Pribadi ini bukan levelnya memberikan analisa hasil perolehan suara KH. Said Aqil Siradj ataupun Gus Yahya Cholil Staquf saat sidang pleno Muktamar NU ke-34, melainkan lebih cocok untuk level menganalisa sandal Lily, merk alas kaki legenda yang sering digunakan oleh para masyayikh, yang tertukar itu.
Kejadian ini berlangsung saat perhitungan suara bakal calon Ketua Umum PBNU Masa Khidmah 2021-2026. Pimpinan sidang pleno mengumumkan, “Izin para kyai, pak kyai yang tadi sholat subuh sebelah kiri (panggung), sandalnya tertukar mungkin sebelah,” diikuti oleh tawa muktamirin.
Mari kita analisa bersama soal kemungkinan (probability) ini secara sederhana dan untuk hiburan saja.
Asumsi mendasar yang digunakan adalah kejadian ini bergantung pada kejadian lainnya (dependent). Asumsi kedua, jumlah muktamirin pemilik hak suara yang berada dalam ruangan berjumlah 548 orang. Ditambah dengan pimpinan sidang, saksi, juga anggota Pagar Nusa, dan Banser yang bertugas, mari kita bulatkan menjadi 600 orang.
Meski sangat populer dikalangan kyai, tidak semuanya menggunakan sandal Lily saat menghadiri Muktamar. Banser yang bertugas, misalnya, justru menggunakan sepatu boot; mari kita asumsikan sekitar sepertiganya (600/3) menggunakan sandal Lily. Maka kemungkinan seorang muktamirin menggunakan sandal Lily dalam sidang pleno ini ialah 3 berbanding 600, atau 1 berbanding 200, atau 0.005.
Namun demikian, paling tidak dibutuhkan dua orang yang memiliki sandal Lily model yang sama (sebab kalau berbeda hampir tidak mungkin tertukar). Maka kemungkinan sandal keduanya tertukar ialah 1 berbanding (200 – 1) atau 0.00502. Angka (200 – 1) karena orang pertama tidak dapat dihitung kembali.
Kemudian, kemungkinan pemilik sandal menyadari bila sandalnya tertukar sebelah, hingga kemudian lapor kepada panitia/pimpinan sidang adalah 50% atau 0.5. Setengah sisanya adalah kemungkinan ia tak lapor kepada panitia. Meski demikian, tampaknya keberaniannya lapor mendahului rasa sedih kehilangan sandal Lily kesayangannya.
Kemungkinan rentetan kejadian ini, P, dapat ditulis sebagai berikut:
P = 0.005 × 0.00502 × 0.5 = 0.00001255,
dengan kata lain, sekitar 1 berbanding 10 ribu.
Meski kecil kemungkinan semacam ini, toh ia tetap terjadi, dan membuat suasana sidang pleno segera dipenuhi gelak tawa. Agaknya ini merupakan perwujudan doa dari para masyayikh dan muktamirin agar Muktamar berlajan dengan lancar dan gembira.
Dikutip dari Tulisan Gus Rodlin Billah (PCINU Jerman)