Puri, NU Online Mojokerto –
Antusias warga Nahdliyyin Kendalsari tetap membahana dalam rangkaian acara pengajian keliling. Pengajian keliling yang dikenal dengan nama Maleman ini digelar di Musholla Nururrohmah Dusun Kendalsari Desa Plososari Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dengan menghadirkan muballigh lokal Mojokerto, Gus H. Thoriqul Afwa Assadzili (30/04/2022).
Melihat suasana seperti ini memunculkan apresiasi terhadap banyak orang, tanpa terkecuali Kepala Desa Plososari yang secara terang-terangan menyampaikan rasa kagumnya saat memberikan kata sambutan. “Jujur saya merasa kagum dan bangga karena ada kegiatan maleman seperti ini yang sudah berjalan bertahun-tahun dan seakan sudah menjadi tradisi di bulan Ramadan di Dusun ini.” Ucap Bapak Ah Rifa’i selaku Kepala Desa Plososari.
“Setelah saya mengikuti secara langsung kegiatan ini ternyata luar biasa atensi masyarakat dusun Kendalsari. Kalau mendengar infonya tidak kurang dari sekitar 400 warga hadir disetiap acara maleman. Kalau sudah seperti ini maka bisa dikatakan ini menunjukkan kekompakan, keguyupan, kerukunan warga dusun Kendalsari yang luar biasa.” Lanjut Cak Pa’i, sapaan akrab AhRifa’i.
Benar saja, kegiatan ini memang selain memiliki daya tarik tersendiri juga memancing penasaran khalayak yang ingin menyelenggarakan acara serupa. Berbagai pertanyaan muncul sebagai wujud mencerminkan rasa penasaran seperti; Kok bisa ya menyelenggarakan kegiatan beruntun semacam itu? Mengundang Kiai, ada berkatan (konsumsi) belum lagi perlengkapan panggung, sound system dan lain sebagainya. Dananya dari mana? Kalau ada tarikan, apa tidak memberatkan karena tentu kebutuhan warga banyak untuk lebaran?
H. Abdul Muhith Badri, tokoh agama yang sekaligus sebagai takmir Masjid setempat menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari khalayak dengan menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bisa terselenggara tentu tidak lepas dari ikhtiar pendahulu dengan penuh keikhlasan dalam menggagas kegiatan.
“Alhamdulillah, kegiatan ini sudah ada sejak lama, warisan para sesepuh di dusun ini dalam syiar agama, seakan sudah menjadi tradisi sehingga generasi berikutnya tinggal melanjutkan dan mempertahankan.” Terang Abah Muhith, sapaan H. Abdul Muhith Badri.
“Pada intinya sesuai hasil kesepakatan bersama antara toga (tokoh agama), tomas (tokoh masyarakat) dan warga pada saat rapat takmir adalah kegiatan ini yang terpenting bisa dilaksanakan dengan tidak memberatkan warga atau jamaah.” Imbuh Abah Muhith.
Pewarta: Fahrul Irwan Alif (LTNNU Puri)
Editor: Etika Nurmaya