Puri, NU Online Mojokerto –
Takmir Masjid Darussalam Kendalsari melanjutkan rangkaian kegiatan di 10 akhir bulan Ramadan. Acara ini merupakan jadwal kedua dari rangkaian kegiatan warga Nahdliyin Dusun Kendalsari, Desa Plososari dengan acara pengajian umum. Tema acara ini adalah ‘Ngaji Malam Seribu Bulan’. Pengajian ini menghadirkan Gus Muhammad Jamaluddin, putra KH. Masrichan sebagai penceramah. Acara digelar di halaman Masjid Darussalam Al-Ikhlas, Jum’at Malam, (22/04/2022).
Acara dimulai bakda tarawih pukul 20.15 WIB diawali pembacaan; Ayat Suci Al-Qur’an, Tahlil, shalawat mahallul qiyam oleh sahabat Ishari Ranting Kendalsari, sambutan takmir masjid, mauidhoh hasanah dan ditutup do’a.
Grup Sholawat Hizbut Tahlil dari PAC IPNU Kecamatan Puri turut memeriahkan dengan lantunan shalawat pra acara dan di akhir acara pengajian.
Kegiatan ini merupakan agenda rutin tahunan yang digagas oleh para sesepuh di Dusun Kendalsari. Dan setiap malam 21 Ramadan adalah jadwal Masjid Darussalam.
Warga Nahdliyin antusias mengikuti kegiatan ini. Sekitar 400 orang hadir memenuhi majelis ini.
Ustaz Muhammad Arifin, mewakili Takmir Masjid Darussalam dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kehadiran jamaah. “Alhamdulillah suasana malam hari ini cerah, sangat mendukung kegiatan sehingga yang hadir malam hari ini luar biasa banyaknya. Kami tidak bisa membayangkan jika tidak banyak yang hadir. Betapa gundahnya panitia. Untuk itu terima kasih banyak dan mohon maaf atas segala kekurangan dari kami.” Sambut Ustaz Arifin.
Selanjutnya, Gus Muhammad Jamaluddin atau yang biasa dipanggil Gus Muh di antara isi ceramahnya menyampaikan hikmah diwajibkannya puasa dengan mencontohkan hewan ulat.
“Ada hikmah luar biasa kenapa kita diperintahkan untuk berpuasa. Kita bisa belajar mengambil hikmah puasa dari hewan ulat.” Terang Gus Muh.
“Njenengan semerap uler?” (Anda tahu ulat?) Tanya Gus Muh kepada hadirin. “Semeraaap.” (Tahuuu) jawab hadirin khususnya jamaah ibu-ibu yang hadir dengan serempak.
“Saya yakin dari semua yang hadir di sini jika melihat ulat tentu jijik. Ada yang jika ketemu ulat langsung diinjak, dibuang, dibakar.” Lanjut Gus Muh.
“Padahal misalnya saja anda mendengar apa yang disampaikan ulat, kemungkinan ulat akan bilang; hai manusia, salah saya ini apa? Kenapa anda bersikap seperti itu jika melihatku? Mungkin begitu hadirin.” Lanjut Gus Muh yang disambut tawa hadirin.
“Karena hal ini, pada akhirnya ulat sambat kepada Tuhan atas apa yang dialami. Selanjutnya meminta agar diberikan kemuliaan dan derajat yang tinggi.” Lanjut Gus Muh.
“Maka Tuhan pun memerintahkan ulat berpuasa jika ingin dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Kemudian ulat pun berpuasa atau bisa disebut bertapa selama 40 hari tanpa makan minum. Proses ini biasa disebut metamorfosis. Berawal dari ulat yang menjijikkan, menjadi kepompong selanjutnya berubah menjadi kupu-kupu yang indah dipandang.” Terang Gus Muh.
“Awalnya ulat dipandang hina namun setelah berpuasa, ulat yang berubah menjadi kupu-kupu semakin digemari, didekati bahkan dipegangi oleh manusia.” Lanjut Gus Muh.
“Begitu juga dengan hikmah diwajibkannya berpuasa di bulan Ramadan tidak lain adalah untuk meningkatkan derajat ketakwaan manusia kepada di sisi Tuhannya, sebagaimana yang tertuang dalam surah al-baqarah ayat 183.” Terangnya.
Tepat pukul 22.30 WIB acara berakhir setelah doa selesai dibacakan sekalian oleh Gus Muh.
Kontributor: Fahrul – Puri
Editor: Wahyu T. O.