Warta  

Usai Dikukuhkan, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim Gelar Tasyakuran Dengan Ulama Mojokerto

 

Pacet – Usai dikukuhkan sebagai guru besar di UIN Sunan Ampel beberapa hari lalu, pada jumat sore (06/03/20) Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim menggelar tasyakuran bersama para Ulama se-Mojokerto. Acara tasyakuran ditempatkan di Institute KH. Abdul Chalim.

Tampak hadir deretan Kyai Kyai sepuh seperti KH. Ali Masadi, KH. Imam Makhsus, KH. Abdul Ghofur, KH. Samian dan lain lain. KH. Abdul Adzim beserta Lembaga, Banom dan MWC NU se Kab. Mojokerto juga tampak hadir di kursi undangan.

Dalam sambutannya Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim menyampaikan permohonan maaf karena kurang silaturahmi dengan Kiai Kiai Mojokerto. Ke depan, kata Kiai Yang akrab dipanggil Kiai Asep tersebut, akan mempererat hubungan bersama dalam kerjasama membangun umat.

Kiai Asep bercerita awal mula kedatangannya di Mojokerto. Pada mulanya Kiai Asep selalu berdoa kepada Allah agar diberi tempat yang kelak bisa membangun pesantren dan sekolah berbasis Internasional. Tempat yang diidam idamkannya itu, tempat yang bisa ditempuh selama satu jam dari Surabaya. Yang ada sungai mengalirnya. Dan juga ada listriknya.

Permintaan itu dimohonkan sampai lima tahun lamannya. Hingga pada tahun 2002, ada temannya dari Jakarta yang mengajak melihat tanah di Desa Kembangbelor. Ditempat yang dituju, Kiai Asep mendapati tanah seluas satu hektar. Yang ada vila kecilnya. Dengan pagar stenles. Yang didekatnya tumbuh bunga mawar dan kecubung dengan indahnya.

Melihat tempat itu, Kiai Asep merasa bahwa tempat itu sesuai dengan kriteria yang diangankan. Lebih lebih ketika Kiai Asep dipertemukan dengan pemiliknya. Pemiliknya menawarkan harga lebih murah dibandingkan dengan harga pasaran.

Baca Juga:  Lazisnu Bangsal Kirim 66 Anak Yatim Terima Santunan di Hari Santri

Pemilik Villa dan tanah itu mematok harga sebesar 300 juta. Dan anehnya Kiai Asep tidak menolak. Padahal ia hanya memiliki uang 20 juta. Tetapi pemiliknya memaklumi. Satu bulan kemudian, Kiai Asep menutup kekurangan dari menjual mobilnya seharga 130 juta. Dan sisanya lagi dibayar satu tahun kemudian.

Awal mula, Kiai Asep membuka Madrasah Bertaraf Internasional. Siswa siswa yang dicari berkategori istimewa. Dengan jumlah 48 siswa.

Sekolah rintisan itu begitu cepat melaju. Pun dengan program MTS akselerasi. Peminatnya membludak. Hingga mushola dan rumah rumah pendidikan digunakan untuk kelas kelas. Pun dengan kamar kamarnya, digunakan oleh para siswa bermukim.

Tapi dengan tawakal kepada Allah, Amanatul Ummah terus berkembang dengan pesatnya. Santrinya kini tembus hingga 10 ribuan.

Selain faktor ketawakalan kepada Allah, ada faktor lain yang mendukung berkembangnya PP. Amanatul Umah yakni cerita orang orang dahulu yang terus ditularkan. Dulu, kata Kiai Asep, KH. Achyat Chalimi pernah menyatakan tatkala ada orang hendak membangun Madrasah di bawah desa Kembangbelor. Kalau di daerah Kembangbelor kelak akan ada pesantren besar. Dan kata kata KH. Achyat Chalimi ini terus ditularkan hingga kini. Dan masyarakat meyakininya akan kebenaran itu. Dan PP. Amanatul Ummah itulah yang diprediksi oleh Kiai Sepuh Mojokerto dulu itu.

Baca Juga:  Peringati Maulid Nabi dan Hari Santri, PP. Al Istiqomah Bejijong Adakan Pengajian Umum

Meskipun terus membangun Gedung Pesantren dan sekolah hingga Perguruan Tinggi, tetapi tak satupun Kyai asep meminta bantuan kepada pemerintah. Karena, kata Kiai Asep, beliau takut apabila tidak barokah.

Pernah Kiai Asep ditawari oleh Khofifah untuk membantu pembiayaan pembangunan gedung. Tetapi Kiai Asep menolaknya. Juga pernah ditawari bantuan oleh Pak Jokowi melalui Pak Praktikno, tapi ditolaknya pula. Sebab Kiai Asep ingin pembangunan PP. Amantul Ummat itu mandiri.

Kemandirian dalam membangun pesantren dan umat inilah yang hendak ditularkan kepada semua pesantren di Mojokerto. Dan itu, kata Kiai Asep pasti mampu dilakukan. Pun pula dalam bidang bidang lainnya. Termasuk dalam suksesi kepemimpinan.

“Jangan sampai kita memiliki pemimpin yang dibiayai asing. Sehingga usai pelantikan, semua kebijakan harus sesuai dengan kepentingan asing. Kita perlu pemimpin pemimpin mandiri. Lebih lebih yang memiliki idiologi ahlusunnah waljamaah. Yang membela kepentingan umat, bukan asing” ujar Kiai Asep.

Isno (Ketua LTN NU Kab. Mojokerto)