kemampuan anak-anaknya. Mereka juga makin percaya pada guru-gurunya dalam mendidik putra putrinya sejak dini yang tidak bisa mereka lakukan sendiri.
Pelatihan puasa sejak dini yang diprogramkan oleh YPKS MIFDA membuktikan kebenaran bahwa puasa akan membuat seseorang sehat dan cerdas. Puasa tidak akan membuat seorang anak mati kelaparan karena disitu ada niat bertawakkal kepada Allah SWT. Berbeda jika tidak makan tanpa niat ibadah kepada Alloh, hal itu sama dengan mendzolimi diri sendiri.
Sebagai generasi hijau masa depan (NU) maka harus kuat tirakat begitulah cita-cita pak e, ketua YPKS MIFDA.
Kontributor: Masruroh – LTN Trowulan