Bakal Calon Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto, Samsul Ma’arif : Ansor Itu Mbarokahi Sekaligus Malati

Mojosari, NU Online Mojokerto – Konferensi Cabang (Konfercab) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Mojokerto 2021 yang akan digelar pada 12 Desember 2021 bertempat di Graha PCNU Kabupaten Mojokerto telah mengantongi 5 bakal calon Ketua PC GP Ansor yang akan menggantikan estafet kepemimpinan Gus Ali.

 

Kader Ansor Mojosari Samsul Ma’arif adalah salah satu calon Ketua PC GP Ansor Kabupaten Mojokerto periode berikutnya. Laki-laki yang memiliki sapaan akrab Kang Samsul ini lahir di Mojokerto, Jawa Timur pada 12 Mei 1981. Ia merupakan alumni Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mojosari 1 dan berpendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Mojosari serta Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Brawijaya Kota Mojokerto. Samsul tercatat sebagai salah satu mahasiswa di kampus Universitas Merdeka, Malang.

 

Ketika SMA Samsul pernah menjabat menjadi Ketua IPNU Ancab Kota Mojokerto yang pada waktu itu Ketua IPPNU adalah Nurul. Selama di kampus, selain menempuh pendidikan pada bangku kuliah, ia juga giat berorganisasi hingga namanya tercantum sebagai Sekertaris Bidang 2 (Gerakan) Pimpinan Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa lslam lndonesia (PMII) Kota Malang dan pernah juga membuat lembaga studi dengan teman-teman PMII Universitas Merdeka Malang yang berjalan kurang lebih 3 tahun.

 

Saat kembali ke Mojokerto dia dan anak-anak muda (tri payung) membuat LSM dengan nama “Tantular” yang bergerak di bidang advokasi dan hak-hak atas lahan. Samsul yang sekarang sedang menjabat menjadi Ketua PAC GP Ansor Mojosari dan belum genap 1 tahun. Masa kepemimpinannya merupakan salah salah contoh pemimpin yang mempu menggerakkan, mempunyai arah kedepan itu seperti apa dan mampu menggerakkan organisasi menuju kemana (orientasinya jelas) dan tidak asal perintah.

Baca Juga:  Menyongsong Harlah, Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto Adakan Rapat Koordinasi

 

Kompetensi yang dia miliki relatif sama dengan yang lain. Dapat bicara di depan publik, dedikasi terhadap organisasi juga dinomersatukan, seperti juga dapat dilihat melalui perkembangan Mojosari saat ini. Untuk jejaring juga tidak diragukan, menurutnya jejaring yang dimiliki seorang kader saat ini adalah jejaring organisasi bukan jejaring seorang tokoh. Komunikasi juga menjadi bagian terpenting, komunikasi publik, komunikasi politik, dan komunikasi organisasi.

 

Dia menyebutkan kalau dirinya bukanlah kader terbaik, tapi selalu berusaha untuk selalu menjadi lebih baik. Mengambil kesempatan untuk selalu memperbaiki diri dengan berproses di Ansor. Ansor itu organisasi yg besar. Setidaknya jangan dikecilkan hanya karena keinginan-keinginan pragmatis yang belum tentu itu baik untuk Ansor. Sehingga dengan enteng saja mengabaikan tertib dan norma di Ansor sehingga malah mengecilkan Ansor.

 

“Saya butuh Ansor. Ansor tidak butuh saya. Kalau ada orang bilang Ansor butuh orang seperti ini-seperti ini, tidak. Ansor itu sudah besar dan tidak butuh siapapun. Saya yang butuh Ansor. Kepentingan Ansor itu lebih penting dari kepentingan pribadi, kelompok, keluarga bahkan warna politik apapun, maka tidak layak apabila ada kepentingan yang mengkerdilkan Ansor,” terangnya.

 

Dia juga mengatakan kalau masa depannya NU berada di Ansor, kalau Ansornya sudah dipermainkan, siap-siap saja nanti menjadi bulan-bulanan. Hubungan Ansor sebagai anak di banom NU itu harus jelas. Bagaimanapun Ansor adalah anak laki-laki pertama NU yang akan menjadi contoh dan teladan. Kalaupun tidak sepakat dengan Bapak, tidak boleh menghilangkan kehormatan kepada Bapak.

Baca Juga:  M Khoirul Arif Rifan Terpilih Jadi Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Jetis

 

“Niatnya beransor itu kan memperbaiki diri. Jangan sok memperbaiki Ansor. Karena sekali saja kita terpeleset niatnya, ya rusak Ansor itu nanti. Karena kalau kita memperbaiki diri lewat Ansor insyaallah kita akan menjadi sebaik mungkin, tapi kalau kita sok memperbaiki Ansor, kita berarti sama besarnya dengan Ansor. Maqom seorang kader itu dibawah maqom organisasi,” ungkapnya.

 

Kang Samsul juga berpesan jangan pernah berfikir dapat apa dari Ansor, tapi apa yang dapat diberikan kepada Ansor. Dedikasi itu sangat penting. Ketika Ansor itu besar, otomatis kadernya juga akan besar. Tapi kalau seorang kader membesarkan dirinya saja, maka kemanfaatan seorang kader itu akan sangat terbatas.

 

“Jangan pernah sedikitpun main-main di Ansor. Kalau dawuhnya Mbah Wahab, Ansor itu organisasi yang mbarokahi sekaligus malati. Kualat bisa langsung (kontan), bisa berangsur, dan bisa jeckpout. Yang besar karena Ansor itu banyak, yang hancur gara-gara Ansor juga banyak. Semoga nantinya ini menjadi pelajaran untuk kita yang akan ber-Ansor,” pungkasnya.

 

Kontributor LTN NU Mojosari : Mila Agustin