KOLOM  

Jejak Dra. Hj. Choirun Nisa M.Pd, dari menjadi seorang guru hingga Wakil Bupati

Segudang pengalaman pernah dienyam perempuan berusia 60 tahun ini. Dari dunia pendidikan hingga sosial politik. Dialah Dra. Hj. Choirun Nisa M.Pd.

Bu Nisa, panggilan akrabnya, lahir pada tanggal 10 November 1959 di desa Keboan Kecamatan Ngusikan Kab. Jombang dari pasangan H. Ali Mansyur Sulaiman dan Hj. Lilik Zaitun. H. Ali Mansyur sendiri adalah seorang guru Madrasah juga tokoh berpengaruh, sekaligus pengurus NU Jombang. Bahkan beliau memiliki kekerabatan dengan keluarga “ndalem” pesantren besar di Jombang.

Dari keluarga Nahdliyin inilah Bu Nisa dibesarkan. Ia diajarkan dasar dasar ilmu agama dan adab tata krama Islam oleh sang ayah. Juga diajarkan berbagai nilai kehidupan yang dikemudian hari sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi yang mulia pada sosok perempuan lembut ini.

Bu Nisa menempuh pendidikan formalnya di SDN Keboaan dari tahun 1965-1970. Di SDN Keboan ini, Bu Nisa sudah terlihat prestasinya. Di pelajaran berhitung khususnya, ia selalu memperoleh nilai nilai yang sempurna. Dan ia juga selalu menempati peringkat satu di kelasnya.

Karena prestasinya yang gemilang itulah, yang membawa orang tuanya bertekad memberikan pendidikan yang terbaik untuk putrinya tersebut. Bu Nisa,selain mondok di Pesantren “Ndaleman” juga terdaftar sebagai murid di PGA (Pendidilan Guru Agama) Sidoarjo untuk program empat tahun. Dan berlanjut ke PGA program enam tahun yang lulus pada tahun 1976.

Karena dinilai masih belia, oleh Ibunya, Bu Nisa, disuruh melanjutkan pendidikannya hingga sampai ke tingkat sarjana. Bu Nisa kemudian mengambil kuliah di IKIP Malang jurusan Bahasa Indonesia. Dan ia dengan sangat baik menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dengan prestasi yang gemilang.

Saat kuliah di IKIP Malang ini, Bu Nisa tercatat selain aktif di PMII juga merupakan anggota Sema (Senat Mahasiswa) IKIP Malang. Selain itu, ia juga sangat aktif di Komunitas Mahasiswa Jombang. Bahkan ia menjadi Bendahara di Komunitas Mahasiswa Jombang ini.

Usai wisuda, pada tahun 1981, Bu Nisa diterima menjadi guru tidak tetap (GTT) di SMA Negeri Puri Mojokerto. Dan pada tahun 1983, dari ribuan pendaftar, namanyalah yang muncul menjadi PNS dengan penempatan mengajar di SMA Negeri Puri pula.

Baca Juga:  Quo Vadis Pendidikan Kita

Pada tahun 1986, Bu Nisa mengikuti seleksi intruktur Bahasa Indonesia tingkat Jawa Timur. Dan dari tahun 1987 hingga 1994, Bu Nisa resmi menjadi Instruktur Bahasa Indonesia dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai guru. Dari tugasnya menjadi instruktur inilah, menjadikan Bu Nisa keliling ke berbagai wilayah di Jawa Timur. Dan ia menimba ragam ilmu pendidikan yang unik diberbagai daerah.

Ilmu pendidikannya semakin terasah, manakala ia pada tahun 1993, lulus seleksi mengikuti “short term course” di Australia. Ia belajar pendidikan yang maju di negeri Kanguru ini selama lima bulan. Yang dikemudian hari mempengaruhi cara berfikirnya untuk mendidik anak didiknya serta mengembangkan pendidikan dibawah kepemimpinannya.

Pada tahun 1994, usai dari Australia, Bu Nisa mengikuti seleksi kepala sekolah. Dan berbekal pengalamannya yang panjang dan kompetensinya yang mumpuni dalam dunia pendidikan, maka pada tahun 1994, ia diterima sebagai kepala sekolah. Penempatan pertamanya ditempatkan di SMP Negeri Gondang Mojokerto selama empat tahun. Kemudian mutasi ke SMP Negeri 4 Mojokerto dari tahun 1998 hingga 2002. Mutasi lagi ke SMA Negeri 1 Mojokerto dari tahun 2002 hingga 2006.

Tahun 2004, Bu Nisa menempuh pendidikan S2 di Universitas Negeri Malang. Pada tahun 2006, ia lulus bersamaan dengan diangkatnya pula ia oleh Dinas Pendidikan Kota Mojokerto sebagai Pengawas. Dari posisinya menjadi pengawas inilah jejaring dari tingkat lokal hingga Nasional semakin kuat. Selain tentu kompetensinya tak diragukan lagi. Karenanya pada tahun 2009, Bu Nisa diangkat menjadi tim Asesor BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

Namun jabatannya sebagai tim Assesor itu tak berlangsung lama. Pada tahun 2010, pinangan menjadi bakal calon wakil bupati mendampingi Mustofa Kamal Pasha berlabuh. Bu Nisa tak memiliki banyak pilihan. Terlebih suaminya, Drs. KH. Shihabul Irfan Arief M.Pd merestuinya untuk melangkah ke dunia yang berbeda dengan disiplin ilmunya. Tetapi layar telah terkembang. Bu Nisa pun memasuki dunia politik.

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Sosok Buyut Sanur Yang Ada Di Makam Wonosari Ngoro Mojokerto

Tercatat pasangan Mustofa Kamal Pasha dan Dra. Choirun Nisa M.Pd berhasil dipilih secara demokratis dan resmi memimpin Kabupaten Mojokerto dari tahun 2010 hingga 2015. Pada saat menjadi wakil bupati inilah beragam kehidupan yang berbeda dengan dunianya ia rasakan. Bu Nisa banyak merasakan hal yang tidak sesuai dengan cita citanya. Tetapi selama ia menjabat, ia terus berupaya melakukan perubahan ditengah masyarakat, khususnya pengentasan kemiskinan. Ia menggandeng beberapa program non pemerintah seperti program Posdaya yang digawangi oleh Haryono Suyono untuk pembedayaan masyarakat Mojokerto.

Setelah lima tahun menjabat sebagai Wakil Bupati, Bu Nisa merasa sudah waktunya istirahat. Tetapi beberapa tokoh dan koleganya, memintanya untuk maju mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Kabupaten Mojokerto. Ia kemudian berhadap hadapan dengan mantan pasangannya di periode sebelumnya. Sayang, karena beberapa hal, namanya dicoret, sehingga ia gagal mencalonkan diri sebagai Bupati Mojokerto.

Usai tak menjabat sebagai wakil bupati, Bu Nisa mengikuti seleksi sebagai Dewan Pendidikan Jawa Timur. Dan melalui seleksi ketat, Bu Nisa pun lulus sebagai anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur. Melalui wadah ini, Bu Nisa terobati luka hatinya bahkan merasakan kembali ke habitatnya lagi.

Pada tahun 2020 ini, namanya disebut santer kembali oleh masyarakat Mojokerto, karena kesediaanya maju kembali mengikuti Pilkada Kab. Mojokerto pada bulan Desember yang akan datang. Kali ini, ia berpasangan dengan mantan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, yakni Yoko Priyono. Tentang kesediaannya dipasangkan dengan Yoko Priyono ia, Bu Nisa menyatakan,

“Antara saya dan Pak Yoko, memiliki kesamaan visi dan misi yakni ingin mengalokasikan APBD tidak untuk infrastruktur saja, tetapi untuk kesejahteraan masyarakat. Juga mengentas kemiskinan.” terangnya, mantab.