KOLOM  

Puasa Vs Korupsi

Jetis, NU Online Mojokerto – 

Puasa Ramadhan selain merupakan suatu kewajiban bagi umat islam juga bermakna menahan diri dari sesuatu yang dilarang Allah SWT.

Dalam prakteknya, seorang muslim ketika berpuasa tentu dia akan menahan makan dan minum sebelum waktu berbuka puasa tiba. Meskipun dia tahu bahwa makanan dan minuman tersebut halal dan tersedia di hadapannya tanpa ada seorangpun yang melarangnya.

Mengapa dia tidak memakannya? Karena dia sedang berpuasa, menahan nafsu dan hasratnya dari melakukan sesuatu yang dilarang Allah SWT.

Secara tidak langsung, Allah SWT melatih seluruh hambanya yang berpuasa untuk menjadi jiwa yang amanah. Amanah pada diri sendiri dan amanah kepada Tuhannya. Jika dalam posisi sendiri tanpa dilihat orang dia bisa amanah, maka bisa dipastikan dia akan amanah ketika di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Banyaknya kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh beberapa oknum yang marak belakangan ini tentu menjadi teguran sekaligus introspeksi bagi kita semua, rakyat Indonesia. Dari banyaknya kasus serupa, bisa diketahui betapa sikap amanah sudah mulai hilang di tengah-tengah kehidupan kita. Suatu negara akan hancur berantakan ketika rakyat dan pejabatnya tidak lagi mempunyai sikap amanah.

Baca Juga:  KASIH SAYANG GUS DUR 

Momen Ramadan kali ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk kembali belajar dan menasehati diri sendiri tentang bagaimana kembali memegang teguh prinsip-prinsip amanah sebagai buah dari puasa Ramadhan.

Karena Allah SWT telah memberikan garansi kepada kita bahwa dengan berpuasa (secara benar-benar) diharapkan nanti menjadi hamba-hambaNya yang bertaqwa. Yang mana seperti sering diungkapkan oleh para khotib Jumat bahwa taqwa sendiri berarti melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi segala laranganNya.

Akhirnya bisa tarik kesimpulan bahwa, orang yang benar-benar berpuasa pasti dia akan menjadi insan yang amanah. Budaya korupsi, kolusi, dan ragam sikap khianat lainnya otomatis akan berkurang bahkan hilang dengan sendirinya ketika masyarakat dan para pejabat negara ini mampu menjalankan “puasa” dengan sebenarnya. Tentu cita-cita bangsa yang berbunyi “Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur, Gemah Ripah Loh Jinawi bukanlah sekedar mimpi.

Baca Juga:  Refleksi HARDIKNAS, Keluh Kesah Perjalanan Tenaga Pendidik Honorer

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1444 H. Semoga Allah Ta’ala memampukan kita semua untuk menjadi pribadi yang amanah dan bertakwa.

*Narasumber Ki Narto (Sekretaris Bidang Kajian dan Pemikiran Islam- PC GP ANSOR Kabupaten Mojokerto)

Kontributor Dikin LTN NU Jetis