KOLOM  

Menangkap Makna Dibalik Merebaknya Virus Corona

Saat ini kita telah berada di bulan Sya’ban, gerbang menuju sebuah madrasah tempat bagi kita semua untuk menempa diri, yaitu bulan Suci Ramadhan. Madrasah Ramadhan kian dekat dengan kita, tapi musibah demi musibah belum juga beranjak dari kita. Semakin hari semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona. Dari waktu ke waktu semakin banyak orang yang meninggal karena terpapar virus ini. Sebelum kita sampai pada madrasah Ramadhan, marilah kita menjadikan musibah mewabahnya virus corona ini sebagai pelajaran bagi kita semua. Kita yakin bahwa dalam setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Setiap kejadian pasti ada maknanya. Setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa dipetik darinya.   Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

 رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Sebagaimana diberitakan bahwa virus corona ini bisa menyerang siapa pun. Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, muslim, non muslim, orang yang shalat, orang yang tidak shalat. Siapa pun tanpa terkecuali. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang ditanyakan Zainab binti Jahsy radliyallahu ‘anhu kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:   “Apakah kita akan binasa, padahal di antara kita masih ada orang-orang yang shalih?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:   “Iya, jika dosa dan maksiat sudah banyak dilakukan” (HR Muslim).

Melalui wabah virus corona, kita diingatkan bahwa dosa, maksiat, dan kemungkaran telah mewabah di lingkungan kita, di masyarakat kita. Melalui virus ini, kita juga ditegur bahwa banyak diantara kita yang acuh tak acuh terhadap kemungkaran yang menjalar di tengah-tengah kita. Kemungkaran, dosa dan maksiat itulah yang mengundang azab Allah kepada kita semua. Kita diingatkan untuk lebih giat lagi dalam beramar makruf dan bernahi mungkar. Tentu amar makruf kita harus dilandasi ilmu sehingga kita dapat beramar makruf dengan cara yang makruf, dengan cara yang baik, dan bernahi mungkar dengan cara yang tidak mungkar.

Melalui virus corona, kita juga diingatkan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dengan ibadah, dzikir dan lain sebagainya. Ibadah akan menenteramkan jiwa dan menenangkan hati. Ketenteraman dan ketenangan hati inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat daya tahan tubuh kita semakin kuat dan sistem imun dalam tubuh kita bekerja dengan baik. Seseorang yang daya tahan tubuhnya kuat, meskipun terinveksi virus corona—kata para ahli—maka ia bisa sembuh dengan sendirinya tanpa harus dirawat di rumah sakit. Kita diingatkan untuk memperbanyak istighfar dan bertobat dari semua dosa yang pernah kita lakukan. Karena musibah yang menimpa banyak orang seperti merebaknya virus corona ini, yang shalih dan yang fasiq kena, tiada lain dikarenakan banyaknya kemaksiatan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat kita.

Melalui virus corona, kita juga diingatkan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allah. Virus ini dengan cepat telah menyebar ke 198 negara di dunia dan menginfeksi lebih dari 600.000 orang. Angka ini bisa saja terus bertambah dari hari ke hari. Segala ikhtiar sudah dilakukan. Semua usaha telah dikerahkan. Seluruh upaya, baik lahir maupun batin, sudah dikerjakan semaksimal dan seoptimal mungkin. Namun sampai detik ini tiada siapa pun yang dapat menghentikan penyebaran virus corona. Hal ini membuktikan bahwa apa pun yang diupayakan manusia, jika tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah, pasti tidak akan terjadi. Karena apa pun yang dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti tidak akan terjadi. Akan tetapi keyakinan dan keimanan kita kepada takdir tidak boleh menghentikan ikhtiar kita. Berikhtiar tidaklah menggoyahkan keimanan kita kepada takdir. Karena kita tidak mengetahui apa yang Allah takdirkan pada diri kita kecuali setelah terjadinya. Sebelum sesuatu terjadi, maka tugas kita sebagai manusia adalah melakukan sebab dengan harapan kita akan menghasilkan akibat. Jika kita sudah melakukan sebab tetapi pada akhirnya tidak terjadi akibat, maka pada saat itulah kita baru mengetahui bahwa Allah tidak menakdirkan apa yang kita inginkan dan upayakan. Tugas kita selanjutnya apa?. Terus berikhtiar dan berusaha, siapa tahu di waktu yang akan datang Allah mewujudkan dan menakdirkan apa yang kita inginkan. Oleh karena itulah, pada waktu diberitahu bahwa di Syam ada wabah penyakit, Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu yang sudah di tengah perjalanan menuju Syam lantas memutuskan untuk kembali ke Madinah. Saat ditanya; “Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?”   Sayyidina Umar menjawab: “Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain” (HR al-Bukhari).

Baca Juga:  Refleksi HARDIKNAS, Keluh Kesah Perjalanan Tenaga Pendidik Honorer

Melalui virus corona, kita diingatkan untuk tawakal kepada Allah. Tawakal adalah menyerahkan hasil akhir ikhtiar kita kepada Allah. Karena kita hanya bisa berusaha, tapi Allah-lah yang menentukan segalanya. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan supaya kita terhindar dari virus corona tidaklah bertentangan dengan tawakal kepada Allah. Tawakal dilakukan setelah ikhtiar yang maksimal dari kita. Dalam Shahih Ibnu Hibban diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah aku melepas (tidak mengikat) untaku dan bertawakal kepada Allah?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ikatlah dan bertawakkal-lah kepada Allah” (HR Ibnu Hibban).

Virus corona dapat menginveksi siapa pun, apa pun profesi dan status sosialnya. Tua, muda, kaya, miskin, pejabat, rakyat jelata bisa terpapar virus ini. Virus corona telah merenggut lebih dari 23.000 jiwa di seluruh dunia. Hal ini mengingatkan kita akan kematian. Siapa pun dia, di mana pun dia tinggal, apa pun profesi dan jabatannya, pastilah akan meninggalkan dunia yang fana’ ini. Kematian tidak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sesaat pun.   Melalui virus corona kita juga diingatkan akan kelemahan kita sebagai makhluk Allah. Sebagai makhluk yang lemah yang memiliki banyak keterbatasan, tidak selayaknya kita menyombongkan diri. Hanya oleh makhluk yang sangat kecil saja, banyak orang dibuat tak berdaya, jatuh sakit dan bahkan meninggal dunia. Hanya Allah yang Mahakuasa dan tidak terkalahkan. Sedangkan kita adalah makhluk-makhluk lemah yang senantiasa membutuhkan Allah dalam setiap tarikan nafas kita.

Baca Juga:  Antisipasi Dampak Covid-19, PKB bagi sembago ke seluruh Kecamatan se- Kabupaten Mojokerto

Melalui virus corona kita juga diingatkan bahwa pengetahuan manusia tidaklah mampu menjangkau segala sesuatu. Pengetahuan manusia ada batasnya dan tidak sempurna. Allah-lah Sang Pemilik semua ilmu. Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Obat penawar atau vaksin untuk virus corona sampai detik ini belum ditemukan. Beberapa penyakit yang lain. Seperti aids juga sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan: “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan penyakit kecuali Ia pasti menciptakan obat untuknya, kecuali kematian” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Virus corona mengingatkan kepada kita untuk selalu menjaga kesucian dan kebersihan. Penelitian membuktikan bahwa menjaga kebersihan adalah salah satu tindakan preventif yang efektif untuk menangkal berbagai virus, kuman dan bakteri yang membahayakan tubuh kita. Islam menganjurkan kita untuk hidup bersih dan suci melalui wudlu yang wajib maupun wudlu sunnah, mandi wajib dan sunnah, menyucikan benda yang terkena najis dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   “Sesungguhnya Allah Mahasuci dari segala kekurangan, dan mencintai kebersihan (badan dan pakaian)” (HR at-Tirmidzi).

Virus corona juga mengingatkan kita akan arti penting sabar dan syukur. Bersyukur apabila kita dihindarkan dari segala macam musibah dan bersabar pada saat kita ditimpa musibah. Syukur dan sabar adalah senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin. Jika diberi sesuatu yang menggembirakan, ia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya, dan apabila ia ditimpa suatu musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya” (HR Muslim)   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Bala’ akan terus menimpa seorang hamba sehingga ia berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa sama sekali” (HR Ahmad dan lainnya).   Bala’ dan musibah, termasuk terpapar virus corona, yang menimpa seorang mukmin jika dihadapi dengan penuh kesabaran, maka dosanya akan dihapus dan diangkat derajatnya.

Virus corona juga mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu, terutama ilmu agama. Karena orang yang tidak berilmu, maka ia tidak akan bisa menyikapi musibah dengan benar sesuai tuntunan Islam. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa bertawakal dengan benar. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa memetik hikmah, makna dan pelajaran dari setiap kejadian.

Penulis : Ustad Nur Rohmad (Peneliti/Pemateri Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Dewan Pakar Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto, tinggal di Dawar Blandong)