Khutbah Jumat, NU Online Mojokerto –
اَلْحَمْدُ لِلّهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ . اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قال الله تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral Muslimin , Rahimakumullah …
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah, dan sekuat tenaga menjauhi larangan-larangan yang sudah ditetapkan oleh Nya. Mari kita jaga ke-islam-an kita dengan mengikuti rekomendasi jumhurul ulama’, yakni mengikuti 4 imam madzhab dalam urusan syariat; mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi dalam urusan aqidah; dan mengikuti Syekh Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali dalam urusan Tasawwuf. Di sertai dengan permohonan kepada Nya agar senantiasa memberikan pertolongan / maunah dan Hidayah Nya, niscaya kita akan di mudahkan oleh Allah dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Hadirin, Jamaah Shalat Jumat yang mulia …
Kewajiban kita untuk melakukan ibadah yang sudah ditetapkan adalah suatu keharusan. Allah berfirman dalam Al-Quran :
وَمَا خَلَقْتُ اْلِجنَّ وَاْلإنْسَ إلَّا لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah (kepadaku)”
Tapi pada kenyataannya, Seseorang yang menemukan kepelikan hidup, kesulitan dalam masalah ekonomi, kelelahan dalam bekerja dan berbagai problem yang mendera, membuat seseorang melepaskan kewajiban nya untuk melakukan ibadah pada Sang Khalik.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui penyebab nya dan cara menanggulanginya, agar kita bisa mengatasi masalah yang demikian.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah …
Syekh al-Habib Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad, mengatakan penyebab seseorang malas dalam beribadah, antara lain :
Pertama, al-Jahlu atau kebodohan dan ketidaktahuan. Ini adalah sumber segala keburukan dan kemadharatan. Syekh Az-Zarnuji, menukil perkataan ulama dalam sebuah syair masyhur, yang artinya : “Orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, dan tidak layak dijadikan panutan.”.
Untuk melawan ini, adalah senantiasa belajar ilmu agama secara terus menerus, mencari ilmu yang manfaat dari sumber-sumbernya yang mempunyai sanad yang jelas. Maka menjadi suatu keharusan bagi kita semua untuk senantiasa menuntuk ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu tidak hanya bagi anak-anak, tapi dari gendongan ibu sampai ketika seseorang meninggal. Maka mari kita dorong diri kita masing-masing untuk ikut serta dalam majlis-majlis ilmu. Ikut serta dalam pengajian rutinan yang ada di lingkungan kita, mendengarkan secara seksama pengajian-pengajian yang di sampaikan oleh para kyai dan berusaha melaksanakan apa yang kita dapatkan dari forum-forum tersebut.
Hadirin,,, Penyebab Yang Kedua adalah iman yang lemah. Halini bisa di akibatkan dari kalah nya seseorang dari setan dan bisikannya ; dunia dan godaannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ bersabda:”Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau.”
Jiwa manusia dapat tergoda akan manisnya kehidupan dunia dari pada nanti di hari akhir; dan yang terakhir karena teman yang buruk. Seorang teman dapat memengaruhi pribadi seseorang, jika temannya buruk maka dia akan memiliki kepribadian yang serupa. Untuk mengatasi hal ini, maka cara menguatkan adalah dengan membiasakan melakukan amal shaleh.
Kemudian, penyebab yang ketiga adalah keinginan yang berlebih. Ingatlah bahwa keinginan adalah Sumber penderitaan. Ini tidak berarti bahwa manusia harus menghilangkan Keinginan dari hatinya. Itu adalah sesuatu yang mustshil dilakukan. Yang di maksud keinginan berlebih di sini adalah hawa nafsu
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah …
Imam al-Ghazali dalam Kȋmiyâ‘ as-Sa’âdah mengatakan : “jika diri manusia itu diibaratkan sebuah negara (madȋnah), maka tubuh itu adalah wilayah kekuasaan (dliyâ‘), syahwat itu ibarat perdana menteri (wâliy) yang mengatur pemerintahan atas perintah dan bimbingan raja. Sedangkan qalbu adalah sang raja (mâlik) dan akal adalah penasehat raja (wazȋr).
Namun jika perdana menteri itu begitu cerdik dan kuat pengaruhnya, sementara sang raja lemah dan bodoh, maka seluruh kerajaan akan tunduk di bawah kendali sang perdana menteri, termasuk pula raja dan penasehatnya itu. Ini berarti bahwa ketika hawa nafsu seseorang terlampau kuat mencengkram tubuh, sementara qalbu dan akalnya lemah, maka orang itu perilakunya sehari-hari akan hanya berdasarkan kemauan hawa nafsunya. Qalbu dan akalnya pun akan bekerja menuruti perintah hawa nafsunya.
Untuk mengobati hal ini, Syekh al-Habib Abdulloh bin Alawy al-Haddad menyatakan dengan mengingat mati dan menyadari bahwa ajal bisa datang sewaktu-waktu.
Penyebab terakhir, yang ke Empat adalah memakan makanan syubhat, yakni perkara yang diragukan hukum halal atau haramnya. Syekh Muhammad bin Ibrahim Ibnu Mundzir an-Naisaburi , mengajarkan salah satu doa agar kita di selamatkan dari memakan makanan yang syubhat :
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا الطَّعَامُ حَلَالًا فَوَسِّعْ عَلَى صَاحِبِهِ وَاجْزِهِ خَيْرًا وَإِنْ كَانَ حَرَامًا أَوْشُبْهَةً فَاغْفِرْلِيْ وَلَهُ وَأَرْضِ عَنِّيْ أَصْحَابَ التَّبِعَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya: “Ya Allah, jika makanan yang saya makan ini halal, maka luaskanlah rezekinya [orang yang memberi makan] dan balaslah dengan kebaikan. Dan jika makanan ini adalah haram atau syubhat maka ampunilah aku dan dia, dan jauhkanlah para penerima konsekuensi [atas dosanya sendiri] dariku kelak di hari kiamat dengan kasih sayang-Mu, wahai Allah yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah …
Mari kita memohon agar senantiasa diberikan pertolongan, hidayah dan kekuatan pada Allah Yang Maha Kuasa agar kita di jauhkan dari kemalasan dalam beribadah. Dan semoga apa yang kami sampaikan ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin .
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ .