KOLOM  

Humor: Kisah 3 Santri Melamar Putri Kiai

Gondang, NU Online Mojokerto – 

Sore hari selepas shalat ashar terdengar suara dari luar rumah, “Assalamualaikum,” ucap 3 orang santri yang datang secara bersamaan ke rumah pak yai,

 

Waktu itu, pak yai lagi santai di pendopo belakang sambil membaca kitab ditemani segelas kopi dan rokok di tangan kanannya,

 

“Waalikumsalam,” ucap Agus seorang santri ndalem pak yai yang lagi menyapu di ruang tamu.

“Nggh kang wonten nopo,” tanya Agus.

“Bade sowan dateng abah yai Hanan,” ucap salah satu santri.

 

••••

Yai Hanan ialah seorang kiai masyhur, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah. Beliau mempunyai 4 orang anak, 3 diantaranya laki-laki, dan seorang perempuan. Secara berurutan, anaknya bernama Kang Idam, Kang Hafiz, Kang Hadi, dan Ning Syifa.

 

Ning Syifa, putri Yai Hanan yang sangat cerdas nan cantik. Dia juga seorang Hafidzah 30 juz di usianya yang masih sangat belia yaitu 15 tahun. Saat ini usia Ning Syifa menginjak 20 tahun, dan sudah saatnya untuk menikah.

 

••••

 

“Nggeh, monggo pinarak abah yai wonten pendopo wingking,” jawab Agus.

 

Bergegaslah agus ke belakang untuk memanggil yai Hanan yang sedang membaca kitab di pendopo belakang.

 

3 santri itupun masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi sofa warna biru berjejer sambi celingak-celinguk. Mereka bertiga menatap tembok berisi foto-foto di sekeliling ruang tamu.

“Kang,” panggil salah santri kepada temanya.

“Nopo kang,” jawab santri itu.

“Lihat foto keluarga itu, ada foto Ning Syifa, masyaAllah,” ucapnya sambil menunjuk ke salah satu foto.

Baca Juga:  PAC GP Ansor Gondang Gelar Apel Banser dan Napak Tilas di Desa Gumeng

“Masyaallah,” ucap 2 orang santri secara bersamaan dengan nada sedikit panjang.

 

••••

“Assalamualaikum yai,” ucap Agus memanggil yai Hanan.

“Nyapo Gus,” jawab yai Hanan.

“Wonten tamu yai,” timpal Agus.

“Sopo?” Tanya yai.

“Niku wonten 3 orang santri yai,” jawab Agus.

“Oh iyo, suwon yo Gus,” jawab yai.

“Inggih yai,” jawab Agus.

Sruuuuut aaah, yai menghabiskan kopi yang tinggal sedikit.

“Manteb e Gus kopi gawenane bu nyai mu iki, ngene iki lo Gus seng ngarai tambah cinta karo bu nyai, hahaha,” tawa yai Hanan,

Agus pun tersenyum sambil menunduk.

 

Setelah menghabiskan kopinya, yai Hanan pun langsung ke ruang tamu untuk menemui 3 santri yang sedang menunggu di ruang tamu.

 

••••

 

Setelah beberapa saat 3 santri tersebut menunggu, di balik selambu warna putih agak kecoklatan yang memisahkan ruang tamu dan ruang tengah dari dalam muncullah seseorang.

“Assalamualaikum,” ucap salam yai Hanan kepada 3 santri.

“Waalaikumsalam wr. wb.”secara bersamaan 3 orang santri menjawab salam yai Hanan seraya meninggalkan tenpat duduknya untuk salim sambil menunduk kepada yai Hanan.

“Monggo pinarak,” jawab yai Hanan sambil tangannya diarahkan ke kursi yang awal diduduki santri tersebut.

 

“Wonten nopo kang? santri kok gembruduk,” tanya yai Hanan

“Nggeh yai,” jawab salah satu santri mewakili teman-temannya yang mempunyai maksud dan tujuan sama.

“Maksud tujuan kulo kaleh rencang-rencang mriki bade melamar putri panjenengan yai, Ning Syifa,” ungkap salah satu santri.

 

Baca Juga:  M. Masrur Yusuf ; Ulama Ahli Al Quran Asal Mengelo

Waktu itu, Ning Syifa lagi mengajar di Diniyah Pondok Pesantren milik abahnya.

“Oh iya, nek ngunu tak tes siji-siji,” ucap yai Hanan.

“Nggeh yai,” jawab 3 santri secara serentak.

“Samean disek jenengmu sopo,” tanya yai Hanan ke santri pertama.

“Annas yai,” jawabnya.

“Wacakno surat An-nas sesuai jenengmu,” tantang yai Hanan.

“Nggh yai,” jawab Annas. Dengan lancar dan lantang santri pertama (Annas) berhasil menjawab test dari yai Hanan.

“Samean sopo jenenge? ” tanya yai Hanan kepada santri yang kedua.

“Torik yai,” jawab Torik.

“Wacakno surat At-Tariq sesuai jenengmu,” ujar yai Hanan.

“Nggeh yai,” balas santri kedua sambil gugup dan mengingat-ngingat, ia pun membacakan surat At-tariq secara perlahan karena takut salah.

 

Belum ditanya, santri ketiga pun sangat gemetar dan gugup karena memiliki nama Imron, sedangkan surah Ali Imron berjumlah 200 ayat.

“Jenengmu sopo kang?” tanya yai kepada santri yang ketiga.

“Imron yai, tapi biasanya dipanggil ‘QULHU’,” jawab Imron.

 

Melihat jawaban Imron, tawa serentak pun mewarnai obrolan di ruang tamu yai Hanan kala itu.

~ TAMAT ~

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, alur cerita dan kata kurang sopan merupakan suatu hal ketidaksengajaan.

 

Kontributor: Imron Hamzah – LTN NU Gondang