Warta  

Munas Jamiyyah Ruqyah Aswaja, Gus Bara “Kabupaten Mojokerto Butuh di Ruqyah”

Pacet, NU Online Mojokerto – Pengurus Pusat Jamiyyah Ruqyah Aswaja menggelar Musyawarah Nasional pertama di Institute KH. Abdul Chalim Pacet pada hari Jumat (23/09). Acara dihadiri oleh KH. Said Aqil Syiroj (Mantan Ketua PBNU), Dr. Haidar Alwi (Pakar Terorisme Indonesia), KH. Asep Saifuddin Abdul Chalim (Pengasuh PP. Amanatul Ummat), KH. Jazuli (Utusan Gubernur Jawa Timur), Dr. Muhammad al Barra (Wakil Bupati Mojokerto), Gus Abdul Salim (Mantan Ketua LDNU), Gus Abdul Wahab M. Pd.I (Ketua Yayasan JRA), Gus Allama Shidiqi dan praktisi JRA seluruh Indonesia.

Ketua Gus Abdul Wahab M.Pd.I menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya acara Muyawarah Nasional pertama Jamiyyah Ruqyah Aswaja. Ia berharap juga ke depannya, pemerintah membantu JRA yang selama ini sedikit bermasalah dengan urusan administrasi.

Gus Abdul Wahab menjelaskan bahwa JRA lahir tahun 2016 kemudian menjadi organisasi berbadan hukum. Dan kemudian diakui sebagai bagian sayap dakwah LDNU. Dalam lima tahun sudah mengembangkan 205 cabang dari berbagai daerah. 18 daerah sudah ter-SK-kan. Dan juga mendirikan cabang di luar negeri. Karenanya, Gus Wahab berharap, ke depan JRA bisa terakui eksistensinya. Gus Wahab berharap pemerintah membantu kelancaran dalam legalitas para praktisi JRA.

Gus Bara, selaku Wakil Bupati Mojokerto, mendoakan agar dalam Munas, JRA mampu melahirkan program yang produktif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

“Semoga Munas ini diberi kelancaran oleh Allah sehingga program programnya bermanfaat bagi bangsa dan negara” ujar Gus Bara.

Gus Bara berharap kepada JRA, selain meruqyah PP. Amanatul Umah juga meruqyah Kabupaten Mojokerto. Sebab dengan berbagai permasalahan yang ada, diperlukan ruqyah agar Kabupaten Mojokerto menjadi Kabupaten yang penuh berkah.

Usai sambutan Gus Bara, KH. Ahmad Jazuli yang mewakili Gubernur Jawa Timur menyampaikan bahwa JRA itu sangat penting. Sebab JRA memiliki sanad keilmuan yang jelas. Sanadnya sampai ke Rasulullah. Sehingga gerakan JRA mampu menyelamatkan aqidah umat. “Tapi pesan saya, praktisi JRA harus ngaji. Sebab kalau tidak ngaji, khawatirnya salah faham memaknai hadis hadis pengobatan” ujar KH. Ahmad Jazuli.