Beberapa hari lalu viral vidio mengenai salah satu pendakwah membid’ahkan mencium mushaf Alquran Setelah membacanya. Tentu dia berdalil bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencontohkan demikian, ucapan ini tidak sepenuhnya salah namun menunjukkan bahwa pendakwah tersebut melupakan atau bahkan tidak mengetahui aspek sejarah panjang tentang mushaf Alquran.
Salah satu buku yang menyinggung sejarah panjang mengenai mushaf Alquran adalah kitab Manahilul ‘Irfan Fi Ulumil Quran di dalam kitab tersebut menjelaskan tentang asal usul ide pembukuan Mushaf Alquran berdasarkan hadis atau atsar yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhory dalam kitabnya Shahih Bukhari :
وفي ذلك يروي البخاري في صحيحه أن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال
أَرسَلَ إليَّ أبو بكرٍ مقْتَلَ أََهلِ اليَمَامَةِ أي عَقِبَ استِشْهَاد القُرّاءِ السَّبْعينَ. في وَاقعة اليمامة فإذا عمر بن الخطاب عِنْدَهُ. قال أبو بكر رضي الله عنه: إن عمر أَتَانِي فقال: إن القَتْلَ قد اسْتَحَرَّ أي اشْتَدَّ يومَ اليَمَامَةِ بِقرَّاء القرآن وإنِّي أَخْشَى أن يستحر القتل بالقراء بالمواطن فيذهب كثير من القرآن وإني أرى أن تَأْمُرَ بجَمْعِ القرآنِ. قُلْتُ لعمر: كيْفَ نَفْعَلُ مَا لَمْ يَفْعَلْه رسولُ الله صلى الله عليه وسلم؟ قال عمر: هذا واللهِ، خَيرٌ فَلَمْ يَزَلْ عمر يرَاجِعُنِي حتى شَرَحَ الله صَدْري لذلك ورَأَيْتُ في ذلك الّذِي رأى عمر. قال زيد: قال أبو بكر: إنَّكَ رَجُلٌ شابٌّ عاقِلٌ لا نَتَّهِمُكَ وقد كنتَ تَكْتُبُ الوحيَ لرسول الله صلى الله عليه وسلم فتَتَّبِعِ القرآنَ فاجْمَعْْْْْه
Poin dari Keterangan Zaid Bin Tsabit tersebut adalah Ide tentang pengumpulan atau pembukuan Mushaf terjadi di zaman Abu Bakar RA setelah perang Yamamah berlangsung yang menelan 70 orang Huffadzul Quran, lantaran tragedi tersebut Abu Bakar khawatir akan lenyapnya Alquran bila tidak segera dibukukan dan setelah berdiskusi dengan Umar Bin Khattab maka sepakatlah untuk mengumpulkan Alquran. (Abdul Adzim Az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan Fi Ulumil Quran, Mathba’ah ‘Isa, juz 1 hal. 251 )
Maka ucapan pendakwah yang mengatakan bahwa mencium mushaf yang tidak pernah dicontohkan Nabi Muhammad memang benar, karena di zaman Nabi Muhammad Belum ada mushaf alquran, yang baru dikumpulkan di zaman Abu Bakar dan resmi direalisasikan menjadi mushaf pada zaman khalifah Usman Bin Affan yang saat itu dicetak 6 buah mushaf dan di sebarkan ke beberapa kota untuk dijadikan pedoman.
Lantas bagaimana hukum mencium mushaf itu sendiri? Berikut kami hadirkan refrensinya:
Menurut Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqon beliau menganjurkan untuk mencium Mushaf beliau berpendapat demikian:
يُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ الْمُصْحَفِ لِأَنَّ عِكْرِمَةَ بْن أَبِي جَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يَفْعَلُهُ وَبِالْقِيَاسِ عَلَى تَقْبِيلِ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ، ذَكَرَهُ بَعْضُهُمْ، وَلِأَنَّهُ هَدِيَّةٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى فَشَرَعَ تَقْبِيلَهُ كَمَا يُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ الْوَلَدِ الصَّغِيرِ
“Dianjurkan mencium mushaf Alquran karena ‘Ikrimah Bin Abi Jahl RA melakukannya dengan analogi layaknya mencium hajar aswad seperti yang dituturkan oleh beberapa ulama’, dan juga karena Alquran adalah Hadiah dari Allah maka disyariatkan menciumnya seperti anjuran mencium anak kecil.” (Al-Itqon Fi Ulumil Quran, Al Hai’ah al Mishriyah Al ‘Ammah, Juz 4. Hal. 189)
Kemudian Pendapat yang selanjutnya kami mengutib dari pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa saat ditanyai mengenai hal ini, beliau berpendapat:
الْقِيَامُ لِلْمُصْحَفِ وَتَقْبِيلُهُ لَا نَعْلَمُ فِيهِ شَيْئًا مَأْثُورًا عَن السَّلَفِ وَقَدْ سُئِلَ الْإِمَامُ أَحْمَد عَنْ تَقْبِيلِ الْمُصْحَفِ. فَقَالَ: مَا سَمِعْت فِيهِ شَيئًا. وَلَكِنْ رُوِيَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ أَبِي جَهْلٍ: أَنَّهُ كَانَ يَفْتَحُ الْمُصْحَفَ وَيَضَعُ وَجْهَهُ عَلَيْهِ وَيَقُولُ: ” كَلَامُ رَبِّي. كَلَامُ رَبِّي “
“Berdiri untuk (menghormati) mushaf dan menciumnya adalah sesuatu amalan yang tidak kami ketahui dalilnya dari generasi salaf, Adapun Imam Ahmad ketika ditanya tentang dalil mencium mushaf, beliau menjawab: Tidaklah saya mendengar sesuatu (Hadis) apapun di dalam pelaksanaannya. Namun, diriwayatkan dari ‘Ikrimah Bin Abi Jahl bahwasanya ‘Ikrimah membuka mushaf dan memposisikan mushaf di wajahnya kemudian mengucapkan: Kalam Rabbku, kalam Rabbku’.” (Majmu’ Al-Fatawa, Majma’ al-Mulk Fahd Li Thoba’ah al-Mushaf As-Syarif Mamlakah Arabiyah As-Su’udiyah juz 23, hal.66)
Maka dari pemaparan rujukan di atas, penulis lebih condong kepada pendapat Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang memposisikan alquran sebagai “Anugerah” yang diberikan oleh Allah kepada umat islam, maka menciumnya sebagai bentuk penghormatan adalah dianjurkan layaknya mencium anak kecil atau mencium hajar aswad. Wallahu A’lam.
Mochammad Faiz Nur Ilham (Mahasiswa Ilmu Alquran Dan Tafsir Uin Sunan Ampel Surabaya Dan Anggota LTN NU Kab. Mojokerto)