KOLOM  

Ngaji: Fondasi Moral untuk Membangun Bangsa yang Berkarakter

Ngaji atau pendidikan di madrasah diniyah sering kali dianggap kegiatan sederhana di desa-desa atau kampung-kampung. Padahal, di balik kesederhanaannya tersimpan kekuatan besar yang menopang karakter bangsa. Di tempat inilah nilai-nilai dasar seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan cinta ilmu ditanamkan sejak dini. Ngaji bukan sekadar soal hafalan ayat dan doa, melainkan proses pembentukan watak dan moralitas yang menjadi fondasi penting bagi pembangunan bangsa.

 

Ketika banyak negara maju fokus pada kecerdasan intelektual, madrasah diniyah menegaskan pentingnya kecerdasan spiritual. Anak-anak yang terbiasa ngaji sejak kecil tumbuh dengan kesadaran bahwa hidup bukan hanya tentang mencari untung, tetapi juga mencari berkah. Mereka memahami bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang digunakan untuk kebaikan, bukan untuk keserakahan. Nilai ini menjadi bekal penting di tengah dunia yang makin kompetitif dan kadang melupakan nurani.

 

Madrasah diniyah juga memiliki peran strategis dalam menjaga identitas bangsa. Di era globalisasi, budaya luar dengan mudah masuk dan mempengaruhi generasi muda. Tanpa pondasi moral dan keagamaan yang kuat, generasi muda mudah terbawa arus gaya hidup instan dan pragmatis. Melalui ngaji, anak-anak belajar menakar mana yang baik dan tidak, serta mengembangkan rasa cinta terhadap nilai-nilai luhur agama dan budaya sendiri.

Baca Juga:  Taujihat Rais PCNU Kabupaten Mojokerto dalam Penutupan Muskercab I

 

Lebih dari itu, madrasah diniyah berperan sebagai ruang sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Di sana, guru, santri, dan masyarakat terlibat dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Semangat gotong royong, saling tolong-menolong, dan kepedulian sosial tumbuh secara alami. Nilai-nilai ini yang kemudian membentuk masyarakat yang rukun, solid, dan siap bekerja sama membangun lingkungan yang lebih baik.

 

Sayangnya, peran besar madrasah diniyah sering kali belum diimbangi dengan perhatian yang memadai dari berbagai pihak. Banyak madrasah yang berjalan dengan keterbatasan sarana dan tenaga pengajar. Padahal, jika dikelola dan didukung dengan baik, lembaga ini bisa menjadi laboratorium akhlak dan pusat pendidikan karakter yang paling efektif di tingkat akar rumput.

Baca Juga:  Sesajen di Semeru, dari Sisi Mana Syirik dan Mendatangkan Murka Allah?

 

Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat memandang ngaji bukan sekadar kegiatan religius, tetapi juga bagian dari strategi pembangunan nasional. Di tengah krisis moral dan degradasi nilai yang kian terasa, madrasah diniyah adalah benteng terakhir pembentuk karakter bangsa.

 

Karena sejatinya, membangun bangsa tidak hanya dengan beton dan baja, tetapi juga dengan iman dan akhlak. Dan itu semua berawal dari tempat yang sederhana — dari anak-anak yang tekun ngaji di madrasah diniyah setiap sore/malam.

 

Oleh : Zamroni Ahmad, Wakil Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Mojokerto

Editor : Moch Taufiq Zulmanarif