وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qomar: 17, 22, 32, 40)
Ayat ini diulang empat kali dalam surat al-Qomar; ayat 17, 22, 32, 40. Masing-masing diawali dengan uraian tentang kisah pembangkangan umat-umat kepada nabinya dan siksaan dahsyat yang menimpa mereka. Ayat 9-16 menguraikan pendustaan kaum Nabi Nuh yang berujung banjir besar yang meluluh-lantahkan mereka. Ayat 18-21 mengisahkan angin dahsyat yang menggelimpangkan kaum Ad karena keingkaran mereka. Ayat 23-31 menceritakan penentangan kaum Tsamud sehingga timbul suara keras mengguntur yang menjadikan mereka layu binasa laksana batang-batang kering yang lapuk. Dan ayat 33-39 menarasikan keburukan kaum Nabi Luth, maka turun badai berbatu yang menghantam keras mereka sampai binasa.
Berdasar ulasan tadi, maka konteks keempat ayat di atas adalah ancaman dan peringatan keras dari Allah SWT. kepada kita. Seakan-akan Allah hendak menyatakan, “umat-umat terdahulu hancur binasa karena pendustaan dan pelanggaran terhadap tuntunan nabi mereka. Maka sungguh wahai umat Nabi Muhammad, Kami benar-benar telah menjadikan al-Qur’an ini mudah untuk dibaca, difahami, direnungkan, dan dijadikan nasihat, peringatan, dan pelajaran agar kalian hidup bahagia dan selamat dari siksa-Ku, maka bersungguh-sungguhlah mengambil pelajaran dan berpedoman hidup dengan al-Qur’an”
Ibnu ‘Abbas berkata: “Seandainya Allah tidak menjadikan al-Qur’an mudah diucapkan oleh lisan manusia, niscaya tidak satu pun makhluk mampu membaca kalam-Nya”.
Allah juga menjadikan al-Qur’an mudah melekat dan menawan hati, terasa nikmat dan tidak jemu didengar telinga meskipun berulang-ulang, sehingga saat dibacakan al-Qur’an tidak ada satu pun orang berkata,
“Aku sudah tahu. Aku sudah pernah mendengarnya.”
Semakin sering dibaca semakin nikmat terasa. Inilah salah satu keajaiban al-Qur’an yang tentu dan pasti berbeda dengan perkataan makhluk. Syeikh Mutawalli Sya’rawi berkata :
“Al-Qur’an itu satu-satunya kitab yang setiap kali diulang semakin bertambah rasa cinta kepadanya. Setiap kali digali kekayaan maknanya semakin bertambah pemahaman dan kedalaman rasa dan maknanya. Keajaiban-keajaibannya tidak terbatas, dan sumber-sumbernya tak pernah kering, karena ia adalah limpahan dan luberan (fuyuudhaat) dari Sang Pemilik Kalam, yakni Allah SWT.”
Lebih lanjut, beliau mengilustrasikan, ketika kita sedang berbicara, maka bobot dan isi pembicaraan kita adalah sesuai kadar ilmu dan sastra bahasa kita. Jika Allah yang berbicara, maka ilmu Allah tidak terbatas. Sumber dan limpahan-Nya tak pernah kering dan habis sampai kapan pun. Kalam Allah adalah sifat-Nya, sedangkan sifat dari Dzat Yang Maha Sempurna adalah sempurna. Maka Allah menyatakan dalam surat Fusshilat ayat 42,
“ (al-Qur’an itu) tidak didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang, ia diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
Al-Qur’an juga dimudahkan Allah untuk dihafal, bahkan Dia berjanji akan menolong orang yang bersungguh-sungguh menghafalkannya. Dengan kemudahan dan pertolongan Allah, al-Qur’an dihafal oleh anak kecil yang akalnya belum menjangkau isinya. Dihafal oleh lansia, tuna netra, dan orang-orang yang tidak bisa berbicara dengan bahasa Arab dan tak faham maknanya. Imam Said Bin Jubair menyatakan:
“Tidak ada satu pun di antara kitab-kitab Allah yang dibaca secara hafalan kecuali al-Qur’an”.
Kini, seiring meningkatnya kesadaran orang dan ditemukannya berbagai metode belajar membaca dan menghafalkan al-Qur’an, jumlah orang yang bisa membaca dan penghafal al-Qur’an semakin meningkat. Tahun 2020, berdasarkan data Jam’iyyah Hamalatil Qur’an (JHQ), jumlah penghafal al-Qur’an di Mojokerto tidak kurang dari 1.400 orang. Belum lagi kabupaten dan propinsi lain di seluruh Indonesia.
Tahun 2010, diperkirakan jumlah penghafal al-Qur’an di Indonesia sebanyak 30.000 orang. Malaysia sekitar 5000 sampai 6000 orang. Pakistan tahun 2012 memiliki sekitar 7 juta penghafal al-Qur’an. Sedangkan di jalur Gaza tak kurang dari 60.000 orang. Turki setiap tahun mencetak sekitar 5000 huffadz. Mesir menempati peringkat pertama negara dengan penduduk terbanyak penghafal al-Qur’an di dunia Islam. Yakni sekitar 12,3 juta atau 18,5 persen dari total 67 juta jiwa. Tahun 2009 lebih dari 1 juta penduduk Libia adalah penghafal al-Qur’an. Belum lagi penghafal al-Qur’an di Benua Eropa dan Amerika. Informasi lebih detail silahkan baca buku “Negeri-negeri Penghafal al-Qur’an; Inspirasi dan Motivasi Semarak Tahfidz al-Qur’an dari 32 Negara di 4 Benua,” terbit bulan Oktober 2015.
Dalam aspek kandungan maknanya, telah bermunculan berbagai metode penafsiran al-Qur’an dengan beragam teknik dan corak yang berupaya mengungkap berbagai segi isinya. Ada tafsir bil ma’tsur dan bil rayi. Ada metode ijmali, tafshili, muqarin, maudhu’i dan seterusnya. Ada penafsiran bercorak bahasa, fiqh, sufi, sosial kemasyarakatan (adaabi ijtimaa’i), filsafat, saintifik, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan juga tidak melulu bahasa Arab. Kini dan bahkan sejak dahulu bermunculan karya tafsir dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa, Madura, Sunda, dan lain-lain, pun juga bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Ada karya tafsir komplit 30 juz, tafsir surat-surat tertentu, dan tafsir tema-tema ayat tertentu.
Inilah sekelumit dari bukti kebenaran janji Allah dalam surat al-Qomar ayat 17, 22, 32 dan 40 di atas, bahwa KAMI sungguh telah menjadikan al-Qur’an mudah dibaca, dihafal, dipahami isinya, dijadikan nasihat dan pelajaran. Seolah tidak ada dalih atau alasan seseorang untuk tidak belajar dan mendalami al-Qur’an. Segalanya telah tersedia, dan dijadikan mudah oleh Allah. Kata KAMI yang digunakan pada ayat di atas memang mengisyaratan adanya partisipasi dan keterlibatan selain Allah dalam menjadikan al-Qur’an ini mudah dibaca, dihafal, difahami, dan dijadikan pelajaran. Hal ini serupa dengan janji Allah dalam menjaga dan memelihara orisinalitas dan otentisitas al-Qur’an:
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
“Sesungguhnya KAMI yang menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’an) dan sesungguhnya KAMI pula yang menjadi para pemeliharanya.” (QS. al-Hijr : 9)
Penjagaan al-Qur’an ini melibatkan para huffadz melalui hafalan al-Qur’an di dada, penulisan dan penerbitan mushaf melalui mekanisme tashhih yang ketat dan obyektif, rekaman al-Qur’an mulai dari kaset, piringan hitam, CD, dan semisalnya. Ketika terjadi kesalahan cetak, pengurangan maupun penambahan ayat, maka melalui perantara orang-orang pilihan tersebut dan berbagai piranti dapat diketahui dan direvisi, sehingga kemurnian al-Qur’an akan selalu terjaga terpelihara sepanjang masa.
Al-Qur’an sebanyak 30 juz, 114 surat, 6000 lebih ayat (ada yang berpendapat 6666, 6236, 6217, dll), 77.439 kosakata, dan 323.015 huruf itu penting kita baca dan bernilai ibadah yang berpahala lipat ganda. Satu huruf bernilai 10 kebaikan. Namun, al-Qur’an diturunkan tidak sekedar untuk dibaca semata, tetapi juga dipelajari isinya, direnungkan, dan dijadikan petunjuk dan pedoman dalam melakoni kehidupan. Hari ini kita bisa dengan mudah mengkaji atau mempelajari isinya melalui kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama atau mengaji kepada ahlinya. Tidak cukup sekedar membaca terjemahannya, karena makna dan kandungan al-Qur’an jauh lebih luas dan terlalu sederhana dengan sekedar membaca terjemahannya.
Wa Laqod Yassarnal Qur’aana lidz Dzikr, Allah telah memenuhi statemen-Nya dengan menjadikan al-Qur’an mudah untuk pelajaran. Fa hal min Muddakir, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?. Al-Qur’an itu satu tetapi berbeda-beda cara manusia meresponnya. Mari kita cerdas membuat jawabannya! Allohummarhamnaa bil Qur’an….
Wallohu A’lam bisshowab.
Penulis : Dr. H. M. Fatih Masrur, M.Fil.I
(Dewan Pakar LPTNU Kab. Mojokerto Masa Khidmat 2018-2023. Katib Majelis Ilmi JQHNU Kab. Mojokerto Masa Khidmat 2020-2025. Kabid. SDM JHQ Kab-Kota Mojokerto Masa Khidmat 2016-2021. Pengasuh PPTQ An-Nawawiy, Mengelo Utara, Sooko Mojokerto)
Daftar Bacaan :
Imam Fakhruddin ar-Rozi, Tafsir Mafatihul Ghaib
Imam Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim
Syeikh Mutawalli asy-Sya’rowi, Tafsir wa Khwathir al-Imam al-Mutawalli asy-Sya’rowi
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an
Abu Ammar dan Abu Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur’an; Inspirasi dan Motivasi Semarak Tahfidz al-Qur’an dari 32 Negara di 4 Benua (Napak Tilas Perjalanan Syeikh Fahd al-Kandari dalam Safari al-Qur’an di lebih dari 20 negara di Dunia)