Nilai dan Makna Kemerdekaan Perspektif Islam

Agama islam datang untuk mengabadikan konsep kemerdekaan dalam kehidupan seorang Muslim. Kemerdekaan bukan berarti bebas tanpa aturan dan batasan. Kemerdekaan yang dimaksud pastinya menuju ke arah kebaikan dan kemaslahatan yang sebenarnya.

Konsep kemerdekaan dalam Islam berarti perubahan dari kegelapan menjadi terang-benderang, dan dari buruk menjadi baik. Konsep kemerdekaan ini terhubung dengan Allah SWT dan tertuju ke satu arah yakni Nabi Muhammad SAW dengan pendekatan kitab suci Al Quran.

Islam sangat memperhatikan dan memberlakukan konsep kemerdekaan dalam segala bidang kehidupan. Islam menekankan bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa yang kuat tak tergoyangkan dengan sumber dan caranya sendiri. Bangsa yang tidak menyadari konsep ini, akan dihujani berbagai kesalahan dan kontradiksi, yang pada akhirnya akan menjadi bangsa yang dipermalukan.

Kemerdekaan menghasilkan stabilitas dan perubahan ke arah yang lebih baik. Karena itu, Al Quran juga dengan terang menyampaikan untuk tidak menjadikan orang yang salah bahkan sebagai pemimpin.

Islam berdedikasi penuh pada gagasan kemerdekaan. Namun sayangnya masih banyak umat Islam yang tidak sadar bahwa sebetulnya Nabi Saw menginginkan kita menjadi bangsa yang merdeka. Ketika ketidaksadaran ini terus terjadi, akibatnya mereka menjalani kehidupan dengan cara Timur atau Barat dan menjauh dari Islam.

Dan Allah Swt mengingatkan umat Muslim tentang apa yang akan selalu dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani. “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.” (QS Al-Baqarah Ayat 120)

Nabi Muhammad Saw juga mengingatkan, “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti kalian akan mengikuti mereka.”

Lalu para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR Muslim)

Baca Juga:  Menanggapi Permendikbud No. 30 tahun 2021

Definisi kemerdekaan dalam bahasa Arab yaitu al-istiqlal sehingga hari kemerdekaan disebut ied al-istiqlal.

Sedangkan menurut KBBI, kemerdekaan sendiri bermakna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau kebebasan. Padanan kata bebas ini dalam bahasa Arab disebut juga al-hurr, dengan bentuk verbanya kebebasan adalah al-hurriyah.

Ibnu ‘Asyur dalam karyanya “Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah”, memaknai al-Hurriyah dengan dua makna yaitu yang pertama, kemerdekaan bermakna lawan kata dari perbudakan. Kedua, makna metaforis dari makna pertama, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dan urusannya sesuka hatinya tanpa ada tekanan.

Menurut Ibn Asyur, ada beberapa aspek kemerdekaan dan kebebasan yang dikehendaki syariat Islam. Di antaranya, kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad), kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal), termasuk di dalamnya kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-‘ilmi wa al-ta’lim wa al-ta’lif), lalu kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a’mal).

Adapun Al Quran tidak secara tersurat menyebutkan kata kemerdekaan, namun secara tersirat setidaknya ada beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan.

Pertama, makna kemerdekaan pada kisah perjalanan spritual Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam mencari Tuhan (QS Al-An’am ayat 76-79).

Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya menyembah berhala.

Kedua, makna kemerdekaan pada kisah Nabi Musa Alaihissam ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Fir’aun (QS al-Baqarah: 49, al-A’raf: 127, dan Ibrahim: 6). Fir’aun dikenal sebagai raja yang kejam, ditakuti, dan zalim terhadap Bani Israil. Kemudian Nabi Musa diutus Allah SWT untuk menghentikan kekejaman Fir’aun dan membebaskan bangsanya dari penindasan sehingga dapat meraih kemerdekaan.

Ketiga, makna kemerdekaan dari kisah keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi kenabian di muka bumi (QS. Al-Maidah: 3). Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah yang mengalami tiga penjajahan sekaligus yaitu disorientasi hidup (QS Luqman: 13

Baca Juga:  Inovasi Pakan Ternak: Fatayat NU Gelar Workshop Pengolahan Maggot di Mojokerto

Itulah makna yang sepatutnya dijelmakan dalam setiap peribadi Muslim untuk terus berusaha dan berjuang memartabatkan kembali Islam serta umatnya sebagai umat terbaik dalam semua lapangan hidup.

Hakikat kemerdekaan bukan sekadar kebebasan daripada penjajahan sama ada bangsa, fikiran atau kebudayaan seperti difahami kebanyakan, sebaliknya menurut perspektif Islam, ia bermakna kebebasan manusia untuk dapat menikmati kehidupan sesuai fitrahnya yang menjadi sifat asasi manusia selaras matlamat sebenar penciptaannya oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepada-Ku.” (Al-Dzariyat: 56)

Manusia merdeka, hidup dalam keadaan fitrah, ketentuan dan pedoman penciptanya, sekali gus sesuai hak asasi sebagai manusia berakal waras dan bebas melaksanakan keyakinan dengan fitrah di bawah landasan perintah dan larangan Allah SWT. Malah hidup merdeka ialah hak asasi setiap penghuni alam semesta. Bisa beribadah dengan tenang, mensyukuri dan menjaga pemberian Allah Swt dengan semestinya serta mengamalkan kepada masyarakat secara utuh tentang kebaikan dan kemaslahatan.

Wallahu A`lam, semoga bermanfaat

Penulis: M. Chabib Fazal Jinan, S.Pd

Mahasiswa Magister Universitas Wahid Hasyim Semarang