KOLOM  

Peninggalan Majapahit, Sumber Tiri Mojosari Menjadi Sumber Segala Zaman

Mojosari, NU Online Mojokerto – Kabupaten Mojokerto dikenal sebagai tempat kerajaan Majapahit, di wilayah ini terdapat berbagai peninggalan kerajaan, mulai dari candi, prasasti, hingga petirtaan. Salah satu yang sampai saat ini dimanfaat oleh warga yaitu Sumber Tuwiri.

 

Sumber air yang berlokasi di Dusun Tuwiri, Desa Seduri, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, disebut sebagai sumber segala zaman. Luas pemandian Sumber Tuwiri ini diperkirakan panjangnya 30 meter dan lebar 12,5 meter, serta dalam 3 meter.

 

Debit air yang disebut mencapai 70 meter kubik per detik, di sekeliling Sumber Tuwiri terdapat banyak warung yang menjual aneka makanan dan minuman, di sekitarnya itu juga terdapat pohon raksasa yang di percaya ratusan tahun. Akarnya membendung air tanah yang membuat sumber ini terus mengalir.

 

Pada zaman penjajahan Belanda, Sumber Tuwiri ini dipugar bersama proyek pengairan di Mojokerto pada tahun 1929. Tujuannya untuk mengairi areal pertanian tebu di sekitar Sumber Tuwiri. Jauh sebelum Pemerintahan Kolonial Belanda, di wilayah Tuwiri terdapat kerajaan kecil bernama Kerajaan Tani Jumput.

 

Kerajaan Tani Jumput ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kahuripan di masa Airlangga. Kerajaan Tani Jumput sangat terkenal akan hasil pertaniannya sehingga menjadi lumbung nasional waktu itu. Hal ini dikarenakan keberadaan air yang mengalir terus menerus. Pada Masa Majapahit, Kerajaan Tani Jumput ini juga menjadi pilar utama berjalannya pemerintahan Majapahit.

 

Kerajaan Tani Jumput panen setahun sampai 2 kali. Hasil melimpah dari pajak melalui lompatan panen yang ditarik dengan mudah dan menjadikan Kerajaan Kahuripan kaya. Wilayahnya mulai Panjer Tuwiri, Watukenongo, Watu Dakon, hingga pertanian hampir Krembung. Semua dialiri oleh sumber ini.

 

Saat ini, Sumber Tuwiri ini dimanfaatkan warga untuk wisata pemandian, di kolam Sumber Tuwiri ini terdapat banyak jenis ikan, mulai ikan patin, ikan emas, dan ikan nila. Konon, ikan-ikan ini dilarang dipancing atau dimasak.

Baca Juga:  Bolehkah Mengkritik Pemerintah? Ini pandangan Al-Qur'an

 

Debit Sumber Tuwiri juga makin mengecil. Mandi di Sumber Air Tuwiri ini tidak dipisah antara laki-laki dan perempuan. Tapi dulu, ada sumber wedok wadon di dekat Sumber Tuwiri. Sumber Tuwiri ini hanya dibelokkan untuk ke sumber wadon. Selanjutnya ke saluran irigasi yang di sana dipakai untuk memandikan ternak.

 

Untuk mandi di Sumber Tuwiri ini pengunjung tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, akses masuk ke Sumber Tuwiri harus melalui jalan kampung, juga belum ada tanda petunjuk menuju ke Sumber Tuwiri.

 

Kabupaten Mojokerto dikenal sebagai tempat kerajaan Majapahit, di wilayah ini terdapat berbagai peninggalan kerajaan, mulai dari candi, prasasti, hingga petirtaan. Salah satu yang sampai saat ini dimanfaat oleh warga yaitu Sumber Tuwiri.

 

Sumber air yang berlokasi di Dusun Tuwiri, Desa Seduri, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, disebut sebagai sumber segala zaman. Luas pemandian Sumber Tuwiri ini diperkirakan panjangnya 30 meter dan lebar 12,5 meter, serta dalam 3 meter.

 

Debit air yang disebut mencapai 70 meter kubik per detik, di sekeliling Sumber Tuwiri terdapat banyak warung yang menjual aneka makanan dan minuman, di sekitarnya itu juga terdapat pohon raksasa yang di percaya ratusan tahun. Akarnya membendung air tanah yang membuat sumber ini terus mengalir.

 

Pada zaman penjajahan Belanda, Sumber Tuwiri ini dipugar bersama proyek pengairan di Mojokerto pada tahun 1929. Tujuannya untuk mengairi areal pertanian tebu di sekitar Sumber Tuwiri. Jauh sebelum Pemerintahan Kolonial Belanda, di wilayah Tuwiri terdapat kerajaan kecil bernama Kerajaan Tani Jumput.

Baca Juga:  In Memoriam KH. Agus Sunyoto

 

Kerajaan Tani Jumput ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kahuripan di masa Airlangga. Kerajaan Tani Jumput sangat terkenal akan hasil pertaniannya sehingga menjadi lumbung nasional waktu itu. Hal ini dikarenakan keberadaan air yang mengalir terus menerus. Pada Masa Majapahit, Kerajaan Tani Jumput ini juga menjadi pilar utama berjalannya pemerintahan Majapahit.

 

Kerajaan Tani Jumput panen setahun sampai 2 kali. Hasil melimpah dari pajak melalui lompatan panen yang ditarik dengan mudah dan menjadikan Kerajaan Kahuripan kaya. Wilayahnya mulai Panjer Tuwiri, Watukenongo, Watu Dakon, hingga pertanian hampir Krembung. Semua dialiri oleh sumber ini.

 

Saat ini, Sumber Tuwiri ini dimanfaatkan warga untuk wisata pemandian, di kolam Sumber Tuwiri ini terdapat banyak jenis ikan, mulai ikan patin, ikan emas, dan ikan nila. Konon, ikan-ikan ini dilarang dipancing atau dimasak.

 

Debit Sumber Tuwiri juga makin mengecil. Mandi di Sumber Air Tuwiri ini tidak dipisah antara laki-laki dan perempuan. Tapi dulu, ada sumber wedok wadon di dekat Sumber Tuwiri. Sumber Tuwiri ini hanya dibelokkan untuk ke sumber wadon. Selanjutnya ke saluran irigasi yang di sana dipakai untuk memandikan ternak.

 

Untuk mandi di Sumber Tuwiri ini pengunjung tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, akses masuk ke Sumber Tuwiri harus melalui jalan kampung, juga belum ada tanda petunjuk menuju ke Sumber Tuwiri.

 

Kontributor : LTN NU Mojosari