Warta  

Hasil Musyawarah LBM Sooko, Begini Kesepakatannya

Lembaga Bahtsul Masa’il Majelis Wakil Cabang Nahdlatul ulama Sooko menggelar acara Musyawarah Fathul Qorib (MFQ) pada Rabu (24/08) bertempat di Masjid Fattahuddin Ranting Sambiroto 1.

Tampak hadir Kiai Makmun (Rais MWCNU Sooko), Kiai Tauhid (Wakil Rais) dan Gus Ihsan Hamid (Katib Syuriyah)

Dalam musyawarah tersebut, ketiga tokoh tersebut berperan dalam bidangnya masing-masing, Kyai Ma’mun dan Kyai Ahmad Tauhid sebagai Mushohhih, sedangkan Gus Ihsan Hamid sebagai perumus.

Musyawarah kali ini membahas tentang perkara-perkara yang menyebabkan wajibnya mandi (فصل في موجب الغسل )
Setelah materi dibacakan oleh petugas/qori’, maka dimulailah musyawarah tersebut yang dipandu oleh seorang moderator.

Musyarawah berjalan dengan lancar, walau terjadi tarik-menarik antar musyawirin ketika memberikan jawaban dari setiap pertanyaan yang terlontar seputar materi ini. Masing-masing musyawirin telah memberikan jawaban dari setiap pertanyaan, setiap jawaban yang dilontarkan mempunyai rujukan/ referensi dari berbagai kitab fiqh, walau terjadi saling mempertahankan argumen nya masing-masing namun semua itu dapat dikendalikan oleh Sang Moderator.

Akhirnya Musyawarah tersebut telah menemukan kemufaqatan sekaligus telah di rumuskan. Adapun rumusannya  sebagai berikut:

Enam perkara yang menyebabkan wajibnya mandi. Tiga diantaranya berlaku bagi laki-laki dan perempuan, sedangkan yang tiga hanya belaku bagi perempuan saja.

Tiga perkara yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:(1). “التقاءالختانين” bertemunya dua kelamin(perkhitanan) laki-laki dan perempuan.(2).”انزال المنى” keluar mani(walaupun sedikit, atau warnanya seperti warna darah). (3).”الموت” mati (selain mati syahid).

Sedangkan tiga perkara yang hanya berlaku bagi perempuan,adalah:(1)”الحيض” haidl.(2).”النفاس” nifas.(3).”الولادة” melahirkan.

Pertanyaan yang muncul:
(1) Apakah wajib mandi jika dua kelamin hanya saling menempel?

Jawaban:jika hanya menempel saja dan tidak keluar mani maka tidak wajib mandi,sebagai mana yang di sampaikan dalam حواشي الشرواني والعبادي
(١/٢٦٠)

قوله:(اى تحاذيا)يقال التقى الفارسان إذا تحاذيا وان لم ينضما وقوله لاتماسا اى ليس المراد مجرد انضمامهمامن غير دخول لعدم إيجاب ذالك للغسل بالإجماع شيخنا عبارةالخطيب وليس المراد بالتقاء الختانين انضمامهما الخ بل تحاذيهما وذالك إنما يحصل بإدخال الحشفة في الفرج اذالختان محل القطع في حال الختان وختان المرأة فوق مخرج البول ومخرج البول فوق مدخل الذكر اه زاد الكردي ومخرج الحيض والولد فعند غيبة الحشفة يحاذي ختانه ختانها اه.

Maksudnya: yang di maksud dengan bertemunya dua khitan bukan hanya menempel saja antara keduanya ,akan tetapi sejajar antara keduanya,dan hal ini hanya bisa terjadi hanya dengan cara memasukkan hasyafah kedalam farji, dikarenakan tempat khitan bagi laki-laki adalah tempat terpotongnya kulup(kulit yang menutupi hasyafah) , sedangkan tempat khitan bagi perempuan berada diatas tempat keluarnya air kencing dan tempat keluarnya air kencing berada diatas tempat masuknya dzakar.

(2). Bersetubuh memakai kondom apakah masih mewajibkan mandi?
Jawaban: Masih mewajibkan mandi, sebagaimana yang telah di sampaikan dalam

حاشية الجمل (٢/٤٧)
(قوله بدخول حشفة) اي ولو كان عليها خرقة ولو غليظة

اوفي غابة ونحوها ولابد من دخولها في محل لايجب غسله بخلاف ما يجب غسله لأن حكمه حكم الطاهر اه برماوي

Maksudnya, kewajiban mandi tersebut disebabkan masuknya hasyafah kedalam farji, walaupun hasyafahnya dibalut dengan kain yang tebal.

(3). Apakah wajib mandi jika ada seseorang yang memasukkan dzakar lewat dubur?

Jawaban: Hukumnya tetep wajib mandi, sebagai mana disampaikan dalam

المجموع شرح المهذب (٢/١٣٢)
وان اولج في فرج امرأة ميتة وجب عليه الغسل لأنه فرج آدمية فاشبه فرج الحية وإن اولج في دبر امرأة اورجل أو بهيمة وجب الغسل لأنه فرج حيوان فاشبه فرج المرأة وإن اولج في دبر خنثى مشكل وجب عليه الغسل وإن اولج في فرجه لم يجب لجواز أن يكون ذلك عضوا زاءد فلا يجب الغسل بالشك

Maksudnya:jika ada laki-laki yang memasukkan dzakar kedalam dubur(anus)nya perempuan atau duburnya laki-laki atau duburnya hewan maka wajib mandi.

والله اعلم بالصواب)

 

Kontributor : Maksum