Lamongan – NU Online Mojokerto.
Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PW LTN NU Jatim) lewat unit kerjanya Literacy Center hari ini Sabtu (13/08/2022) menggelar Pelatihan Kader Literacy (PKL) di ruang rapat Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan.
Hadir dalam kesempatan tersebut H. Hafidz Nasrullah (Rektor Unisda), H. Ahmad Najib AR, M.Th.I, (Ketua LTN NU Jatim), Mukani, M.Pd.I, (Ketua Literacy Center),;Diah Ayu Rengganis, M. Pd, (Sekretaris Literacy Center,), Dr. Eka Wahyudi (Pengurus PW LTN NU Jawa Timur) Saifullah (Pimred Majalah Aula), Isno (Ketua LTN NU Kab. Mojokerto) dan peserta dari LTN Lamongan, LTN Babat, LTN Bojonegoro, LTN Gresik, dan LTN Tuban.
Dalam uraiannya Mukani, M. Pd.I menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat antologi Tokoh NU Jawa Timur yang belum dipublikasih. Yang kedua untuk regenerasi pengurus LTN, dan ketiga untuk membentuk komunitas NU di dunia digital.
Sedang H. Ahmad Najib, ketua LTN NU Jatim menambahkan bahwa selain menulis biografi tokoh, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk melakukan konsolidasi.
“Jadi titik berat kegiatan ini adalah koordinasi saja” kata Gus Najib panggilan akrabnya.
Menanggapi keinginan PW LTN NU Jatim untuk menggerakkan penulisan Kiai NU, M. Hafidh Nasrullah, M. Pd Rektor Unisda Lamongan membuka diri untuk kerjasama yang lebih luas dengan LTN NU Jatim. “Ini adalah bentuk Khidmah kita kepada NU” ucapnya.
Sementara itu, Isno, Ketua PC LTN NU Kabupaten Mojokerto mendedahkan panjang lebar tentang pengalamannya menulis biografi Kiai Kiai NU. Dimulai dari menulis sejarah Syekh Jumadil Kubro, H. Hasan Gipo, Laskar Hizbullah, Kiai Mojokerto, KH. Nur Cholis dan Gus Fudin. Ia menjelaskan selain memerlukan keahlian dalam menulis, menulis sejarah juga harus memahami metodenya.
“Selain harus memiliki kemampuan menulis, menulis sejarah juga harus faham metodenya” terangnya.
Isno menambahkan bahwa metode menulis sejarah itu ada empat. Pertama Heuristik, kedua, Kritik Sumber, ketiga, Penafsiran dan yang ke empat Historiografi. Empat langkah ini harus dilakukan agar penulis sejarah bisa membedakan antara kisah dan sejarah. (is)