KOLOM  

Beban Sebuah Pujian

Satu pujian bagi manusia itu hakikatnya adalah satu beban yang menyesakkan, apalagi bila pujian itu tidak benar atau hiperbolis. Kalo bicara tentang bagaimana sikap ulama dulu ketika dipuji, jadi ingat ceritanya Imam Hanafi.

Dalam Tadzkirotul Auliya’, diriwayatkan beliau dulunya setiap malam sholat sebanyak 300 rokaat. Pada suatu hari beliau berjalan-jalan, lalu ada kumpulan wanita yg menggosipi beliau, “Lelaki ini (Imam Hanafi) setiap malamnya sholat sebanyak 500 rokaat,”

Imam Hanafi mendengar bisik-bisik para wanita itu. Lalu beliau pun berniat kuat untuk sholat sebanyak 500 rokaat sehingga persangkaan wanita itu terhadap beliau, benar adanya.

Setelah berlalu beberapa waktu dan beliau setiap malamnya sholat sebanyak 500 rokaat, Imam Hanafi melewati sekelompok anak-anak yang sedang bermain. Sebagian anak ada menggunjing Imam Hanafi, “Orang ini (Imam Hanafi) setiap malamnya sholat sebanyak 1000 rokaat.”.

Imam Hanafi mendengar gunjingan itu, lalu berkata, “Insya Allah saya bakal sholat 1000 rokaat setiap malamnya, agar persangkaan anak itu terhadapku tidak salah,”

Setelah berlalu beberapa lama, salah seorang santri Imam Hanafi berkata kepada beliau, “Orang-orang menyangka bahwa anda tidak pernah tidur di malam hari,”

Beliau berkata, “Saya berjanji tidak akan tidur sama sekali,”

Akhirnya beliau memang benar tidak tidur sama sekali. Lalu salah seorang muridnya bertanya, “Mengapa anda melakukan itu, wahai guru ?”

Beliau menjawab, “Agar aku tidak termasuk orang orang yang Allah Ta’ala berfirman dalam hak mereka :

لا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (Ali Imron ayat 188),”

Setelah kejadian itu, Imam Hanafi sholat Subuh dengan wudhunya sholat Isya’ selama 30 tahun, hanya karena prasangka hiperbolis orang orang terhadap beliau. Bahkan kedua lutut beliau sampai seperti lututnya onta saking tebalnya karena kebanyakan sujud.

Emang kurang ajar kalo dipikir. Orang kok berlebihan. Gara-gara prasangka hiperbolis orang-orang tersebut, walau niatnya pujian, malah bikin Iman Hanafi kerepotan. Untung aja Imam Hanafi itu wali, beliau ya asyik-asyik saja dianggap kesempatan buat taqorrub.

Maka dari itu, jangan kita suka memuji berlebihan kepada orang lain, hal itu jadi beban bagi yang dipuji. Dan kalo dipuji orang, kalo sanggup ya lakukan seperti ceritanya Imam Hanafi di atas. Kalau gak sanggup, kita bilang itu gak benar dan kembalikan pujian itu pada Gusti Allah.

Pujian itu hakikatnya beban. Kalau pujian itu benar bisa bikin lupa, kalo salah bisa dapat siksa. Tapi walaupun pujian itu beban, jangan sampai kita berhenti beramal karena takut pujian. Itu malah syirik besar namanya.

Mugi manfaat.

 

Gus Fahmi NH