NU Online Mojokerto–
Pada suatu hari, ada seorang saudagar kaya yang sedang menikmati hidangan ayam bersama istrinya. Tiba-tiba, ada suara seseorang yang mengetuk pintu. Setelah dibuka, seorang pengemis laki-laki berdiri di depan pintu mengharap belas kasihannya.
“Apakah engkau tak mau bersedekah makanan ini untuknya?” tanya sang istri kepada suaminya.
“Oh, tidak. Kemarilah dan tinggalkan pengemis itu.” jawab sang suami.
Singkat cerita, suami tersebut bangkrut dan ia jatuh miskin. Dampak dari kemiskinan itu, akhirnya ia menceraikan istrinya. Selang beberapa saat, sang istri menikah dengan pria lain.
Pada suatu hari, sang istri tersebut duduk bersama suami barunya untuk menikmati hidangan ayam kesukaannya. Di saat itu pula, terdengar suara pengemis yang meminta-minta sambil mengetuk pintu.
“Ambillah makanan ini dan berikan kepada pengemis tersebut.” perintah suami baru tersebut.
Setelah memberikan sepotong ayam tersebut, sang istri kembali seraya menangis sejadi-jadinya.
“Mengapa engkau menangis istriku? Aapakah engkau menangis karena aku mensedekahkan makanan itu?” tanya suami baru tersebut heran.
“Tidak, suamiku. Apakah engkau tau siapa pengemis tadi? Dia adalah suamiku yang dulu.” Jawab sang istri seraya mengusap air matanya.
Setelah menghela nafas, sang suami bari itu menjawab, “Apakah engkau tau siapa aku? Aku adalah pengemis yang dulu pernah diusir suamimu.”
_________________________________________
Dasarikan dari kitab Anis Al-Mu’minin hlm. 108 yang dikutip kembali dalam kitab Fawaid Al-Mukhtarah hlm. 176.