Sooko, NU Online Mojokerto –
Semasa muda, Syekh Abdul Qadir mengembara mencari ilmu dari Mekah ke Baghdag. Oleh ibunya, beliau diberi uang saku 40 dinar. Dan sebelum berangkat, sang ibu membuat perjanjian dengan Syekh Abdul Qadir untuk selalu berkata jujur.
Di tengah perjalanan, saat melintasi kawasan Hamadzan, rombongan beliau diserang komplotan perampok. Semua orang ditanyai barang bawaannya oleh komplotan perampok itu. Tak terkecuali Syekh Abdul Qadir.
Saat beliau ditanya oleh salah satu perampok, beliau jujur memberi tahu uang saku yang dibawanya. Si perampok pun membawa beliau menghadap pimpinan komplotan. Si pimpinan juga menanyai beliau, dan beliau tetap jujur.
“Apa yang membuatmu jujur?” tanya si pimpinan komplotan.
“Aku telah berjanji kepada ibuku untuk jujur. Aku takut untuk mengkhianati perjanjian kami.” Jawab Syekh Abdul Qadir mantap.
Jawaban Syekh Abdul Qadir membuat si pemimpin haru. Ia pun berteriak dan merobek-robek pakaiannya.
“Kau takut untuk mengkhianati perjanjianmu dengan ibumu, sementara aku tidak takut mengkhianati perjanjianku dengan Allah.” Kata si pimpinan dengan penuh penyesalan.
Ia akhirnya memerintahkan komplotannya untuk mengembalikan apa yang sudah mereka ambil dari rombongan.
Ia berkata pada Syekh Abdul Qadir: “Aku bertobat kepada Allah di tanganmu.”
Anak-anak buahnya tak mau ketinggalan. Mereka berkata: “Kau yang menjadi pimpinan kami dalam merampok, maka kau jugalah yang menjadi pimpinan dalam bertobat.”
Berkah kejujuran, mereka semua bertobat. (Aff)