Puasa bukan hanya milik manusia
Puasa bukan hanya milik manusia. Dalam dunia hewan, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil agar puasa kita lebih bermakna dan mencapai derajat taqwa. Dua contoh yang menarik adalah puasa ular dan puasa ulat.Ular harus mengganti kulitnya secara berkala untuk bertahan hidup. Namun, sebelum kulit lama terlepas, ular harus menjalani puasa. Ia tidak makan dan tidak minum dalam kurun waktu tertentu. Setelah puasanya selesai, kulit luar terkelupas, lalu muncul kulit baru yang lebih segar dan kuat.
Begitu juga dengan ulat. Sebelum menjadi kupu-kupu yang indah, ulat harus melewati fase kepompong. Selama proses ini, ulat berdiam diri dan berhenti makan. Ia mengandalkan energi yang tersimpan dalam tubuhnya. Setelah cukup waktu, kepompong terbuka, dan ulat yang dulu sederhana berubah menjadi kupu-kupu yang bebas dan menawan.
Dari puasa ular, kita belajar bahwa meninggalkan sesuatu yang lama dapat membawa pembaharuan dalam hidup. Dari puasa ulat, kita memahami bahwa kesabaran dan ketekunan akan menghasilkan perubahan besar. Jika hewan saja mampu berpuasa demi perubahan diri, manusia tentu bisa menjadikan puasa sebagai jalan menuju ketakwaan dan kesempurnaan akhlak.
Puasa Ular
“Dari puasa ular kita dapat melihat bahwa wajah ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Nama ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama yakni ULAR. Makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama, cara bergerak sebelum dan sesudah puasa kira² 21 hari tetap sama. Tabiat dan sifat sebelum dan sesudah puasa juga tetap sama,”
Sedangkan ulat yang berhasil puasa dalam masa kurang lebih 20 – 28 hari masuk dalam kepompong akan berubah wujud menjadi kupu-kupu yang indah yang sama sekali berbeda bentuknya, cara bergeraknya, jenis makanan dan cara makannya, hingga perilaku lainnya.
Puasa Ulat
“Ibrah dari puasanya ulat, wajah ulat sesudah puasa berubah menjadi lebih indah. Nama ulat sesudah puasa berubah menjadi Kupu-kupu. Makannya ulat sesudah puasa berubah menjadi mengisap madu. Cara bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, setelah puasa berubah terbang di awang-awang. Tabiat dan sifat berubah total. Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam, begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga,”
Dari dua telaah tersebut dapat ditarik sebuah pelajaran yang dapat diambil oleh manusia khususnya umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.
“Puasa Ramadhan diharapkan memberikan manfaat yang baik kepada yang melaksanakan nya, baik untuk pahala di akhirat maupun menjadikan manusia taqwa yang memberi manfaat kepada orang lain – khairunnaas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia ialah yang dapat memberikan manfaat bagi manusia lainnya),”
Oleh Kiai Syaiful Hadi (Ketua MWCNU Trowulan)
Editor Moch. Taufiq Zulmanarif (LTN NU Trowulan