NU Online Mojokerto –
Berbagai ilmu dan tausiah telah banyak telah kita dapatkan, akan tetapi terkadang kita kebingungan untuk mendapatkan keutamaan dalam Bulan Ramadhan. Ustad Abdul wahid dalam tausiahnya menyampaikan, kita bisa belajar dari ucapan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Ada tiga poin penting yang disampaikanya yakni sebagai berikut:
1. Jadilah manusia paling baik menurut Allah SWT di Bulan Ramadhan.
Manusia paling baik ini bisa menyeimbangkan hablum minallah dan hablum minannas. Terkadang kita terlena akan untuk memoles diri dihadapan manusia lain. Tapi kita lupa untuk melaksanakan perbuatan baik kepada sesama. Bulan Ramadhan rasanya menjadi momentum yang pas untuk berbagi kepada sesama sekaligus memaksimalkan ibadah yang ada.
Momentum Ramadhan tak boleh lepas begitu saja. Semua syarat dan ketentuan untuk menjadi baik di mata Allah sudah ada di dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Mari kita berlomba-lomba menjadi manusia paling baik menurut Allah SWT agar bisa mendapatkan keutamaan Bulan Ramadhan. Jangan sampai kita menjadi hamba yang merasa sia-sia ketika kelak di akhirat nanti karena tak bisa memaksimalkan Bulan Ramadhan.
2. Jadilah manusia paling buruk dalam pandanganmu.
Makna dalam pandangan buruk ini mengacu pada kekurangan kita dalam beribadah dan mencari ilmu. Sehingga kita akan terus berbenah dan menyempurnakan ibadah kita. Fokus inilah yang akan meningkatkan diri kita. Fokus perbaikan diri akan bertambah semangat karena akan mendapat hadiah berupa pahala yang berlipat-lipat di Bulan Ramadhan.
Kegiatan yang kurang bermanfaat seperti ghibah, bermain game, medsos berlebihan, dan kegiatan tak bermanfaat lainnya akan tergerus dengan sendirinya. Bahkan tidur yang dikatakan dihitung ibadah akan dikurangi, karena takut tak bisa memanfaatkan momentum Bulan Ramadhan dengan ibadah-ibadah lain yang mendatangkan pahala lebih daripada tidur
Pandangan buruk diri sendiri jangan sampai menjadi penghambat atau malah menjadi bumerang. Karena merasa diri kurang beribadah atau berilmu kita jadi malas untuk mengupayakan terlebih dahulu. Jadikan sebagai penyemangat positif untuk mengejar ketertinggalan, bukan malah terpuruk dan menyalahkan diri sendiri atau keadaan. Generasi saat ini yang terkenal akan masalah isu mental perlu bimbingan dari para orang tua agar makna diatas bisa dimaksimalkan menjadi cambuk semangat untuk beribadah dan mencari ilmu khususnya di Bulan Ramadhan.
3. Jadilah manusia biasa dihadapan orang lain.
Jangan kita merasa beda dengan yang lain. Poin yang dilupakan oleh banyak orang. Semua harta, privilage, nikmat, sehat, dan lainnya adalah milik Allah SWT. Kadang orang merasa sombong, angkuh dan haus akan kehormatan. Padahal itu semua tak lepas dari peran Allah SWT yang memberikan nikmat yang tersebut. Syekh Nawawi menyampaikan bahwa Allah tidak senang jika melihat hambaNya berbeda dari yang lain. Hendaknya kita sikapi hal ini agar tak terlihat untuk punya sifat ingin lebih dari orang lain dalam artian harta maupun tahta. Keinginan tersebut akan berpotensi menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan, dan Allah tidak menyukai orang yang sombong.
Bulan Ramadhan menjadi titik balik untuk kita bisa refleksi diri apakah sudah menghilangkan sifat-sifat diatas. Kita harus mulai tawadhu’ atau rendah hati terhadap apapun itu. Meski kita punya banyak harta, pengikut, tahta kita harus bisa mengerem hal tersebut. Manfaatkan hal-hal tersebut untuk menjadi bekal kita untuk beribadah dan berbagi di Bulan Ramadhan dengan apa yang kita miliki.
Apabila dilaksanakan 3 anjuran tersebut, dapat dijadikan sebagai ikhtiar kita untuk menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT. Semoga yang membaca bisa mendapatkan ampunan dan berkah dari Bulan Ramadhan. Semangat untuk beribadah dan berbuat baik.
Kontributor: Moch. Taufiq Zulmanarif
Sumber : Kegiatan Live Facebook Ngaji dan Ngabdi PAC Ansor, Fatayat, dan Muslimat Trowulan