Pacet, NU Online Mojokerto –
Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU) kunjungi Pondok Pesantren Fatchul Ulum, Pacet, Mojokerto. Kunjungan ini merupakan program Aistalk Goes To Pesantren “Santri Makin Cakap Digital” yang diselenggarakan di berbagai kota di Jawa Timur.
Program Aistalk goes to pesantren merupakan program dari KOMINFO, AISNU, Siber Kreasi dengan Pesantren Development untuk digitalisasi pondok pesantren di Indonesia.
Kegiatan Ais Nusantara ini digelar di Aula Pondok Pesatren Fachul Ulum, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Ahad (19/06/22).
“Program ini (Aistalk goes to Pesantren) dilaksanakan keliling pondok pesatren di Jawa Timur dalam beberapa bulan ke depan,” jelas M Aqil Almizan selaku wakil koordinator wilayah AISNU Jawa Timur kepada tim NU Online Mojokerto.
Ia juga menjelaskan bahwa program ini telah terlaksana di beberapa kota seperti, Pacitan, Malang, dan Mojokerto.
“Akan ada beberapa kota yang akan dikunjungi dan belum ditentukan tempatnya,” sambung pria asal Puri.
Acara ini dibuka oleh KH Muslich Abbas, S.H selaku pengasuh Pondok Pesantren Fatchul Ulum, serta sambutan oleh Wakil Bupati Mojokerto H. Muhammad Albarraa Lc. M. Hum, dan juga sambutan oleh koordinator nasional AIS Nusatrata Anifatul Jannah.
Dihadiri oleh 430 peserta baik secara online dan offline AIS Nusantara mengajak para santri dan santriwati pondok pesantren lebih melek akan dunia digital dan media sosial.
Acara ini diisi oleh berbagai narasumber yang berkompeten seperti Amidatus Sholihat merupakan wakil rektor Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama (ITSNU) Pasuruan yang menjelaskan tentang etika dan keamanan dalam bersosial media.
L
“Gus Ahmad Kafa ulama milenial dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, membawakan materi tentang digital culture dan nasionalisme,” lanjut Aqim.
Dalam kesempatan ini, Dr. Abdullah Hamid menjelaskan pentingnya peningkatan skill dalam bersosial media bagi satri di Pondok Pesantren.
“Pentingnya peningkatan skill dalam bersosial media untuk para santri di Pondok Pesantren sebagai sarana dakwah dan peningkatan skill individu,” jelas Gus Hamid.
“Media sosial harus dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi semua, tidak hanya melakukan hal-hal yang kurang berguna,” sambung penulis buku Literasi Digital Santri Milenial.
Kontributor : Erik – Pacet