Menjelang pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Kab. Mojokerto, tim NU Online Mojokerto berkesempatan untuk mewawancarai calon wakil bupati terpikih yakni Gus Bara. Bertempat di pondok Amanatul Ummah, kami diterima dan berbincang santai tentang Mojokerto dimasa yang akan datang. Simak perbincangannya…
Apa yang Gus Bara anda priortaskan setelah dilantik menjadi wakil Bupati?
Yang jelas kita saat ini dihadapkan pada suatu permasalahan yang perlu kita selesaikan yakni pandemi yang masih belum terselesaikan. Karenanya berbekal latarbelakang kedokteran, Bu Ikfina kelak akan melakukan langkah langkah yang cepat menyelesaikan permasalahan ini. Setidaknya kita mampu meminimalisir penyebaran covid-19 di Mojokerto.
Lalu bagaimana dengan program lainnya yang segera membutuhkan penanganan?
Memang apabila kita terlalu fokus ke covid-19, akan terbengkelai bidang lain, seperti ekonomi misalnya. Karenanya sembari kita tetap fokus menyelesaikan covid-19 ini, kita juga akan mengembangkan bidang ekonomi sebagai perputaran pendapatan APBD. Ada beberapa langkah yang akan kita lakukan, yang pertama penataan ulang pendapatan dari pajak daerah. Tentu dengan pengawasan yang ketat. Dengan demikian ia akan menjadi sumber pendapatan APBD. Pun dengan memaksimalkan UMKM-nya.
Selain itu, menguatkan wisata yang sudah ada serta mendorong beberapa desa untuk memunculkan wahana wahana wisata baru. Tetapi memang perlu penataan. Mulai dari penambahan fasilitas fasilitas, manajemen juga pemasarannya.
Kenapa harus desa Gus?
Desa memiliki potensi banyak untuk dikembangkan. Seperti antara wilayah trawas dan Pacet, bisa membuat fasilitas berbasis alam. Desa juga bisa bekerjasama dengan Perhutani yang menyediakan lahan, dan warga desa bisa menjadi pemilik saham. Penjual lapak dikanan kiri pun bisa diambilkan dari warga sekitar. Dengan demikian warga desa tersebut bisa sejahtera.
Kira kira wisata religi apa juga akan dikembangkan Gus?
Selama ini kita memang belum maksimal dalam mengembangkan wisata religi. Makam Syekh Jumadil Kubro selama ini masih terlihat belum maksimal dalam mengenalkan kepada khalayak. Kita perlu memasukkan wisata religi Syekh Jumadil Kubro dalam market place wisata religi. Sehingga makam Syekh Jumadil Kubro bisa menjadi alternatif untuk para peziarah wali songo.
Untuk memaksimalkan mengembangkan wisata Mojokerto itu harus bagaimana Gus, ke depan?
Yang jelas kepala daerah harus memiliki politil will untuk kesana. Selain itu, tentu juga dinas pariwisatanya. Apakah memiliki kreativitas, strategi atau lain lain. Tetapi saya belum tahu karena memang belum masuk bagaimana kondisi dinas pariwisatanya.Tentu saya kelak akan mendorong untuk meningkatkan wisata di Mojokerto ini.
Saat ini harus kita akui, belum ada event event baik seni budaya, atau religi yang dilakukan hingga tingkat nasional maupun internasional. Sehingga potensi potensi kita juga belum banyak dilirik oleh masyarakat secara luas.
Kira kira dengan kondisi Mojokerto saat ini, memungkinkankah mengembangkan wisata yang bisa bersaing dengan daerah lain?
Sangat mungkin. Kita punya warisan pembangunan jalan yang sudah sangat bagus. Dari kota sampai pelosok pelosok desa sudah bagus semua. Ini bisa dibandingkan dengan daerah lain, dan kita yang terbaik. Tingga sekarang bagaimana menata lain lainnya.
Selain wisata, tugas panjenengan sendiri yang akan diprioritaskan apa?
Karena saya ini orang pesantren juga memiliki pengalaman mengelola pendidikan, maka saya akan membantu untuk memaksimalkan pendidikan yang ada di Mojokerto. Baik formal maupun non formal.
Bagaimana memperbaiki kualitas pendidikan yang berbasis pesantren, nahdliyin yang dianggap kurang maju?
Saya kira anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Lihatlah Amanatul Ummah, Pondok Tawar, Pondok Nurul Islam Pungging. Sekolah sekolah ini berbasis NU, tetapi karena dikonsep serius maka sekolah ini berkembang menjadi sekolah bagus dan maju. Jadi bukan seberapa besar bantuan pemerintah kepada lembaga tersebut, tetapi seberapa serius lembaga lembaga pendidikan ini menata diri mengembangkan dirinya ke arah kemajuan lembaga tersebut.
Artinya maju tidaknya sebuah lembaga tidak didasarkan oleh seberapa besar bantuan pemerintah kepada lembaga tersebut?
Benar
Apakah itu panjenengan kelak tidak akan bekerjasama dan membantu sekolah sekolah yang memerlukan uluran tangan dari pemerintah?
Kami jelas membutuhkan bantuan dari stake holder. Karenanya ke depan kita tata ulang, dan kerjasama berbagai pihak itu sangat diperlukan. Tentu juga tidak melupakan untuk memajukan semua lembaga pendidikan. Termasuk sekolah berbasis Islam. Tetapi tentu saya harus melihat mekanisme yang ditata oleh perundangan. Kita akan pelajari terlebih dahulu. (Is)