KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H (2023 M)

Khotib : Gus Zamroni Umar

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus dengan risalah kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dan menerangi umatnya dengan cahaya keimanan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu…

Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah., Ramadhan yang telah kita akhiri memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Kita berharap dengan selesainya kita melaksanakan puasa Ramadhan, akan meningkat keimanan dan ibadah kita. Maka, pada pagi yang indah ini, saat kumandang takbir bersahutan dengan kicauan burung dan gemericik rahmat ampunan dari Allah SWT, saya selaku khatib, pertama-tama ingin mengajak hadirin sekalian untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Ketika Rasulallah SAW berhijrah ke Madinah, beliau SAW mendapati orang-orang berpesta dalam dua hari. Rasulallah SAW bertanya, “Ada apa ini?” Para penduduk Madinah itu menjawab, “Kami dulu berpesta dalam dua hari ini”. Rasulallah SAW kemudian berkata ;

قدْ أَبْدَلَكُمْ اللهُ تعالَى بِهِمَا خيرًا مِنْهُمَا يومَ الفطرِ ويومَ الأَضْحَى

“Sungguh, Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan yang lebih baik dari padanya: Idul Fitri dan Idul Adha”.

Sejak peristiwa itu umat Islam menunaikan shalat Idul Fitri di Madinah. Budaya jahiliyah yang berpesta-pora dalam dua hari, diganti oleh ajaran Islam dengan bersyukur pada Allah SWT.

Sepanjang malam raya, kaum muslimin bertahmid, bertasbih, dan bertahlil mengagungkan asma Allah SWT. Maka, Syukur kita bahwa pada pagi ini kita sampai di gerbang kemenangan Idul Fitri dengan diberikan umur panjang. Umur merupakan salah satu nikmat Allah SWT yang seringkali diabaikan oleh hamba-hamba-Nya. Ada dua nikmat, kata Rasulallah SAW, yang manusia sering terlena: sehat dan umur.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal, Rasulallah bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَى يُسْأَلُ عَنْ أرْبَع خِصَالِ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أينَ اكْتَسَبْهُ وَفِيْمَا أنْفَقَهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ.

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanyakan kepadanya empat hal: Usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia keluarkan, serta ilmunya, apa yang ia telah perbuat dengannya.”

Manusia tercipta mula-mula lemah, kemudian kuat, dan kemudian lemah kembali seraya tumbuh uban di kepalanya. Allah SWT berfirman,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan kamu sesuadah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. (QS : Ar-Rum 54)

Umar bin Khattab berkata, “barangsiapa yang hari ini sama dengan harinya yang kemarin, maka dia adalah orang yang tertipu. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang tercela.” Untuk itulah, para ulama terdahulu, dalam upayanya merenungi setiap detik kehidupan yang dijalaninya, mengatakan, shalat lima waktu adalah “neraca harian” kita. Shalat Jum’at merupakan “neraca pekanan”, puasa di bulan Ramadhan menjadi semacam “neraca tahunan”, dan ibadah haji menjadi “neraca atau timbangan usia” kita.

Baca Juga:  Khutbah Hari Raya : Hari Raya, Tumbuhkan Semangat Optimisme

Bila setiap muslim melakukan kalkulasi dengan benar pada neraca hariannya, pekannya dan tahunannya niscaya ia akan beruntung dalam menapaki kehidupan ini. Demikian pula sebaliknya, mereka yang tak pernah melihat neraca kehidupannya, hanya akan menjadi manusia-manusia yang merugi.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu…

Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah.,

Suatu hari, Umar bin Khattab RA datang menghadap Rasulallah SAW dengan membawa beberapa orang tawanan. Di antara para tawanan itu terlihat seorang wanita sedang mencari-cari anaknya, lalu jika ia mendapatkan seorang bayi di antara tawanan dia langsung mengambil bayi itu, mendekapkannya ke perut untuk disusui. Lalu Rasulullah SAW berkata kepada kami, “Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab, Tidak, demi Allah, sedangkan dia mampu untuk melemparnya. Rasulullah SAW bersabda, “sungguh Allah lebih mengasihi hamba-Nya dari pada wanita ini terhadap anaknya”. (HR Muslim).

Karena sedemikian kasih dan sayangnya Allah pada kita, maka Allah sangat senang bila seorang hamba terlanjur berbuat dosa lalu bertaubat, berjanji sepenuh hati tak akan pernah mengulangi perbuatannya.

Rasulallah SAW menggambarkan kesenangan Allah itu dengan berkata, “Sungguh Allah akan lebih senang menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya dari pada (kesenangan) seorang di antara kalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya….. (HR Muslim)

Seringkali kita merasa bahwa dosa yang kita lakukan hanya dosa-dosa kecil saja, sehingga tak diperlukan segera bertaubat.

Ibnul Qayyim berkata,

لَا تَحْقِرَنَ صَغِيرِ الْمَعْصِيَةَ ، فَالْعُشَبُ يَفْتُلُ مِنْهُ حِبَال تَجُرُ السُفُن

“Jangan meremehkan dosa-dosa kecil. (Lihatlah) patok kayu di dermaga yang melilit tambangnya. Bahkan ia dapat menarik sebuah kapal.”

Karena itu, taubat tidaklah sebatas usaha seorang hamba untuk memohon ampunan dari Allah, namun ia sekaligus termasuk ibadah yang mulia di sisi-Nya karena perbuatan itu merupakan perintah dari Allah. Sebagaimana Allah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِير

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS At-tahrim:8)

Karena itulah, taubat merupakan amalan para nabi. Aisyah mengatakan, “Dahulu Rasulullah sebelum meninggal banyak mengucapkan: maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya aku memohon ampun dan aku bertaubat kepada-Nya.” (HR Bukhari-Muslim)

Demikian pula para nabi sebelumnya. Adam dan Hawa, adalah para pendosa pertama yang segera bertaubat. Allah abadikan dalam firman-Nya,

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Keduanya berkata, wahai Tuhan kami, kami adalah orang-orang yang berbuat zhalim pada diri-diri kami, kalau sekiranya Engkau tidak mengampuni (dosa-dosa) dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang celaka”. (QS Al-A’raf: 23)

Baca Juga:  KHUTBAH IDHUL ADHA 2021 : Menyambung Hati Dengan Allah Disaat Pandemi Mewabah

Saudaraku, sesungguhnya rahmat Allah itu sangat luas sehingga tidak sepantasnya bagi seorang hamba untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Syekh Ibnul Qayyim berkata :

لَوْ عَلِمَ الْعَاصِي أنَ لَذَةَ التَوْبَة تَزِيْد عَلَى لَذَةِ اْلمَعْصِيَةِ أضْعَافََا مُضَاعَفَة لَبَادِر إلَيْهَا أعْظَمَ مِنْ مُبَادَرَتِهِ إلىَ لذَةِ الْمَعْصِيَةِ

Sekiranya seorang pelaku maksiat mengetahui bahwa kenikmatan bertaubat lebih dahsyat berlipat-lipat dari kelezatan maksiat, niscaya dia akan bersegera menuju taubat lebih cepat dare usahanya menggapai maksiat.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu…

Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah.,

Pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasul menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian menyatakan:

لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).”

Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang yang takut kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah swt.

Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:

الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ

 

Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu…

Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah.,

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Allah swt memerlukan kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Akhirnya marilah kita senantiasa tidak berhenti untuk berharap pada Allah agar kita digolongkan dalam kelompok orang-orang yang bertakwa

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami.

Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

Demikianlah khutbah ini kami sampaikan. Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai mengambil hikmah dari hari ke hari agar saat usia semakin bertambah, kita semakin sering bertaubat dan semakin pandai pula dalam bersabar.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ