Puri, NU Online Mojokerto – Majelis Dzikir Rijalul Ansor Kecamatan Puri menjalankan kegiatan Forum Rutinan Songoan bertempat di Gedung Pertemuan Desa Balongmojo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto pada Rabu malam, (09/03/2022).
Meski sejak sore hari hingga acara berlangsung gemricik hujan belum ada tanda-tanda mereda, namun semangat Pemuda di Kecamatan Puri tidak pudar menjalankan kegiatan Songoan. Begitu juga tamu undangan, tidak kalah semangat untuk hadir mengikuti kegiatan ini.
Tampak Hadir tamu undangan dalam Kegiatan ini KH. Abdul Adzim Alawi (Ketua PCNU Kab. Mojokerto), H. Muhammad Albarra (Ketua PC GP Ansor Kab. Mojokerto/Wakil Bupati Kab. Mojokerto), H. Ainul Mubarok (Ketua PC Rijalul Ansor Kabupaten Mojokerto), Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Puri; Camat Puri (Ibu Nalurita Priswiandini) beserta stafnya dan Kapolsek Puri (Ibu Sri Mulyani) beserta anggotanya serta Kepala Desa Balongmojo beserta jajarannya, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat setempat.
Suasana bertambah riang gembira tatkala KH. Abdul Adzim Alawi, Ketua PCNU Kabupaten Mojokerto memberikan mauidhah hasanahnya. Banyak hal yang disampaikan oleh Kiai Adzim –biasa KH. Abdul Adzim dipanggil—. Diantaranya adalah tentang Dahsyatnya kekuatan silaturrahmi, pilar-pilar organisasi dan pentingnya berorganisasi.
Banyak momen yang membuat suasana menjadi riang gembira. Di ataranya pada saat Kiai Adzim menjelaskan tentang pilar-pilar organisasi berkaitan dengan ideologi. Dalam penjelasannya ini tampak gayeng karena Kiai Adzim menggojloki (meroasting -kalau dalam bahasa stand-up) Rekanita IPPNU dan juga Camat Puri.
“Hadirin rahimakumullah, menurut penjelasan Kiai Aqil Siraj di suatu kesempatan pidatonya. Beliau menjelaskan bahwa kekuatan organisasi itu minimal harus ditopang dengan 3 (tiga) pilar. Di antaranya yang pertama Ideologi yang kuat. Tapi saya yakin dengan sahabat-sahabat Ansor mau pun rekan-rekanita IPNU-IPPNU ideologinya tidak perlu diragukan lagi.” Terang Kiai Adzim.
“Maka dari itu saya berpesan kepada rekanita IPPNU apabila dilamar oleh seseorang maka silahkan bertanya dengan tegas kepada si pria itu apakah orang itu NU atau bukan? Tapi kalau yang melamar itu misalnya dari sahabat Ansor atau Banser maka jangan pakai tunggu lama, terima saja karena tidak perlu diragukan lagi ideologinya.” Terang Kiai Adzim yang disambut tawa dan tepuk tangan khususnya dari sahabat Ansor dan Banser.
“Ini saya berkata begini karena pengalaman pernah diminta melamarkan santri saya kepada seseorang namun santri saya ditolak karena perbedaan ideologi. Dalam hati saya kok bisa-bisanya Ketua PCNU melamarkan santrinya namun ditolak.” Lanjut kiai Adzim yang kembali disambut tawa dan tepuk tangan gemuruh hadirin.
“Maka berbahagialah Bu Camat (Nalurita Priswiandini, Camat Puri) yang mempunyai suami dari NU.” Lanjut hadirin yang kembali disambut tawa lepas hadirin
“Maksud saya begini ketika seorang perempuan yang menikahi laki-laki yang di luar NU, saya yakin seumpama perempuan tadi wafat duluan maka laki-laki tadi akan menikah lagi dan selamanya akan melupakan istri pertamanya tadi.” Lanjut Kiai Adzim.
“Biar jelas saya contohkan seumpama, ini seumpama ya… seumpama Bu Camat” belum selesai Kiai Adzim meneruskan kalimatnya para hadirin kembali sudah melepaskan tawa yang gemuruh.
“Saya lanjutkan ya, seumpama Bu Camat wafat duluan apakah Pak Camat akan menikah lagi?” Tanya Kiai Adzim sambil menoleh kearah Pak Camat yang memang selalu setia ikut membersamai Bu Camat pada kegiatan Songoan dan kembali membuat ger-geran dan gemuruh tawa di Gedung Pertemuan Desa Balongmojo.
Bu Camat dan Pak Camat hanya bisa tertawa khususnya Pak Camat yang tidak berkutik seakan-akan bingung harus menjawab apa.
“Saya lanjutkan ya, ya misalkan seorang perempuan tadi wafat duluan, kalau suaminya dari NU maka saya yakin meski pun suaminya tadi menikah lagi maka istri pertama akan tetap diingat karena kita ketahui bersama di NU itu ada acara selamatan 7 hari, 40 Hari dan seterusnya. Belum lagi ada ziarah makam, maka saya yakin tidak akan pernah dilupakan begitu saja.” Tutup Kiai Adzim.
Kontributor: Fahrul Ali