Kutorejo, NU Online Mojokerto – Hadrah adalah salah satu kesenian yang ada dalam tradisi nahdliyin. Pembacaan lantunan sholawat yang diiringi tabuhan rebana dan juga tepukan tangan berirama secara bersama-sama menjadi suguhan yang indah dalam kesenian ini. Meski mulai banyak bermunculan grup sholawat-sholawat dengan iringan musik kontemporer, grup sholawat hadrah NU atau yang dikenal dengan nama ISHARI NU (Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama) masih tidak lekang oleh zaman, sebagai warga nahdliyin kesenian ini memang harus dilestarikan, karena selain bernilai seni, ini juga bernilai ibadah yaitu wujud rasa cinta umat kepada Nabi Muhammad dengan pembacaan sholawat.
Salah satu grup sholawat hadrah yang masih eksis dan berjalan hingga kini yaitu ISHARI NU Ranting Karangdiyeng – Kutorejo. Grup Sholawat ini diketuai oleh sahabat Khutbiadi, yang berharap pembacaan sholawat melalui ISHARI ini bisa istiqomah hingga yaumil qiyamah. Rutinan di Desa Karangdiyeng diselenggarakan setiap 2 minggu sekali pada hari Rabu, dan biasanya bergantian tiap-tiap masjid atau musholla. Namun juga terkadang diselenggarakan dirumah salah satu sahabat ISHARI secara bergantian.
Kegiatan perdana ini berjalan dengan lancar, dimulai ba’da isya sekitar jam 8 malam. Diawali dengan pembacaan tawasul, dilanjutkan dengan pembacaan dua sholawat, kemudian ada istirahat dan ramah tamah. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan sholawat mahallul qiyam dan diakhiri dengan penutup atau doa.
Sahabat Edy Suyono selaku koordinator kegiatan menuturkan, untuk pembukaan rutinan pertama ini setelah jeda bulan puasa dan hari raya bisa terselenggarakan di Masjid Darul Huda Karangdiyeng sekaligus dalam rangka Halal bihalal.
Ustadz Fauzi selaku perwakilan takmir masjid, sangat mendukung setiap acara acara positif ke-NU-an, khususnya pembacaan sholawat. Sehingga masjid Darul Huda dipilih sebagai tempat pembukaan rutinan ISHARI yang bertepatan pada hari Rabu, 18 Mei 2022.
Disela waktu kegiatan, Sahabat Nasrul selaku salah satu kader ISHARI termuda mengatakan ISHARI ini harus selalu dilestarikan dan perlunya pengkaderan khususnya bagi kaum muda. “Kalau diperhatikan, memang kaum muda lebih banyak memilih grup sholawat yang lebih modern. Namun sebagai kaum muda nahdliyin, kesenian hadrah ini juga sangat patut untuk dilestarikan, khususnya di Desa Karangdiyeng,” ujarnya saat diwawancarai tim NU Online Mojokerto.
Kontributor: M. Ulinnuha